Senin, 04 Oktober 2010

Niat Menengok Buah Hati Berakhir di Petarukan


03 Oktober 2010 17:56 wib Nasional
Blora, CyberNews. Suara tembakan menyalak. Sejumlah anggota TNI nampak menurunkan peti jenazah Kolonel (Inf) Julianto SSos dengan menggunakan tali. Perasaan haru disertai doa-doa dari keluarga, kawan, dan segenap masyarakat yang ikut melayat di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Butoh, yang berada disamping Taman Makam Pahlawan (TMP) Wira Bakti, Blora.

Inpektur Upacara (Irup) dalam pemakaman secara militer melepas Kolonel Julianto, Marskal Pertama (Marsma) Mukhtar E Lubis MSc, sejenak, nampak mendongakkan kepala ke atas, melihat ruang hampa ke langit-langit. Tak lama. Lalu ia kembali melihat ke arah peti jenazah rekan kerjanya di Kementrian Pertahanan RI, untuk teakhir kali.

Tak jauh dari Irup Marsma Mukhtar E Lubis MSc, seorang perempuan bergumam lirih. "Selamat jalan, Mas. Tidak ada yang abadi. Dari tanah kembali ke tanah. Semoga amal ibadah Mas, diterima disisi-Nya dan diampuni segala dosa," ucap perempuan berkerudung putih itu lirih, sementara di kejauhan, suara azan dzuhur masih terdengar.

Beberapa meter dari tempat pemakaman, di deretan kursi-kursi, Vilianti Eka Fitri Mahartina (Vivi), nampak dikelilingi sejumlah anggota keluarganya, karena pingsan setelah menaburkan bunga di makam ayahandanya, sebelum pusara itu ditutup dengan tanah.

Kolonel Julianto, adalah salah satu korban tragedi Petarukan, di mana Kereta Api (KA) Senja Utama Bisnis dihantam oleh KA Argo Anggrek dari belakang di Stasiun Petarukan, Pemalang, Sabtu (2/10) lalu. Perwira lulusan Akmil 1984 yang lahir di Blora, 20 Juli 1958 itu, hendak ke Semarang untuk menengok dua buah hatinya hasil pernikahannya dengan almarhumah Purtiningsih, yaitu Vilianti Eka Fitri Mahartina dan Vidya Dwi Turiski Wijaya (Aya), yang kuliah di Kota Lunpia.

"Setiap seminggu sekali kalau lagi tidak dinas, kakak saya memang menengok dua anaknya yang kuliah di Semarang," kata Endik Setiawan, adik kandung Julianto yang juga anggota TNI AU.

Endik sendiri menganggap kepergian kakaknya dalam tragedi Petarukan itu sebagai musibah yang harus diterima dengan ikhlas. "Ini musibah. Dan kepulangan kakak saya ke Semarang juga untuk menunaikan kewajibannya sebagai seorang Bapak untuk menengok anak-anaknya," Endik menambahkan.

Namun, ajal memang dalam kekuasaan Tuhan. Julianto yang berniat ke Semarang untuk menengok buah hatinya di Semarang, meninggal dalam sebuah tragedi, dengan membawa cinta dan kasih untuk putra-putrinya, Vivi dan Aya. Selamat jalan, Kolonel.
( Rosidi /CN12 )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog