Kamis, 28 Januari 2010 - 20:07 WIB
LEBANON (Pos Kota) – Kompleksitas situasi dan kondisi di daerah konflik maupun paska konflik merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh peacekeeper (pasukan pemelihara perdamaian), termasuk kemungkinan adanya penyakit menular dan belum ditemukan obatnya yang disebabkan oleh HIV/AIDS. Demikian dikatakan Dr. Basu Bharaty (India), seorang konsuler spesialis dari Organisasi Anti HIV/AIDS yang berada di Markas Besar UNIFIL, Naqoura, dalam rangka kegiatan pembekalan HIV/AIDS bagi seluruh personel Satgas Yonif Mekanis TNI Konga XXIII-D/UNIFIL.
LEBANON (Pos Kota) – Kompleksitas situasi dan kondisi di daerah konflik maupun paska konflik merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh peacekeeper (pasukan pemelihara perdamaian), termasuk kemungkinan adanya penyakit menular dan belum ditemukan obatnya yang disebabkan oleh HIV/AIDS. Demikian dikatakan Dr. Basu Bharaty (India), seorang konsuler spesialis dari Organisasi Anti HIV/AIDS yang berada di Markas Besar UNIFIL, Naqoura, dalam rangka kegiatan pembekalan HIV/AIDS bagi seluruh personel Satgas Yonif Mekanis TNI Konga XXIII-D/UNIFIL.
Kegiatan yang dilaksanakan selama dua hari berturut-turut (27 s.d 28 Januari 2010) terbagi di 4 tempat, meliputi UN POSN 7-1 Adshit Al Qusayr (Mayon, Kompi Bantuan, Kompi D dan E), UN POSN 9-2 Az Ziqqiyah (Kompi C), UN POSN 8-33 Markaba (Kompi B) dan UN POSN 9-63 El Aadeisse (Kompi A). Pembekalan dihadiri oleh Dansatgas Konga XXIII-D, Letkol Inf Andi Perdana Kahar didampingi Wadansatgas Letkol Mar Guslin beserta staf dan seluruh anggota yang tidak sedang melaksanakan tugas khusus. Materi ceramah meliputi pengenalan tentang HIV/AIDS, cara penularan, pencegahan, perlakuan terhadap penderita dan perkembangan HIV/AIDS itu sendiri. Pembekalan HIV/AIDS ini merupakan bagian dari pengenalan dan pelatihan yang wajib diikuti oleh seluruh peacekeeper, serta bertujuan untuk menerapkan mandat Dewan Keamanan PBB nomor 1308 tentang HIV/AIDS dan Direktif Panglima UNIFIL tentang kegiatan memerangi penyakit HIV/AIDS di kalangan personel PBB, baik sipil maupun militer yang bertugas di wilayah Lebanon Selatan.
Dalam paparannya, Dr. Basu Bharaty menyampaikan bahwa penyebaran penyakit HIV/AIDS saat ini dirasakan cukup pesat, dimana berdasarkan hasil survey PBB terhadap jumlah penderita HIV/AIDS di dunia pada tahun 2008 telah mencapai 33,4 juta jiwa dan dari jumlah tersebut, 2 juta penderita telah meninggal dunia pada tahun yang sama. Dengan kondisi yang cukup memprihatinkan tersebut, PBB mengambil langkah-langkah preventif untuk mencegah bertambahnya jumlah penderita HIV/AIDS di kalangan peacekeeper. Langkah-langkah yang diambil antara lain berupa HIV/AIDS Induction Training (perkenalan dan pelatihan HIV/AIDS) serta konsultasi dan pemeriksaan secara gratis dan sukarela dalam rangka mengetahui secara langsung status positif/negatif seseorang terhadap HIV/AIDS.
Dokter asal India tersebut menyatakan bahwa penderita HIV/AIDS bukan orang yang harus dijauhi atau diisolasi, namun mereka masih dapat berinteraksi dengan masyarakat serta mendapatkan pekerjaan yang layak apabila seorang penderita dapat melakukan pengobatan secara dini dan mengerti tata cara perlakuan terhadap HIV/AIDS. Keberhasilan upaya memerangi HIV/AIDS ini tentunya memerlukan dukungan dan komitmen bersama seluruh peacekeeper untuk menjaga kesetiaan diri dengan pasangan hidupnya masing-masing, menggunakan transfusi darah untuk kepentingan kesehatan secara steril serta melakukan pemeriksaan dini terhadap pasangan suami-istri yang berkeinginan untuk memiliki keturunan.
Dokter asal India tersebut menyatakan bahwa penderita HIV/AIDS bukan orang yang harus dijauhi atau diisolasi, namun mereka masih dapat berinteraksi dengan masyarakat serta mendapatkan pekerjaan yang layak apabila seorang penderita dapat melakukan pengobatan secara dini dan mengerti tata cara perlakuan terhadap HIV/AIDS. Keberhasilan upaya memerangi HIV/AIDS ini tentunya memerlukan dukungan dan komitmen bersama seluruh peacekeeper untuk menjaga kesetiaan diri dengan pasangan hidupnya masing-masing, menggunakan transfusi darah untuk kepentingan kesehatan secara steril serta melakukan pemeriksaan dini terhadap pasangan suami-istri yang berkeinginan untuk memiliki keturunan.
Hal ini terkait dengan tiga cara yang memungkinkan penularan penyakit HIV/AIDS, yaitu melalui hubungan badan, transfusi darah dan secara langsung dari ibu kepada anak. Pada kesempatan tersebut, Dr. Basu juga menyampaikan perlunya kesadaran dari setiap personel peacekeeper untuk selalu memeriksakan status dirinya secara rutin terkait kemungkinan ada atau tidaknya HIV/AIDS di dalam tubuh yang bersangkutan. Pembekalan masalah HIV/AIDS bagi prajurit TNI yang sedang bertugas sebagai peace keepers di Lebanon sangat penting mengingat mereka yang jauh dari keluarga, tidak menutup kemungkinan akan berbuat hal-hal yang dapat merusak diri dan keluarga mereka bahkan satuan dimana mereka bertugas.
Dengan adanya pembekalan HIV/AIDS ini diharapkan prajurit TNI yang tergabung dalam Kontingen Garuda dapat terhindar dari bahaya HIV/AIDS yang dapat menyerang siapa saja dan dalam waktu kapan saja. Meskipun kampaye penanggulangan HIV/AIDS sering dilakukan, namun penyebaran dan jumlah penderita cenderung semakin bertambah. Untuk itu, Dr. Basu berpesan agar setiap orang dapat merubah perilaku hidup, yaitu hanya melakukan hubungan seks dengan pasangan tetap dan mempercayai satu sama lain. Hal ini sangat penting karena hanya dengan perilaku hidup yang benar dan saling mempercayai pasangan masing-masing, seseorang akan terhindar dari bahaya HIV/AIDS.
Mengakhiri sambutannya, Dr. Basu menyampaikan apresiasi yang tinggi kepada Komandan Satgas Yonif Mekanis TNI Konga XXIII-D/UNIFIL (Indobatt), Letkol Inf Andi Perdana Kahar beserta seluruh personel Indobatt yang telah memberikan kesempatan kepada dirinya berbagi ilmu pengetahuan tentang HIV/AIDS dan telah bersikap sangat antusias serta penuh perhatian dalam mengikuti seluruh rangkaian kegiatan penyuluhan. (puspen/syamsir)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar