Bandung, CyberNews. Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI George Toisutta menyatakan bahwa di lingkungan AD tengah dilakukan percepatan regenerasi, terutama di tataran perwira tinggi. Kondisi itu didorong kesenjangan jumlah antar-angkatan lulusan Akmil Darat guna mengisi kebutuhan organisasi dalam rangka pembinaan personel dan satuan di antaranya sebagai calon pimpinan AD.
KSAD menjamin program percepatan itu tetap mengikuti ketentuan penjenjangan karier yang selama ini berlaku. "Tidak ada hal aneh bin ajaib dalam proses tersebut," tandasnya di Bandung, Jumat (29/10). Menurut dia, stok perwira yang berasal dari angkatan 1976, 1977, 1978, dan 1980 yang diproyeksikan untuk mengisi sejumlah jabatan strategis lebih sedikit dibanding tiga angkatan di atasnya yang sebelumnya mengisi jenjang karier di lingkungan AD.
Perbandingannya quota empat angkatan bisa setara dengan satu angkatan. Kondisi ini kemudian coba dipecahkan. "Lichting 76, 77, 78, dan 1980 itu sama jumlahnya dengan 75, sehingga yang di bawah harus ada yang mengisi," jelasnya. Kadispenad Brigjen TNI S Widjanarko menambahkan percepatan itu untuk mencegah kekosongan jabatan mengingat akan banyaknya perwira yang memasuki masa pensiun.
Dia mencontohkan Pangkostrad Letjen TNI Burhanuddin Amin yang memasuki pensiun. Burhanuddin merupakan lulusan Akmil 1976. Karena kondisi itu, penggantinya adalah Mayjen TNI Pramono Edhie Wibowo dari Akmil 1980. Meski demikian, langkah tersebut bukan berarti perwira yang disiapkan bakal dikarbit. Jenjang pengarieran tetap sesuai norma. Menurut perwira tinggi bintang satu itu, percepatan itu terkait dengan proses rekrutmen di masa lalu. Kondisi serupa diharapkan tidak terjadi lagi. "Lichting 1980 misalnya, termasuk yang sedikit hanya seratusan, tapi sekarang di taruna ada 300 yang sedang pendidikan," katanya. ( Setiady Dwi /CN26 )
KSAD menjamin program percepatan itu tetap mengikuti ketentuan penjenjangan karier yang selama ini berlaku. "Tidak ada hal aneh bin ajaib dalam proses tersebut," tandasnya di Bandung, Jumat (29/10). Menurut dia, stok perwira yang berasal dari angkatan 1976, 1977, 1978, dan 1980 yang diproyeksikan untuk mengisi sejumlah jabatan strategis lebih sedikit dibanding tiga angkatan di atasnya yang sebelumnya mengisi jenjang karier di lingkungan AD.
Perbandingannya quota empat angkatan bisa setara dengan satu angkatan. Kondisi ini kemudian coba dipecahkan. "Lichting 76, 77, 78, dan 1980 itu sama jumlahnya dengan 75, sehingga yang di bawah harus ada yang mengisi," jelasnya. Kadispenad Brigjen TNI S Widjanarko menambahkan percepatan itu untuk mencegah kekosongan jabatan mengingat akan banyaknya perwira yang memasuki masa pensiun.
Dia mencontohkan Pangkostrad Letjen TNI Burhanuddin Amin yang memasuki pensiun. Burhanuddin merupakan lulusan Akmil 1976. Karena kondisi itu, penggantinya adalah Mayjen TNI Pramono Edhie Wibowo dari Akmil 1980. Meski demikian, langkah tersebut bukan berarti perwira yang disiapkan bakal dikarbit. Jenjang pengarieran tetap sesuai norma. Menurut perwira tinggi bintang satu itu, percepatan itu terkait dengan proses rekrutmen di masa lalu. Kondisi serupa diharapkan tidak terjadi lagi. "Lichting 1980 misalnya, termasuk yang sedikit hanya seratusan, tapi sekarang di taruna ada 300 yang sedang pendidikan," katanya. ( Setiady Dwi /CN26 )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar