Selasa, 25 Mei 2010

DANLANAL PUN MENYEMPATKAN NAIK E MENARA

Nunukan (Jawa post)

Sang Merah Putih di ujung menara perairan Karang Unarang, Laut Sulawesi, pudar, bahkan sobek. Karena itu, Danlanal Nunukan bertekad mempercepat penggantian bendera dari tiga bulan sekali menjadi setiap bulan.
Kondisi cuaca di kawasan Karang Unarang dilaporkan cukup bersahabat saat kapal-kapal patroli keamanan laut (patkamla) berkekuatan 600 PK mulai berangkat. Padahal, hanya beberapa hari sebelumnya, hujan disertai angin membuat ketinggian ombak di perairan tersebut mencapai tiga meter lebih yang disertai angin kencang.
Untung perjalanan lancar. Kurang lebih sejam berlayar dari Pos Angkatan Laut (Posal) Sei-Pancang, kapal Patkamla itu tiba di perairan Karang Unarang.
Saat mesin kapal dimatikan, ombak mulai terasa menggoyang kapal. Salah seorang wartawan televisi yang ikut di kapal itu mabuk laut. “Kebanyakan makan durian Tuh”, komentar Pasintel Lanal Nunukan Kapten Betra Chaniago.
Di puncak menara di perairan Karang Unarang atau Ambalat (Ambang Batas Laut) itu, bendera Merah Putih berkibar dengan gagah. Namun kondisi bendera tersebut pudar, bahkan sobek. Sang Merah Putih pudar karena sengatan matahari dan sobek karena kencangnya angin laut di garis perbatasan Indonesia-Malaysia itu.
Menurut Komandan Pangkalan Angkatan Laut (Danlanal) Nunukan Lekol Laut (P) Rachmad Jayadi, penggantian bendera Merah Putih di Karang Unarang biasanya dilakukan tiga bulan sekali. Namun , Lanal Nunukan akan mengubahnya menjadi sebulan sekali, Tiap bulan bendera mesti diganti, tegas Danlanal.
Prosesi penggantian bendera Merah Putih kali ini tidak seperti biasanya, sebab prosesi itu berlangsung di atas menara berketinggian 25 meter dari atas permukaan laut. Danlanal bersemangat menaiki tingkat pertama menara sembari membantu menarik tiang bendera. Yang lain melihat dari kapal yang tak jauh dari menara. ”Demi kedaulatan negara”, Ujar Danlanal.
Selain bendera yang sobek , kondisi pagar dan tangga menara cukup memprihatinkan. Pagar dan tangga itu berkarat dan usang. Pintu ruang menara juga nyaris lepas. Bila angin bertiup lebih kencang, bukan tidak mungkin pintu tersebut benar-benar terbang.
Tiang penyangga menara yang terbuat dari beton masih kukuh. Tapi tiang itu diselimuti lumut, karang laut, dan binatang kecil yang suka menempel.
Mercusuar yang dibangun pada 2005 itu merupakan bagian dari upaya pemenrintah Indonesia mempertahankan kedaulatan wilayah dan menjamin keselamatan pelayaran. Wilayah Karang Unarang memang salah satu alur yang disiapkan Indonesia untuk dilintasi pelayaran nasional dan internasional. Di perairan yang merupakan Alur Laut Kepulauan Indonesia II (ALKI) tersebut, banyak sekali kapal yang lewat.
Agak jauh dari kapal patkamla yang mengawal penggantian bendera Merah Putih oleh Danlanal Nunukan, KRI Sutanto-877 mengelilingi mercusuar tersebut. Kapal jenis Korvet kelas Parchim buatan Jermat Timur 1992 itu telah empat bulan menjaga kedaulatan RI di sepanjang perairan laut Sulawesi (dulu ambalat).
KRI itu memantau batas perairan melalui Radar yang diperkuat integrated maritim system buatan Amerika Serikat. Radar tersebut mampu merekam pergerakan kapal perairan sejauh 6-7 mil. Nama kapal, kargo kapal, jenis kapal, dan ukuran kapal bisa dideteksi radar tersebut. ”Pergerakan kapal yang mencurigakan dengan mudah kami pantau dengan radar canggih ini,” kata Komandan KRI Sutanto Mayor Laut (P) Daymond sembari menunjukkan monitor pantauan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog