Selasa, 19 Oktober 2010 | 21:40 WIB
Jayapura, POS KUPANG.Com - Panglima Komando XVII Cenderawasih Mayor Jenderal TNI Hotma Marbun mengatakan, tingkat kerawanan kriminal dan gangguan keamanan di wilayah perbatasan Indonesia dengan Papua Nugini cukup tinggi.
"Kawasan itu sering digunakan sebagai daerah penyelaman, "base camp" dan basis operasi oleh gerombolan pengacau keamanan untuk melakukan penyerangan terhadap pos TNI/Polri," kata Pangdam Hotma Marbun saat memimpin upacara penerimaan dan pembekalan prajurit satuan tugas (Satgas) Batalyon Infantri (Yonif) 141/AYJP di Jayapura, Selasa.
Satgas Yonif 141/AYJP akan menggantikan Satgas Yonif 527/Baladibya Yodha dan Satgas Yonif 330/TD menggantikan Satgas Yonif 713/Satya Tama sebagai Pengamanan Perbatasan (Pamtas) RI-PNG.
Ia juga mengatakan, wilayah perbatasan RI-PNG sering digunakan sebagai pelintas batas tradisional oleh masyarakat setempat yang memang masih memiliki hubungan kekerabatan secara adat, namun hal itu tidak menutup kemungkinan dimanfaatkan oleh oknum tidak bertanggung jawab untuk melancarkan aksi provokatif pada masyarakat setempat.
"Selain itu, wilayah perbatasan juga rawan tindakan kriminal seperti penyelundupan, jual beli senjata maupun amunisi, dan merupakan wilayah yang dapat digunakan untuk kegiatan infiltrasi/eksfiltrasi intelijen asing ke wilayah Papua," papar Pangdam Hotma Marbun.
Untuk menghadapi kerawanan tersebut, katanya, satgas pamtas harus tetap waspada dan terus berpatroli keamanan maupun patroli pemeliharaan patok secara intensif serta melakukan pembinaan kepada masyarakat sekitar perbatasan untuk meningkatkan kesadaran tentang kehidupan berbangsa dan bernegara serta patuh dan taat pada hukum yang berlaku.
"Hal tersebut merupakan tugas pokok satuan pengamanan perbatasan, yaitu menjaga kedaulatan dan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), di sepanjangh wilayah perbatasan darat RI-PNG," ujar Pangdam Hotma Marbun. (ant)
Jayapura, POS KUPANG.Com - Panglima Komando XVII Cenderawasih Mayor Jenderal TNI Hotma Marbun mengatakan, tingkat kerawanan kriminal dan gangguan keamanan di wilayah perbatasan Indonesia dengan Papua Nugini cukup tinggi.
"Kawasan itu sering digunakan sebagai daerah penyelaman, "base camp" dan basis operasi oleh gerombolan pengacau keamanan untuk melakukan penyerangan terhadap pos TNI/Polri," kata Pangdam Hotma Marbun saat memimpin upacara penerimaan dan pembekalan prajurit satuan tugas (Satgas) Batalyon Infantri (Yonif) 141/AYJP di Jayapura, Selasa.
Satgas Yonif 141/AYJP akan menggantikan Satgas Yonif 527/Baladibya Yodha dan Satgas Yonif 330/TD menggantikan Satgas Yonif 713/Satya Tama sebagai Pengamanan Perbatasan (Pamtas) RI-PNG.
Ia juga mengatakan, wilayah perbatasan RI-PNG sering digunakan sebagai pelintas batas tradisional oleh masyarakat setempat yang memang masih memiliki hubungan kekerabatan secara adat, namun hal itu tidak menutup kemungkinan dimanfaatkan oleh oknum tidak bertanggung jawab untuk melancarkan aksi provokatif pada masyarakat setempat.
"Selain itu, wilayah perbatasan juga rawan tindakan kriminal seperti penyelundupan, jual beli senjata maupun amunisi, dan merupakan wilayah yang dapat digunakan untuk kegiatan infiltrasi/eksfiltrasi intelijen asing ke wilayah Papua," papar Pangdam Hotma Marbun.
Untuk menghadapi kerawanan tersebut, katanya, satgas pamtas harus tetap waspada dan terus berpatroli keamanan maupun patroli pemeliharaan patok secara intensif serta melakukan pembinaan kepada masyarakat sekitar perbatasan untuk meningkatkan kesadaran tentang kehidupan berbangsa dan bernegara serta patuh dan taat pada hukum yang berlaku.
"Hal tersebut merupakan tugas pokok satuan pengamanan perbatasan, yaitu menjaga kedaulatan dan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), di sepanjangh wilayah perbatasan darat RI-PNG," ujar Pangdam Hotma Marbun. (ant)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar