Sabtu, 12 Juni 2010
JAKARTA (Suara Karya): Alat utama sistem senjata (alutsista) jenis rudal QW-3 yang dimilki TNI Angkatan Udara telah diuji coba di lapangan tembak Depohar 60 Desa Gesingan Pantai Selatan, Pacitan. Rudal panggul khusus penghancur pesawat ini merupakan rudal pertahanan udara generasi baru.
Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Udara, Marsekal Pertama TNI Bambang Samoedro di Jakarta, Jumat (11/6) mengatakan, uji coba rudal QW-3 dilaksanakan Kamis (10/6) dengan sasaran tembak pesawat target drone. Pesawat target drone adalah pesawat model tipe S-70 berkemampuan terbang radius 30 kilometer dikendalikan ground station berbobot 55 kilogram. Peluncurannya, tutur dia menjelaskan, menggunakan daya dorong catapult yang berada pada bagian bawah fuselage dilengkapi GPS, sehingga setiap manuver pesawat dapat termonitor pada layar komputer pada ground station. "Kegiatan uji tembak tersebut dapat berjalan dengan lancar dan berhasil yang ditandai dengan tembakan rudal mengenai sasaran berupa pesawat target drone," ujar Bambang.
Selain Kadispen TNI AU, uji tembak QW-3 di lapangan tembak Depohar 60 Pacitan, disaksikan para pejabat TNI AU, Kementerian Pertahanan, Mabes TNI, seperti Komandan Koharmat TNI AU, Marsda TNI Ferdinand, Kadislitbangau Marsma TNI Basuki Purwanto, Kadislambangjau Marsma TNI MZ Djamhari, Dankorpaskhasau Marsma TNI Harry Budiono, dan Danlanud Iswahyudi Marsma TNI Ismono Wijayanto.
Bambang menyebutkan, uji tembak rudal QW-3 dengan sasaran target drone ini sebagai realisasi dari kegiatan penerimaan barang kontrak. Tujuannya, untuk mengetahui efektivitas fungsi dan kelayakan sistem kerja material QW-3 untuk menjadi alutsista TNI AU. Selain itu, ia menambahkan, uji tembak tersebut akan menjadi bahan pertimbangan dan evaluasi bagi pimpinan TNI dan Kementerian Pertahanan dalam memutuskan kebijakan pembelian alutsista.
Rudal QW-3 berbobot 16 kg, panjang 1,5 meter yang memiliki fungsi pertahanan udara. Rudal generasi baru yang menggunakan sistem manpad (rudal panggul) memiliki kemampuan anti jamming dan tahan terhadap flare yangg diluncurkan oleh pesawat sasaran.
Secara terpisah, Akademi Angkatan Udara (AAU) menjalin kerja sama dengan Lembaga Karate-do Indonesia (Lemkari) Pengda DIY untuk pendidikan Karate bagi Karbol AAU. Penandatanganan naskah kerjasama ini dilakukan Direktur Pengkajian AAU Kolonel TNI Kustono, dan Ketua Mejelis Sabuk Hitam Pengda Lemkari DIY Christ Jarka.
Penandatangan kerja sama itu disaksikan Gubernur AAU Marsekal Muda TNI Sru A Andreas, serta Ketua Umum Forki DIY H Setyo Wibowo di Kampus AAU Yogyakarta. Kerja sama ini, tutur Andreas, untuk mengembangkan pendidikan beladiri Karate bagi karbol AAU sekaligus meningkatkan kesempatan jasmani maupun ketangkasan diri, memantapkan sikap dan perilaku keperwiraan/kepahlawanan, serta memperteguh kedisiplinan personal/sosial.
"Karate bukanlah tradisi eksploitasi kekerasan diri, melainkan lebih pada seni mengendalikan diri. Implementasi seni pengendalian diri itu dapat mendorong posisi presepsi AAU sebagai lembaga pendidikan pada proporsinya bahwa pendidikan militer bukan pendidikan kekerasan, melainkan pendidikan secara keras dan ketat menerapkan kedisiplinan guna mencapai tujuan pendidikan yang optimal," ujarnya. (Feber Sianturi)
JAKARTA (Suara Karya): Alat utama sistem senjata (alutsista) jenis rudal QW-3 yang dimilki TNI Angkatan Udara telah diuji coba di lapangan tembak Depohar 60 Desa Gesingan Pantai Selatan, Pacitan. Rudal panggul khusus penghancur pesawat ini merupakan rudal pertahanan udara generasi baru.
Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Udara, Marsekal Pertama TNI Bambang Samoedro di Jakarta, Jumat (11/6) mengatakan, uji coba rudal QW-3 dilaksanakan Kamis (10/6) dengan sasaran tembak pesawat target drone. Pesawat target drone adalah pesawat model tipe S-70 berkemampuan terbang radius 30 kilometer dikendalikan ground station berbobot 55 kilogram. Peluncurannya, tutur dia menjelaskan, menggunakan daya dorong catapult yang berada pada bagian bawah fuselage dilengkapi GPS, sehingga setiap manuver pesawat dapat termonitor pada layar komputer pada ground station. "Kegiatan uji tembak tersebut dapat berjalan dengan lancar dan berhasil yang ditandai dengan tembakan rudal mengenai sasaran berupa pesawat target drone," ujar Bambang.
Selain Kadispen TNI AU, uji tembak QW-3 di lapangan tembak Depohar 60 Pacitan, disaksikan para pejabat TNI AU, Kementerian Pertahanan, Mabes TNI, seperti Komandan Koharmat TNI AU, Marsda TNI Ferdinand, Kadislitbangau Marsma TNI Basuki Purwanto, Kadislambangjau Marsma TNI MZ Djamhari, Dankorpaskhasau Marsma TNI Harry Budiono, dan Danlanud Iswahyudi Marsma TNI Ismono Wijayanto.
Bambang menyebutkan, uji tembak rudal QW-3 dengan sasaran target drone ini sebagai realisasi dari kegiatan penerimaan barang kontrak. Tujuannya, untuk mengetahui efektivitas fungsi dan kelayakan sistem kerja material QW-3 untuk menjadi alutsista TNI AU. Selain itu, ia menambahkan, uji tembak tersebut akan menjadi bahan pertimbangan dan evaluasi bagi pimpinan TNI dan Kementerian Pertahanan dalam memutuskan kebijakan pembelian alutsista.
Rudal QW-3 berbobot 16 kg, panjang 1,5 meter yang memiliki fungsi pertahanan udara. Rudal generasi baru yang menggunakan sistem manpad (rudal panggul) memiliki kemampuan anti jamming dan tahan terhadap flare yangg diluncurkan oleh pesawat sasaran.
Secara terpisah, Akademi Angkatan Udara (AAU) menjalin kerja sama dengan Lembaga Karate-do Indonesia (Lemkari) Pengda DIY untuk pendidikan Karate bagi Karbol AAU. Penandatanganan naskah kerjasama ini dilakukan Direktur Pengkajian AAU Kolonel TNI Kustono, dan Ketua Mejelis Sabuk Hitam Pengda Lemkari DIY Christ Jarka.
Penandatangan kerja sama itu disaksikan Gubernur AAU Marsekal Muda TNI Sru A Andreas, serta Ketua Umum Forki DIY H Setyo Wibowo di Kampus AAU Yogyakarta. Kerja sama ini, tutur Andreas, untuk mengembangkan pendidikan beladiri Karate bagi karbol AAU sekaligus meningkatkan kesempatan jasmani maupun ketangkasan diri, memantapkan sikap dan perilaku keperwiraan/kepahlawanan, serta memperteguh kedisiplinan personal/sosial.
"Karate bukanlah tradisi eksploitasi kekerasan diri, melainkan lebih pada seni mengendalikan diri. Implementasi seni pengendalian diri itu dapat mendorong posisi presepsi AAU sebagai lembaga pendidikan pada proporsinya bahwa pendidikan militer bukan pendidikan kekerasan, melainkan pendidikan secara keras dan ketat menerapkan kedisiplinan guna mencapai tujuan pendidikan yang optimal," ujarnya. (Feber Sianturi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar