Sabtu, 23 Januari 2010

Batas Kultural



Jumat, 22 Januari 2010 09:54 WITA
Pos Kupang. BAGAIMANA, sudah puas? Kalau ada yang belum puas ya sudah. Saya kan bukan alat untuk memuaskan kalian. Guyonan Kolonel (Inf) Dody Hargo, S.Ip membuat para wartawan terbahak-bahak di Ruang Yudha Korem 161/Wira Sakti, Jl. WJ Lalamentik- Kupang, Kamis (21/1/2010) siang. Memasuki tahun baru 2010, Komandan Korem (Danrem) 161/Wira Sakti tersebut secara khusus menggelar acara silaturahmi dengan para wartawan media cetak dan elektronik di Kota Kupang. Acara yang berlangsung dalam suasana santai dimanfaatkan Kolonel Dody menjelaskan berbagai hal berkenaan dengan tugas pokok TNI di wilayah kepulauan ini. Danrem didampingi Kasrem 161/Wira Sakti, Letkol (Inf) Yulius Wijayanto serta para Kasi di lingkungan Korem 161/WS.Pada sesi dialog, para wartawan menanyakan berbagai masalah, antara lain, tentang kondisi terkini di wilayah perbatasan Indonesia-Timor Leste, pengamanan pulau terluar, rekruitmen dan pembinaan personel TNI serta masalah lainnya. Seperti biasa, semua pertanyaan wartawan dijawab Kolonel Dody dengan jelas. "Kalau tentang tugas TNI, saya bisa jawab dengan baik. Jangan tanya soal politik ya, nanti bias," kata pria kelahiran Padang tahun 1961 tersebut sambil tertawa.Tentang kasus pelintas batas ilegal yang kerap terjadi di wilayah perbatasan RI-Timor Leste, Danrem berkata, "Kita pilih pendekatan humanis. Kalau pelintas batas itu cuma bawa satu kilogram gula pasir atau beras untuk keluarganya di Timor Leste atau Indonesia, saya perintahkan anggota jangan ditahan. Mereka itu tidak mungkin punya tujuan dagang. Kecuali kalau dia bawa satu kilogram gula, tapi yang antre seribu orang." Kolonel Dody yang bertugas di NTT sejak 29 Juni 2009 lebih jauh mengatakan, mematok batas wilayah negara adalah perkara mudah. "Tapi bagaimana dengan batas kultural? Siapa bisa mematok? Orang Indonesia dan Timor Leste memiliki hubungan kekeluargaan yang rapat. Tradisi dan adat-istiadat pun sama. Karena itulah kita pilih pendekatan humanis dalam menyelesaikan masalah-masalah di perbatasan," kata lulusan Akabri tahun 1984 tersebut.Dalam hal penerimaan calon prajurit TNI, Danrem menegaskan, pihaknya mengutamakan putra daerah Flobamora dengan persentase 60 persen. "Saya minta Kasi Personalia seleksi betul para calon. Utamakan anak NTT dan itu sudah kami wujudkan," tandasnya.
Menurut Danrem, karakter dasar orang NTT cocok menjadi prajurit TNI. Orang NTT pekerja keras, tangguh dan nekat. "Nah itu modal jadi prajurit TNI. Cuma anak NTT sering gugur di tes kesehatan. Dan, satu lagi. Waktu dibawa ke kolam renang, dia nggak berani masuk kolam. Ketahuan tidak bisa berenang. Tidak bisa berenang, ya gagal," kata Danrem.(osi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog