Kamis, 14 Oktober 2010

175 Prajurit TNI Siap Diberangkatkan ke Kongo

Rabu, 13 Oktober 2010 , 20:33:00 WIB
Laporan: Widya Victoria

RMOL. Latihan Satuan Tugas (Satgas) Kompi Zeni TNI Kontigen Garuda (Konga) XX-H/MONUSCO ditutup di Pusat Pendidikan Zeni TNI AD, Bogor, Jawa Barat, Rabu (13/10).

Penutupan dilakukan oleh Wakil Asisten Operasi Panglima TNI Laksamana Pertama ST Budiyono. Satgas Konga XX-H/MONUSCO yang telah menjalani latihan dari tanggal 17 September hingga 13 Oktober 2010, rencananya akan dilepas oleh Kasum TNI Laksdya Edy Harjoko di Mabes TNI, Cilangkap pada tanggal 15 Oktober 2010.

Dalam keterangan persnya, Kepala Divisi Penerangan Umum TNI, Kolonel Prakoso menjelaskan, latihan pra tugas Satgas Konga XX-H/MONUSCO merupakan bagian dari persiapan dalam rangka menghadapi tuntutan tugas dan situasi di daerah penugasan. Diharapkan latihan ini dapat lebih meningkatkan kemampuan perorangan maupun satuan sehingga siap untuk melaksanakan tugas mulia sebagai pasukan pemelihata perdamaian PBB di Kongo.

Prakoso menambahkan, penugasan TNI sebagai pasukan perdamaian menjadi momen sejarah bangsa Indonesia. Sebab karena tugas mulia ini telah dilaksanakan sejak tahun 1950-an. Pada tahun 1957 Indonesia mengirim pasukan Konga I ke Mesir. Kemudian pada tahun 1960, Indonesia juga mengirim Kontingen Garuda II ke Kongo, yang diikuti oleh Kontingen Garuda berikutnya sampai saat ini sesuai dengan permintaan PBB. Hal ini merupakan wujud meningkatnya kepercayaan PBB terhadap kemampuan Indonesia, khususnya TNI dalam perannya menjaga perdamaian dunia. Bangsa Indonesia harus berbangga, karena hasil yang dicapai Kontingen Garuda dimanapun mereka ditempatkan memperoleh pengakuan positif dari dunia internasional.

Hal yang harus dipahami oleh peacekeeper dalam melaksanakan tugas di daerah operasi adalah memahami karakteristik wilayah penugasan operasi di Kongo, yang tentu saja sangat berbeda dengan negara Indonesia, baik dari sudut geografis, demografis maupun kondisi sosial budaya.

Selanjutnya setiap peacekeeper senantiasa memperdalam pengetahuan tentang konflik apa yang terjadi di Kongo dan bagaimana menyikapinya, sehingga peacekeeper tidak dianggap memihak pada salah satu kelompok oleh pihak yang berkonflik. Peacekeeper harus bekerja sesuai dengan Role of Engagement (ROE) yang berpedoman pada Standart Operating Procedure (SOP) PBB dan harus dipedomani pada setiap langkah dan tindakan. Peacekeeper harus mampu dan dapat menjadi penengah antara pihak-pihak yang bertikai secara impartial atau tidak memihak pada salah satu kelompok.

Beberapa hal yang menjadi penekanan Waasops Panglima TNI: Pertama, peningkatan iman dan taqwa pada pelaksanaan tugas operasi perdamaian dengan senantiasa berpedoman pada ajaran agama dalam sikap dan perbuatan. Kedua, pahami dan dalami setiap materi yang telah diterima dalam latihan dengan penuh rasa tanggungjawab, kesungguhan, dedikasi dan disiplin yang tinggi. Ketiga, pahami serta kenali daerah operasi yang dihadapi sehingga dapat mengantisipasi segala kemungkinan yang terjadi. Keempat, manfaatkan hasil latihan ini untuk meningkatkan profesionalisme baik secara perorangan maupun kerja sama kelompok serta hubungan satuan dengan satuan manca negara lainnya. Kelima, pelihara dan tingkatkan kesemaptaan jasmani serta kemampuan khususnya kemampuan menggunakan bahasa Inggris dan Prancis karena akan digunakan sebagai alat komunikasi di daerah operasi.

Satgas Konga XX-H berjumlah 175 orang dipimpin oleh Letnan Kolonel CZI Widianto (Akmil tahun 1993) yang dalam keseharianya menjabat sebagai Kepala Seksi Logistik (Kasilog) 174/Merauke, sedangkan pasukan Zeni berasal dari Detasemen Zeni Tempur (Denzipur) 10 Jayapura. Setelah upacara penutupan Waasops Panglima TNI melakukan pemeriksaan kesiapan perlengkapan para prajurit dalam rangka mengecek seluruh perlengkapan material, bekal umum maupun perlengkapan lainnya yang dibutuhkan dalam mendukung pelaksanaan tugas di lapangan. [wid]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog