Kamis, 22 April 2010

Rekrut Nelayan Jadi Intel

Strategi TNI-AL untuk Pertahanan Negara

"Kami akan memberdayakan mereka (nelayan) secara sinergis. Nanti perannya menjadi pemberi informasi atau deteksi dini ancaman bagi TNI -AL."
AGUS SUHARTONO Kepala Slaf TNI-AL


JAKARTA, Jawa Post - Mabes TNI-AL mempunyai ide baru, memberdayakan nelayan untuk kepentingan pertahanan negara. Mereka akan direkrut menjadi informan paling depan bagi satuan-satuan tentara Angkatan Laut. Untuk itu, para pencari ikan tersebut bakal dilatih secara khusus.

“Kami akan memberdayakan mereka secara sinergi. Nanti perannya menjadi pemberi informasi atau deteksi dini ancaman bagi TNI-AL," ujar Kepala Staf TNI-AL Laksamana Agus Suhartono saat menutup Forum Strategi Angkatan Laut di gedung Seskoal, Cipulir, Jakarta, kemarin.

Orang nomor satu di korps baju putih itu menjelaskan, peran . nelayan tersebut menjadi komponen cadangan strategis TNI. Selain nelayan, awak-awak kapal komersial, termasuk pengusaha jasa pelayaran, akan diberdayakan "Suatu saat kita akan mengadakan latihan tempur atau latihan ·perang di laut dengan mengajak mereka supaya tidak kaget," kata Agus.

Kapal-kapal komersial juga bermanfaat untuk kepentingan tempur laut. "Misalnya, transportasi pasukan bisa dibantu mereka. Terutama karena keterbatasan kapal-kapal kita," ujar laksamana kelahiran Blitar, Jatim itu. Menurut Agus, perekrutan nelayan dan warga sipil yang lain untuk kepentingan pertahanan laut sedang dimatangkan. "Dalam waktu dekat, itu segera selesai dan kami sampaikan ke Kementerian Pertahanan sebagai penjurunya," tuturnya. .

Mantan panglima Armada Barat (Pangarmabar) itu melanjutkan, forum yang diikuti para pemikir strategis TNI-AL itu juga membahas cara-cara baru pertahanan laut. Di antaranya, strategi pertahanan dengan memanfaatkan area pertempuran terbuka. "Kondisi geografis laut dan selat di Indonesia kan berbeda-beda. Dengan cara tertentu, musuh bisa dipancing agar masuk ke wilayah yang paling lemah," kata Agus.
Salah satu metodenya adalah penjebakan dengan ranjau laut atau menutup (sealing) area tertentu menggunakan kapal-kapal pencegat. "Kalau kita umumkan satu wilayah sudah ada ranjau, tentu musuh tak mau ambil resiko. Misalnya, kita nyatakan Selat Malaka dipagari ranjau. Mereka pasti bergeser ke Selat Sunda dan di sana kita siapkan (serangan)," katanya.
TNI-AL juga akan memperkuat kemampuan kapal-kapal patroli. Misalnya, mempersenjatai dengan rudal Yakhoon buatan Rusia. " Kecepatan rudal permukaan itu 300 kilometer per jam," kata alumnus AAL 1978 itu. Dalam forum itu juga bakal disusun tiga buku penting yang menjadi pedoman AL hingga . 2024.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog