George Toisuta. TEMPO/Subekti
TEMPO Interaktif, Jakarta -Kepala Staf Angkatan Darat Jendral George Toisutta mengaku hingga kemarin malam belum mendapat laporan mengenai tindak kekerasan tentara terhadap fotografer Tempo, Arif Wibowo saat mengabadikan gambar di Universitas Gajah mada, Yogyakarta.
TEMPO Interaktif, Jakarta -Kepala Staf Angkatan Darat Jendral George Toisutta mengaku hingga kemarin malam belum mendapat laporan mengenai tindak kekerasan tentara terhadap fotografer Tempo, Arif Wibowo saat mengabadikan gambar di Universitas Gajah mada, Yogyakarta.
"Saya belum dapat laporan dari staf," kata George Toisutta di Samarinda, Kalimantan Timur. Saat ditanya lebih jauh, George yang bergegas meninggalkan Lamin Etam, kediaman Gubernur Kalimantan Timur, Awang Faroek Ishak, mengarahkan untuk meminta keterangan dari Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat, Brigadir Jendral Suwarno Wijanarko.Suwarno mengungkapkan tindak kekerasan di tubuh TNI AD sedianya tak ada lagi. Ia menegaskan pimpinan tentara pun tidak pernah memerintahkan kepada anggota untuk melakukan tindak kekerasan terhadap siapa pun. "Tidak ada perintah (untuk kekerasan)," kata Suwarno Wijanarko.
Tindak kekerasan tentara terhadap Arif Wibowo dilakukan lantaran memotret panser yang tengah diparkir di dalam kampus Universitas Gadjah Mada. Keberadaan tentara di dalam kampus untuk mengamankan kedatangan Wakil Presiden Boediono. Sesaat setelah memotret, Fotografer Tempo, Arif Wibowo dicengkeram kerah bajunya, hingga kepalanya mendongak.Tak hanya itu, Arbo, panggilan akrabnya, diteriaki, “bajingan” oleh tentara yang mengamankan panser tersebut. Terakhir, dengan paksaan, Letnan Satu Rizal W meminta Arbo menghapus semua foto-foto itu, dengan tangan terus mencengkeram kerah leher bajunya. Karena terjepit di antara empat tentara yang mengapit dirinya, Arbo pasrah menghapus foto panser yang sempat dia jepret.
Wartawan cetak ini sudah berupaya melerai, namun Rizal tetap mengamuk. Fotografer Antara, Regina Safri yang juga menjadi saksi tersebut mengatakan, Rizal sangat arogan menghadapi para wartawan.
Regina sempat membantu menyembunyikan kamera Arbo, namun seorang tentara malah mendekati dirinya dan ingin merampas kamera Arbo. “Dia menuding-nudingkan jarinya hingga hampir mencolok mata saya,” kata Regina kesal.
Suwarno menegaskan tidak ada masalah bagi pewarta foto untuk mengabadikan panser dimana pun berada. "Boleh saja, kalau mau foto foto saja," katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar