Sabtu, 15 Mei 2010 12:56 WIB
Kasus mutilasi di Probolinggo memiliki lebih banyak warga dibanding yang diduga sebelumnya. Pistol FN dan 11 butir peluru yang terserak di antara potongan tubuh menambah teka-teki motif pembunuhan sadis itu.
Kasus mutilasi di Probolinggo memiliki lebih banyak warga dibanding yang diduga sebelumnya. Pistol FN dan 11 butir peluru yang terserak di antara potongan tubuh menambah teka-teki motif pembunuhan sadis itu.
(Surabaya Post). KAPOLRES Probolinggo, AKBP A.I. Afriandi yang sebentar lagi dipromosikan sebagai Wadirlantas Polda Sulawesi Tengah agaknya harus berat langkah meninggalkan Probolinggo. Di ujung jabatannya ia harus secepatnya mengungkapkan kasus pembunuhan sadis dengan korban Hartono (30), warga Desa Andungsari, Kec. Tiris.
Ada dua motif yang paling dicurigai: motif asmara dan perampokan. ”Motif ini semakin kompleks karena di antara mayat ditemukan sepucuk pistol FN buatan Belgia beserta 11 butir peluru,” ujar Kapolres, Jumat (14/5). Pistol yang biasa digunakan kalangan TNI itu dikubur dalam lubang yang juga berisi potongan paha korban. Keduanya terbungkus sapu tangan motif bunga-bunga warna biru.
Dalam bungkusan itu juga terdapat 11 peluru dan beberapa pegas kecil yang diduga suku cadang pistol. Ada pula dua botol minuman suplemen yang isinya diduga minyak pelumas untuk pistol dan dua utas tali dari kain bermotif doreng. Yang membuat Kapolres mengernyitkan dahi dan tidak habis pikir, mengapa benda-benda “militer” itu diletakkan di antara potongan mayat?
“Sekadar menduga, kalau pelaku pembunuhan kemudian meninggalkan barang-barangnya di situ, rasanya tidak masuk akal,” ujarnya. Kalau bukan milik pelaku, untuk apa ”identitas militer” itu diletakkan pada potongan mayat? Untuk tujuan kamuflase, menutupi identitas pelaku yang sebenarnya atau untuk menyudutkan pihak tertentu?
Teka-teki itu semakin rumit setelah diketahui, kebun kopi bercampur pisang itu milik seorang prajurit TNI, Serma Nim yang berdinas di sebuah Koramil di Probolinggo. Kapolres sendiri mengaku belum mendapatkan keterangan dari Serma Nim. ”Yang bersangkutan anggota TNI, jadi kami tidak berhak memeriksanya,” ujarnya. Sementara itu Komandan Sub Denpom V/3 Probolinggo, Lettu CPM Samat mengatakan, pihaknya belum memeriksa Serma Nim. ”Mungkin masih diperiksa di internal Kodim, belum dilimpahkan kepada kami,” ujarnya, Jumat (14/5).
Komandan Kodim 0820 Probolinggo, Letkol Arh. Budhi Rianto yang dihubungi via handphone (HP)-nya, tidak diangkat. Namun menurut seorang sumber, Serma Nim kemarin sudah diperiksa Pasi Intel di Makodim.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar