Denpasar (Bali Post) –
Jangan sampai teroris masuk untuk merusak Bali dan Indonesia. Jaga sungguh-sungguh tanah Bali, jangan lagi ada kesempatan teroris bertindak biadab mengotori tanah yang suci ini.Penegasan tersebut disampaikannya usai serah terima jabatan (sertijab) Danrem 163/Wira Satya dari Kol. Inf. Yoedhi Swastanto, MBA. kepada Kol. Inf. Jacob Djoko Sarosa. Selanjutnya, Kol. Inf. Yoedhi Swastanto fokus menuntaskan pendidikan di Lemhanas Jakarta yang tersisa empat bulan lagi. Hadir pada acara itu, Gubernur Mangku Pastika, Kapolda Irjen Pol. Hadiatmoko, Wakil DPRD Bali IGB Alit Putra, Kasrem Letkol Inf. M.J.P. Hutagaol, tokoh pers, tokoh masyarakat, tokoh pemuda.
Diakuinya, pada ''bulan teroris'' September ini sejumlah pihak mencoba malakukan infiltrasi secara kasar dan diam-diam ke Bali. Untuk itu, Pangdam menginstruksikan kepada Danrem 163/Wirasatya, Dandim se-Bali, Koramil, para babinsa, prajurit teritorial yang tersebar hingga ke pelosok desa hingga pasukan elite Raider 900 Kodam IX/Udayana untuk melakukan tugas-tugasnya secara profesional, didasari rasa pengabdian dan pengorbanan yang optimal.
Pangdam juga mengingatkan segenap jajarannya, jangan sampai ada lagi bom Bali jilid III di wilayah yang merupakan barometer keamanan nasional. Lakukan tugas dengan profesional, proporsional, berkolaborasi dengan polisi, aparat keamanan terkait seperti pecalang, pertahanan sipil. ''Jaga sungguh-sungguh tanah Bali, jangan lagi ada kesempatan teroris bertindak biadab mengotori tanah yang suci ini,'' pintanya.
Ego Primordial
Selain soal keamanan Bali dan perlawanan yang ketat kepada terorisme, Pangdam IX/Udayana mengharapkan Korem 163/Wira Satya mampu memberdayakan pertahanan negara di wilayah Bali. Caranya, dengan mengomunikasikan dan mengintegrasikan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dengan Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) pertahanan. Hal ini sejalan dengan upaya sistem pertahanan negara yang harus dilakukan secara dini, terencana, terpadu dan berkelanjutan.
Selain itu, Korem juga mempunyai tugas mensosialisasikan tentang kesadaran bela negara. Selama ini pemahaman masyarakat masih keliru dalam mempersepsikan bela negara. Mereka sering mengidentikkan bela negara sama dengan mengangkat senjata. adahal wujud aplikasi dari bela negara antara lain memiliki rasa cinta tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara, rela berkorban demi bangsa serta memiliki keyakinan bahwa Pancasila sebagai falsafah dan ideologi negara.
Dalam pengelolaan kondisi sosial, kata Mayjen TNI Rachmat Budiyanto, Korem mengemban tugas pengembangan wawasan kebangsaan kepada masyarakat. enekanan itu disampaikan Pangdam karena ada indikasi wawasan kebangsaan masyarakat saat ini mulai luntur. Kenyataan ini ditandai rendahnya penghormatan kepada para pejuang, krisis kepercayaan kepada para pemimpin bangsa, berkurangnya penghargaan terhadap simbol-simbol negara misalnya bendera Merah Putih, lagu-lagu kebangsaan serta ego primordial yang berdampak munculnya konflik horizontal. ''Saya berharap di Bali jangan sampai muncul wacana maupun tindakan yang mengarah ego primordial yang dapat berakibat munculnya perpecahan dalam kehidupan bermasyarakat,'' harap Pangdam IX/Udayana.
Untuk itu, Korem yang memiliki tugas pokok sebagai alat pertahanan negara, hendaknya mampu terus meningkatkan pemberdayaan wilayah pertahanan yang meliputi aspek geografi, demografi dan kondisi sosial. Sebagai aparat teritorial, seluruh prajurit Korem dituntut meningkatkan kemampuannya berkaitan dengan ketiga aspek tersebut, dengan cara senantiasa membangun komunikasi sosial secara intensif dengan elemen masyarakat.
Prabu Brawijaya
Meski suasana hujan, pelaksanaan sertijab dengan inspektur upacara Pangdam IX/Udayana Mayjen TNI Rachmat Budiyanto dan Komandan Upacara (Danup) Letkol Inf. Wayan Suarjana, Dandim 1626 Bangli, berlangsung khidmat. Bahkan, para undangan yang hadir terkesima dengan suguhan tari kolosal budaya adiluhung bangsa yang mengambil tema Raja Majapahit terakhir, Prabu Brawijaya. Tercatat acara seperti itu baru pertama kali dilangsungkan terkait sertijab Danrem. Acara sungguh menarik karena dibawakan oleh mahasiswa ISI Denpasar bersama Universitas Mahendradatta.
Tema kepemimpinan yang ideal diangkat termasuk spirit untuk mempererat persatuan kesatuan yang harmonisasi dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI. Diceritakan, Catur Praja Wicaksana merupakan sesuluh gaya kepemimpinan yang bijaksana, demokratis. Langkah-langkahnya, sang pemimpin wajib komit menerapkan empat asas yakni Sama, Bedha, Dana dan Danda secara proporsional demi harmoni dan jagadhita. (kmb11)
Jangan sampai teroris masuk untuk merusak Bali dan Indonesia. Jaga sungguh-sungguh tanah Bali, jangan lagi ada kesempatan teroris bertindak biadab mengotori tanah yang suci ini.Penegasan tersebut disampaikannya usai serah terima jabatan (sertijab) Danrem 163/Wira Satya dari Kol. Inf. Yoedhi Swastanto, MBA. kepada Kol. Inf. Jacob Djoko Sarosa. Selanjutnya, Kol. Inf. Yoedhi Swastanto fokus menuntaskan pendidikan di Lemhanas Jakarta yang tersisa empat bulan lagi. Hadir pada acara itu, Gubernur Mangku Pastika, Kapolda Irjen Pol. Hadiatmoko, Wakil DPRD Bali IGB Alit Putra, Kasrem Letkol Inf. M.J.P. Hutagaol, tokoh pers, tokoh masyarakat, tokoh pemuda.
Diakuinya, pada ''bulan teroris'' September ini sejumlah pihak mencoba malakukan infiltrasi secara kasar dan diam-diam ke Bali. Untuk itu, Pangdam menginstruksikan kepada Danrem 163/Wirasatya, Dandim se-Bali, Koramil, para babinsa, prajurit teritorial yang tersebar hingga ke pelosok desa hingga pasukan elite Raider 900 Kodam IX/Udayana untuk melakukan tugas-tugasnya secara profesional, didasari rasa pengabdian dan pengorbanan yang optimal.
Pangdam juga mengingatkan segenap jajarannya, jangan sampai ada lagi bom Bali jilid III di wilayah yang merupakan barometer keamanan nasional. Lakukan tugas dengan profesional, proporsional, berkolaborasi dengan polisi, aparat keamanan terkait seperti pecalang, pertahanan sipil. ''Jaga sungguh-sungguh tanah Bali, jangan lagi ada kesempatan teroris bertindak biadab mengotori tanah yang suci ini,'' pintanya.
Ego Primordial
Selain soal keamanan Bali dan perlawanan yang ketat kepada terorisme, Pangdam IX/Udayana mengharapkan Korem 163/Wira Satya mampu memberdayakan pertahanan negara di wilayah Bali. Caranya, dengan mengomunikasikan dan mengintegrasikan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dengan Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) pertahanan. Hal ini sejalan dengan upaya sistem pertahanan negara yang harus dilakukan secara dini, terencana, terpadu dan berkelanjutan.
Selain itu, Korem juga mempunyai tugas mensosialisasikan tentang kesadaran bela negara. Selama ini pemahaman masyarakat masih keliru dalam mempersepsikan bela negara. Mereka sering mengidentikkan bela negara sama dengan mengangkat senjata. adahal wujud aplikasi dari bela negara antara lain memiliki rasa cinta tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara, rela berkorban demi bangsa serta memiliki keyakinan bahwa Pancasila sebagai falsafah dan ideologi negara.
Dalam pengelolaan kondisi sosial, kata Mayjen TNI Rachmat Budiyanto, Korem mengemban tugas pengembangan wawasan kebangsaan kepada masyarakat. enekanan itu disampaikan Pangdam karena ada indikasi wawasan kebangsaan masyarakat saat ini mulai luntur. Kenyataan ini ditandai rendahnya penghormatan kepada para pejuang, krisis kepercayaan kepada para pemimpin bangsa, berkurangnya penghargaan terhadap simbol-simbol negara misalnya bendera Merah Putih, lagu-lagu kebangsaan serta ego primordial yang berdampak munculnya konflik horizontal. ''Saya berharap di Bali jangan sampai muncul wacana maupun tindakan yang mengarah ego primordial yang dapat berakibat munculnya perpecahan dalam kehidupan bermasyarakat,'' harap Pangdam IX/Udayana.
Untuk itu, Korem yang memiliki tugas pokok sebagai alat pertahanan negara, hendaknya mampu terus meningkatkan pemberdayaan wilayah pertahanan yang meliputi aspek geografi, demografi dan kondisi sosial. Sebagai aparat teritorial, seluruh prajurit Korem dituntut meningkatkan kemampuannya berkaitan dengan ketiga aspek tersebut, dengan cara senantiasa membangun komunikasi sosial secara intensif dengan elemen masyarakat.
Prabu Brawijaya
Meski suasana hujan, pelaksanaan sertijab dengan inspektur upacara Pangdam IX/Udayana Mayjen TNI Rachmat Budiyanto dan Komandan Upacara (Danup) Letkol Inf. Wayan Suarjana, Dandim 1626 Bangli, berlangsung khidmat. Bahkan, para undangan yang hadir terkesima dengan suguhan tari kolosal budaya adiluhung bangsa yang mengambil tema Raja Majapahit terakhir, Prabu Brawijaya. Tercatat acara seperti itu baru pertama kali dilangsungkan terkait sertijab Danrem. Acara sungguh menarik karena dibawakan oleh mahasiswa ISI Denpasar bersama Universitas Mahendradatta.
Tema kepemimpinan yang ideal diangkat termasuk spirit untuk mempererat persatuan kesatuan yang harmonisasi dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI. Diceritakan, Catur Praja Wicaksana merupakan sesuluh gaya kepemimpinan yang bijaksana, demokratis. Langkah-langkahnya, sang pemimpin wajib komit menerapkan empat asas yakni Sama, Bedha, Dana dan Danda secara proporsional demi harmoni dan jagadhita. (kmb11)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar