Selasa, 07 September 2010

Bakti Negara Bukan Organisasi Preman

Ubung, Den Post – Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) PSPS Bakti Negara Bali, Cokorda Arta Ardana Sukawati menegaskan, Bakti Negara buka organisasi preman melainkan organisasi olahraga. Kalaupun ada Bakti Negara berbuat diluar AD/ART organisasi itu adalah oknum pribadi, bukan atas nama organsasi.

Pernyataan itu disampaiakan Cokorda Arta Ardana Sukawati disela-sela silaturahmi dengan Ketua Yayasan Dwijendra Pusat Denpasar, Drs. IB Gede Wiyana, Dandim 1611 Badung Letkol Pontjo Wasono, Ketua Umum IPSI Bali, AA. Gede Agung SH, Dewan Pendekar Bakti Negara Bali Bagus Alit Dira, Dewan Pembina Bakti Negara Bali dan Ketua DPC PSPS Bakti Negara se-Bali di padepokan Pencak Silat Bakti Negara Batumakaem, Ubung, Denpasar, Senin (6/9) kemarin.

“Kami minta maaf baik atas nama perguruan maupun keluarga besar Bakti Negara kepada Dandim 1611 Badung Letkol Pontjo Wasono atas masalah yang telah dilakukan anak-anak terkait penyerangan ke perguruan Dwijendra dan penghinaan atas anak buah bapak,” ucap Cokorda Arta Ardana Sukawati yang akrab disapa Cok Ace ini.

Lebih lanjut Cok Ace mengemukakan lembaga PSPS Bakti Negara tidak menghendaki apa yang telah terjadi, karena Perguruan Bakti Negara terbentuk dari cikal bakal para pejuang Bali. Sebab, BN merupakan cabang olahraga unggulan yang bernaung dibawah bendera IPSI Bali sudah tentunya tidak ingin terjadi hal-hal diluar AD/ART yang ada. Oleh karena itu, kejadian yang terjadi sebelumnya dijadikan cermin untuk melangkah ke depan agar Perguruan Bakti Negara tetap menjadi panutan dan tidak menyimpang dari norma-norma yang ada. Apalagi atlet Bakti Negara Bali sejak awal PON dilaksanakan sampai sekarang sudah banyak menyumbangkan prestasi. “Sekali lagi kami menyampaikan permohonan maaf apa yang telah dilakukan anak-anak kami,” katanya.

Ketua Yayasan Dwijendra Denpasar, Drs. Ida Bagus gede Wiyana menyatakan, pihaknya dengan Perguruan Bakti Negara tidak ada masalah dan permasalahan yang ada sudah selesai.

Menurut IB Gede Wiyana, Perguruan Dwijendra dan Bakti Negara sama-sama didirikan oleh para pejuang. Namun, Dwijendra bergerak dibidang pendidikan dan Bakti Negara bergerak di bidang olahraga. Oleh karena itu, permasalahan yang sebelumnya sempat terjadi sudah tidak ada. “Mudah-mudahan ke depan hal serupa tidak terulang lagi, karena perguruan Bakti Negara merupakan perguruan silat yang anggotanya cukup besar di seluruh Bali,” jelas Ketua FKUB Bali ini.

Dandim 1611/Badung Letkol Pontjo Wasono menyatakan permasalahan yang terjadi sebelumnya sudah diambil langkah-langkah. Karena tidak ada yang merasa menang dan kalah. Bahkan, Dandim Pontjo Wasono mengaku merasa di seperti di rumahnya sendiri berbaur dengan sesepuh, pembina dan Ketua DPD dan DPC Bakti Negara se-Bali di Padepokan Batumakaem.

“Permasalahan yang ada sudah selesai dan kami bersama jajaran sudah menerima permohonan maaf pengurus Bakti Negara,” terangnya.

Sementara Ketua Umum IPSI Bali AA. Gede Agung SH yang juga Bupati Badung ini mengatakan, PSPS bakti Negara bernaung dibawah bendera IPSI Bali. Keberadaan perguruan pencak silat di Bali itu tidak asing lagi, karena berjasa besar terhadap dunia olahraga di Bali. Apalagi, Bakti Negara merupakan pendukung utama IPSI Bali dan setiap even nasional khususnya PON selalu menyumbangkan prestasi terbaik bagi kontingen PON Vali. “Kontribusi medali terhadap Bali cukup besar dan diminta prestasi tersebut dipertahankan,” pinta Gde Agung.

Gde Agung menambahkan, adanya peristiwa yang terjadi sebelumnya harus dijadikan cermin untuk melanghkah ke depan yang lebih bagus. Sebab, kejadian tersebut siapa tahu ada yang memanas-manasi, sehingga terjadi keributan yang tidak diinginkan bersama. “Perilaku premanisme bisa muncul di mana saja. Jangan perguruan Bakti Negara dicap preman dan mari kita kembali kepada jati diri dan pakem untuk pembinaan,” paparnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog