Kamis, 30 September 2010

32 Ribu Warga Lari ke Markas TNI-Polri


Rabu, 29 September 2010 19:46 WIB
Tribun Kaltim/Niko Ruru
Ratusan warga terpaksa mengungsi ke Polresta Tarakan menyusul bentrok yang kembali pecah Selasa malam tadi.
KAMIS, 30 SEPTEMBER 2010 02:47 WITA
TARAKAN, TRIBUN - Sekitar 32 ribu warga Kota Tarakan, Kalimantan Timur, kini berlindung di markas TNI-Polri di wialyah itu, Rabu (29/9). Mereka lari mencari perlindungan setelah situasi keamanan kian mencekam akibat bentrok yang pecah sejak 26 September lalu.

Para pengungsi memadati markas Batalyon Infantreri Yonif 613/Raja Alam, markas TNI AU, markas TNI AL, Polresta Tarakan, satuan radar, dan asrama polisi di Jalan Sudirman. Ada juga yang memilih menempati SDN 029 yang berada di depan Markas Yonif 613/Raja Alam.m Ribuan lainnya diberitakan sudah lari (eksodus) meninggalkan Tarakan dan mengungsi ke kabupaten terdekat. Suasana kian mencekam setelah kembali terjadi bentrok Rabu pagi yang menewaskan dua orang. Warga memilih meninggalkan rumah dan mengungsi ke markas militer dan polisi karena merasa lebih aman. Sejumah warga mengaku, pihak keamanan dan tokoh masyarakat setempat yang meminta mereka mengungsi untuk menghindari kemungkinan terburuk.

Sejumlah kendaraan maupun truk-truk milik Brimob Polda Kaltim mengangkut para pengungsi menuju lokasi yang aman. Personel Yonif 613/Raja Alam ikut melakukan pengawalan terhadap truk-truk yang sudah disiagakan sejak Rabu pagi. Ribuan warga yang mengungsi ini berasal dari sejumlah wilayah di antaranya Mamburungan, Selumit, Jumawa Permai, termasuk wilayah sekitar Grand Tarakan Mall, Jalan Gajahmada, dan Jl Yos Sudarso. Mereka adalah para pendatang khususnya asal Sulsel. Namun, pendatang dari daerah lain seperti Jawa dan Sumatera juga ikut mengungsi karena takut.

Dari Makassar
Pemerintah Kabupaten Nunukan, kabupaten yang jaraknya sekitar tiga jam dengan speedboat, dari Tarakan, ikut menyiapkan sebelas tenda peleton yang bisa menampung sekitar 2.800 pengungsi. Tenda ini terpasang di sekitar terminal Pelabuhan Tunon Taka, Nunukan. Tenda ini untuk 1.000 pengungsi yang berasal dari Tarakan, sementara 1.800 lainnya merupakan penumpang KM Bukit Siguntang asal Makassar tujuan Tarakan yang turun di Nunukan.

KM Siguntang tidak bisa sandar di Pelabuhan Melundung, Tarakan. Penumpang juga takut ke Tarakan karena beredar kabar bahwa warga setempat bersiap-siap menunggu dan akan mengusir para pendatang. Para pengungsi akan ditangani Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi dan Sosial Kabupaten Nunukan. Untuk kebutuhan konsumsi maupun keperluan lainnya akan ditanggung Pemkab Nunukan. Sejumlah mahasiswa asal Nunukan yang berada di Tarakan memilih mengungsi ke Tanjung Selor, Kabupaten Bulungan. "Kami ikut speedboat yang disediakan Pemkab Bulungan untuk mengungsi ke Tanjung Selor. Di sana lebih aman," kata seorang mahasiswa.

Pertemuan Bandara
Gubernur Kalimantan Timur Awang Faroek Ishak dan Ketua DPRD Kaltim Mukmin Faisyal HP tiba di Tarakan, Rabu siang. Awang langsung mengadakan pertemuan dengan para tokoh adat dan tokoh masyarakat Tarakan di ruang rapat VIP Bandara Juwata, Tarakan. Dalam pertemuan tersebut Awang mengatakan, kedatangannya ke Tarakan untuk mengembalikan situasi dan kondisi Tarakan. Kapolda Kaltim, Irjen Pol Mathius Salempang, hingga pertemuan berakhir belum juga muncul di Tarakan. Dikabarkan, Mathius sedang berada di luar negeri.

Awang mengakui sudah ditelepon Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang meminta agar konflik antarkelompok warga itu tidak meluas. "Saya yakin dengan keinginan dua pihak serta kesungguhan aparat TNI dan Polri, kita semua dapat mencari jalan terbaik. Saya imbau kedua pihak menahan diri dan mempercayakan penanganan persoalkan ini secara hukum," ujar Awang. sementara Wali Kota Tarakan, Udin Hianggio, kemarin siang mengunjungi para pengungsi. Undin minta warga untuk tetap tenang dan bersabar. "Bapak dan ibu harap bersabar. Saya bersama Kapolda, aparat keamanan, dan Gubernur Kaltim akan menyelesaikan masalah ini secepatnya agar kondisi Tarakan bisa normal kembali," ujar Udin.

Lima Tewas
Korban jiwa terus bertambah. Hingga Rabu siang, Polda Kaltim mencatat lima korban tewas dan puluhan luka-luka. Korban yang tewas adalah Abdullah Salim (45) yang meninggal Senin (27/9). Berikutnya, Musyidul Armin (15) dan Bugut (37), meninggal Selasa (28/9) malam. Kemudian Iwan (31) dan Syamsul bin Samsuddin alias Udin (30), meninggal saat bentrokan Rabu pagi.
"Semua korban tewas akibat bentrokan," kata Kabid Humas Polda Kaltim Kombes Pol Antonius Wisnu Sutirta.

Menurutnya, semua korban tewas akibat serangan senjata tajam. Enam korban luka-luka yang sudah teridentifikasi masing-masing Agus (16) luka bacok di tangan kanan, Taufik (33) luka bacok di tangan kanan, Fikri bin Haji Sani luka bacok, Yudi (32) luka di telinga kiri, Hafid luka di kaki, dan Kalun (15) luka di tangan. Kerugian material meliputi empat rumah dibakar, dua rumah dirusak, dan dua kios dilalap si jago merah. Untuk mengamankan Kota Tarakan, lanjut Wisnu, saat ini di-BKO-kan aparat dari polres-polres terdekat seperti Malina, Berau, Nunukan, Bulungan, Brimob Polda Kaltim, Brimob Kelapa Dua Jakarta, Yonif Tarakan dan Malinau, Kodim, serta TNI angkatan udara.

Ketegangan kembali menyeruak setelah terjadi bentrok susulan sekitar pukul 22.00 wita, Selasa, yang menewaskan seorang warga. Tak pelak, sejak Rabu pagi aktivitas bisnis lumpuh total. Seluruh toko, swalayan, dan mall memilih tutup. Demikian halnya sekolah, kampus, dan kantor-kantor pemerintah maupun swasta, juga tutup. Belum diketahui sampai kapan kantor pemerintah maupun swasta, sekolah, dan kampus kembali dibuka mengingat situasi di Tarakan saat ini belum sepenuhnya kondusif.

Aparat TNI dari berbagai satuan menjaga ketat semua fasilitas umum di Kota Tarakan, seperti terminal angkutan umum, Bandara Juwata, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD), Rumah Sakit Pertamedika, dan Rumah Sakit TNI Angkatan Laut. Perdamaian terus diupayakan aparat keamanan dan Pemerintah Kota Tarakan, dengan melakukan pertemuan di Hotel Tarakan Plaza. Turut hadir Ketua Persatuan Suku Asli Kalimantan (Pusaka) Pusat, Faridil Murad, dan sejumlah tokoh adat dari Bulungan.

Pasukan Jakarta
Kapolri Jenderal Pol Bambang Hendarso Danuri (BHD) mengirim pasukan pengamanan dari Jakarta. "Jadi kami lakukan upaya evakuasi dan upaya pencegahan supaya tidak ada kekerasan lagi," kata Kapolri, di Jakarta, Rabu (29/9). Mengenai perkembanngan terakhir, Kapolri sudah melaporkan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan langsung mendapatkan arahan. Pasukan tambahan sudah diterbangkan ke Tarakan. "Pukul 03.00 waktu setempat telah sampai. Kami sudah dapat bantuan dari TNI satu batalyon. Deputi Operasional (Deops) Polri kami geser ke sana (Tarakan) untuk pengendalian. Ada juga tokoh masyarakat dan tokoh adat dari Jakarta," paparnya.

Sedang Presiden SBY mengingatkan agar perisiwa bentrokan yang terjadi di Tarakan tidak membesar seperti tragedi Sampit, di Kalimantan Tengah yang melibatkan suku Dayak dengan warga asal Madura, Jatim. "Kejadian seperti ini harus segera diatasi dengan langkah-langkah yang cepat dan tepat. Harus tuntas. Kita punya pengalaman 10 tahun lalu ketika terjadi konflik etnis di Kalimantan Tengah, yang disebut dengan peristiwa Sampit," ujar SBY di Kantor Presiden, Jakarta.

Diakui konflik itu bermula dari masalah sepele. "Bermula dari perselisihan atau perkelahian antara satu dua orang dari komunitas berbeda. Kemudian meluas, membesar sampai terjadi konflik yang mengakibatkan korban jiwa," katanya. SBY mengingatkan agar tidak meremehkan kasus seperti itu dan menganggap hanya masalah biasa-biasa saja. "Saya berharap yang terjadi di Kaltim tidak seperti masa lalu. Syaratnya, dilakukan langkah-langkah terpadu, cepat, dan tepat," katanya.(Tribunnews/jns/noe/yat)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog