Sabtu, 26 Juni 2010

Kiki: Perketat Proses Seleksi

Jumat, 25 Juni 2010 22:03 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Wakil Kepala Staf TNI Angkatan Darat Letnan Jenderal (Purn) Kiki Syahnakri mengingatkan perlunya pengetatan proses seleksi dan rekrutmen awal saat masuk TNI yang salah satunya juga memasukkan kewaspadaan pada paham-paham radikal dan organisasi teroris. Kalau pembinaan dan doktrinasi di TNI AD saya percaya sangat ketat.

“Kalau dahulu kan dalam proses seleksi, yang namanya calon atau keluarganya dinilai berasal dari latar belakang tidak bersih diri atau berpaham komunis, pasti tidak akan lolos. Hal itu diterapkan ketat sekali. Nah, sekarang kenapa tidak dilakukan sama, terutama penyaringan terkait latar belakang kelompok garis keras atau teroris,” ujar Kiki ketika dihubungi Kompas, Jumat (25/6/2010).
Selain itu Kiki juga mengingatkan, masalah klasik terkait kesejahteraan prajurit TNI yang masih minim, sangat berpotensi dipengaruhi atau disusupi, setidaknya ketika para jaringan teroris mencoba mencari akses senjata dan amunisi. Lantaran kepepet secara ekonomi, tambah Kiki, seorang prajurit TNI yang gelap mata bisa saja menjual senjata atau amunisi mereka tanpa tahu kalau kemudian ternyata yang membeli berasal dari kelompok garis keras atau teroris. Pemerintah dan DPR harus secepatnya terus meningkatkan kesejahteraan prajurit TNI.

“Kalau pembinaan dan doktrinasi di TNI AD saya percaya sangat ketat. Enggak akan mungkin ada prajurit TNI disusupi paham seperti itu kalau dia memang enggak ‘membawa gen’ atau latar belakang keluarga atau kelompok itu. Kalau dipengaruhi saat setelah jadi anggota TNI, saya yakin kemungkinannya kecil sekali,” ujar Kiki. Kiki mencontohkan pengalamannya saat bertugas di Timor Timur (Timor Leste).
Salah seorang bintara anak buahnya dimasukkan sel karena melawan atasan. Kebetulan karena keterbatasan fasilitas penjara, si bintara itu dimasukkan ke penjara umum di mana dia bertemu banyak anggota kelompok klandestin. “Ketika dia keluar dari situ dia langsung melapor apa saja yang dia dengar dan ketahui saat di dalam penjara. Jadi memang kalau pembinaan dan rekrutmen awalnya bagus, akan sangat sulit untuk mempengaruhi anggota TNI dengan paham atau pemikiran radikal,” ujar Kiki.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog