Minggu, 16 Mei 2010

Ketika Pak Babinsa Mengamuk

Sabtu, 15 Mei 2010 14:22 WIB
BORONG, FS -- Keheningan Desa Lembur, Kecamatan Kota Komba, Manggarai Timur terusik malam itu. Di tempat biliar, Pak Babinsa melayangkan pukulan ke wajah kepala sekolah. Satu dari tiga ayunan tangan Babinsa yang kekar mendarat telak di bibir kepala sekolah. Lembur pun geger. Kasus penganiayaan itu melibatkan dua tokoh penting di Desa Lembur, yakni Bintara Pembina Desa (Babinsa), Serda Anselmus Ndeo dan Kepala SDK Gulung, Thomas Pe.

Ditemui FloresStar seusai memberikan keterangan di Koramil 1612-04 Borong, Kamis (13/5/2010), Thomas Pe menceritakan kembali kejadian itu. Hari Senin (10/5/2010) sekitar pukul 21.10 Wita Babinsa Anselmus Ndeo datang menemuinya di tempat biliar. Thomas Pe baru membuka usaha tempat biliar di samping rumahnya. Usaha itu baru berjalan sekitar satu bulan. Saat tiba di tempat kejadian, Ndeo meminta para pemain biliar untuk menghentikan aktivitas mereka. Setelah itu, Ndeo menyuruh seseorang memanggil Thomas yang sedang istirahat di dalam rumah.

Mengetahui ada tamu, Thomas pun keluar dari rumah. Ia sempat menyapa Anselmus Ndeo dengan ucapan selamat malam. Tanpa banyak bicara, Ndeo langsung melepaskan pukulan ke arah Thomas Pe. Thomas sempat menghindar sehingga dari tiga kali ayunan tangan Babinsa, hanya satu yang mendarat di bibirnya. Bibir kanan kepala sekolah itu memar dan bengkak. Insiden ini disaksikan beberapa warga yang berada di tempat biliar. "Dia pukul tiga kali tapi hanya kena satu kali karena saya mundur. Saya berusaha jelaskan tapi dia malah tunjuk mata saya dengan sangkurnya," kata Thomas. Selain melepaskan pukulan, Anselmus Ndeo mengeluarkan sangkur dan kalimat ancaman. "Saya bisa cungkil mata kamu dan mengeluarkan isi perut kamu kalau kamu melawan. Guru bodoh," kata Ndeo seperti ditirukan Thomas.

Mendapat perlakuan semacam itu, Thomas Pe tidak tinggal diam. Dia mendatangi Polsek Waelengga dan mengadukan penganiayaan yang dilakukan Ndeo. "Saya tidak terima perlakuan ini. Saya tidak pernah bermusuhan dengan siapa saja. Tadi kami sudah ketemu di Koramil Borong. Tidak berarti pertemuan itu akan mengakhiri persoalan. Saya tetap memproses masalah ini lebih lanjut," ujar Thomas yang sudah 23 tahun menetap di Lembur.Istri dan beberapa anggota keluarga Thomas Pe yang ditemui di Lembur, Kamis (13/05/2010), sangat menyesalkan tindakan Babinsa. "Kami heran tidak ada masalah apa-apa, datang langsung pukul pak Thomas. Kalau memang karena persoalan main biliar tidak masuk akal karena biliar ini baru satu bulan buka dan tidak pernah ada masalah.

Sementara ada satu biliar yang buka dekat rumah babinsa tapi tidak ditegur. Ini menjadi pertanyaan kami keluarga dan warga. Apalagi saat itu dia pakai baju dinas," kata salah seorang anggota keluarga Thomas Pe. (gg)

Ndeo: Saya Khilaf
BABINSA Serda Anselmus Ndeo ketika dikonfirmasi di Makoramil Borong, Kamis (13/5/2010), mengatakan dia bertindak demikian untuk menyelamatkan masyarakat."Kebiasaan masyarakat Lembur memang sulit untuk ditegur. Saya buat begitu karena sering ada masalah rumah tangga akibat main biliar," kata Ndeo yang bertugas sebagai Babinsa untuk Desa Lembur, Ruan Pong Ruan dan Mbengan. Anselmus Ndeo mengakui telah memukul dan menyatakan Thomas Pe sebagai guru bodoh. Sebelum ini Ndeo tidak pernah menegur Thomas Pe terkait permainan biliar. Dia merasa tidak perlu menegur karena yang bersangkutan seorang kepala sekolah.

Meskipun demikian, Ndeo mengakui kesalahannya. "Saya sangat emosional saat itu. Saya khilaf dan mengaku salah. Saya siap untuk diproses. Ini pertama kalinya saya memukul orang selama menjalankan tugas," kata Anselmus Ndeo. Danramil Borong, Kapten (Inf) I Ketut Arnasa yang ditemui sesaat setelah pertemuan antara korban dan pelaku, mengatakan pihaknya telah mempertemukan kedua pihak di Makoramil Borong. "Kita sudah mempertemukan mereka. Tetapi soal penyelesaian masalah tergantung kepada mereka sendiri karena korban telah melaporkan masalah ini kepada polisi," ujar Arnasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog