Selasa, 21 September 2010 , 11:19:00 WIB
Laporan: Zul Hidayat Siregar
RMOL. Purnawirawan Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Akabri) angkatan 1973 menentang segala bentuk manuver politik, yang mengatasnamakan Purnawirawan TNI. Sebab, manuver tersebut bisa memecahbelah persatuan purnawirawan yang selama ini terbina dengan baik.
Laporan: Zul Hidayat Siregar
RMOL. Purnawirawan Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Akabri) angkatan 1973 menentang segala bentuk manuver politik, yang mengatasnamakan Purnawirawan TNI. Sebab, manuver tersebut bisa memecahbelah persatuan purnawirawan yang selama ini terbina dengan baik.
Pernyataan ini disampaikan Letjen (purn) Romulus Simbolon saat didapuk berbicara mewakili angkatannya dalam acara Halal Bihalal Purnawirawan TNI Angkatan Darat lulusan Akabri tahun 1973, di Hotel Borobudur, Jakarta, pada Sabtu lalu.
Kepada Rakyat Merdeka Online, pengamat politik Syahganda Nainggolan mengutarakan justru melihat sikap kawan se-angakatan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Akabri itu seperti maling teriak maling. Syahganda mengatakan sejak dulu angkatan 73 itu, bahkan masih aktif, terlibat politik untuk memenangkan SBY jadi Presiden.
"Itu kan angkatan 73 dari dulu sudah mendukung SBY jadi Presiden saat itu SBY masih (menjabat) menko Polkam. Letjen M Jasin yang menjabat Deputi Menko Polkam, saat itu masih aktif (di TNI), menggalang dukungan dari angakatan 73 yang waktu itu banyak jadi pejabat penting di tubuh militer," ujar Syahganda.
Pada saat itu, Syahganda mencontohkan, M Jasin meminta dukungan agar SBY bisa mulus jadi presiden tahun 20014 dari Pangdam Bukit Barisan Mayjen Tri Tamtomo yang juga angakatan 1973. Saat itu, tambah Syahganda, M Jasin yang masih aktif di TNI tidak dipecat.
"Jadi dari dulu angakatan 1973 sudah berpolitik. Semua orang sudah tahu itu. Dan sebenarnya cara berpolitik mereka itu lebih berbahaya. Karena waktu itu mereka masih aktif," demikian Syahganda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar