Denpasar, Bali Post – Suasana di kantor Yayasan Dwijendra Denpasar di Jalan Kamboja, Kreneng, Selasa (31/8) kemarin, mendadak tegang. Puluhan orang dari salah satu organisasi massa di Bali mendatangi Yayasan Dwijendra untuk mencari Nyoman suwita. Akibat terjadi salah paham, dua satpam masing-masing Nyoman Gede Antara (29) dan Made Gede Dirgayusa (34) langsung dihajar. Danramil 1661 Dentim Kapten Joko Raharjo bersama dua anggota TNI AD yang hendak melerai keributan, justru ditantang berkelahi.
Kapolda Bali Pol Hadiatmoko langsung memerintahkan anggotanya segera menangkap para pelaku. Sementara pihak sekolah (yayasan dwijendra) minta perlindungan ke Mapolda Bali.
Kabid Humas Polda Bali Kombes Pol. Gde Sugianyar juga menyayangkan sikap para pelaku yang justru menyelesaikan masalah dengan cara berbuat onar di lingkungan sekolah. Penyidik Polsek Dentim masih memeriksa korbn dan saksi-saksi. “Pak Kapolda tadi member perintah agar pelaku cepat ditangkap. Pihak sekolah juga minta perlindungan ke Polda Bali,” tegasnya.
Informasi di lapangan, massa yang berjumlah sekitar 30 orang itu dating ke TKP sekitar pukul 12.00 wita. Semula mereka bermaksud mencari guru olahraga Nyoman Suwita. Saat hendak masuk sekolah Dwijendra, satpam SMA Dwijendra member tahu kalau yang dicari sedang tidak ada ditempat. Para pelaku diduga memaksa masuk, namun kembali dilarang oleh satpam.
Tidak terima dengan larangan itu, akhirnya satpam Gede antara dan Gede Dirgayusa dihajar. Bibir Gede Antara yang kena pukulan telak mengalami luka serius dan harus dijahit delapan, bahkan gigi depannya tanggal satu. Korban Dirgayusa mendapat pukulan di bagian dada dan rahang.
Danramil Kapten Joko Raharjo bersama dua anggota TNI AD yang melihat ada keributan langsung datangke TKP. Perwira TNI AD itu hendak melerai keributan. Saying, niat baik Danramil Joko justru disambut terbalik. Salah satu pelaku menendang sepeda motor milik anggota TNI tersebut, bahkan melontarkan kata-kata bernada menantang. “Kamu bukan siapa-siapa, copot bajumu kalau berani. Kamu punya jenderal, saya juga punya jenderal,” kata anggota Koramil Serma Beny ratu menirukan laporan dari anak buahnya yang ikut Danramil di lokasi.
Serma Beny Ratu menyatakan, Danramil Joko tetap tenang dan tidak meladeni ucapan para pelaku karena sedang melaksanakan puasa. Hanya, perwira TNI AD itu dengan nada tegas minta kepada para pelaku agar segera dating ke Koramil dan minta maaf. Massa yang menantang petugas dinilai sudah melecehkan institusi. “Tujuan kami baik, membantu agar tidak terjadi korban keributan. Eh…malah ditantang. Saya beri waktu, kalau mereka tidak dating minta maaf, anggota TNI AD akan mencari mereka. Ini sudah pelecehan terhadap institusi,” ucapnya kesal.
Kelompok massa langsung kabur ke utara setelah menghajar dua satpam dan menantang anggota TNI. Ketua Yayasan Dwijendra Ida Bagus Gede Wiyana menyayangkan sikap para pelaku yang membuat keonaran di lingkungan sekolah. Dia menduga keributan yang terjadi dipicu maslah pribadi antara Suwita dan para pelaku.
“Kebetulan Pak suwita masih berada di Buleleng. Saya sudah hubungi, namun belum sempat menanyakan masalah dia dengan kelompok massa tadi,” kata Wiyana seraya menyebutkan keributan di lingkungan Yayasan Dwijendra sudah dilaporkan ke Polsek dentim.
Kapolda Bali Pol Hadiatmoko langsung memerintahkan anggotanya segera menangkap para pelaku. Sementara pihak sekolah (yayasan dwijendra) minta perlindungan ke Mapolda Bali.
Kabid Humas Polda Bali Kombes Pol. Gde Sugianyar juga menyayangkan sikap para pelaku yang justru menyelesaikan masalah dengan cara berbuat onar di lingkungan sekolah. Penyidik Polsek Dentim masih memeriksa korbn dan saksi-saksi. “Pak Kapolda tadi member perintah agar pelaku cepat ditangkap. Pihak sekolah juga minta perlindungan ke Polda Bali,” tegasnya.
Informasi di lapangan, massa yang berjumlah sekitar 30 orang itu dating ke TKP sekitar pukul 12.00 wita. Semula mereka bermaksud mencari guru olahraga Nyoman Suwita. Saat hendak masuk sekolah Dwijendra, satpam SMA Dwijendra member tahu kalau yang dicari sedang tidak ada ditempat. Para pelaku diduga memaksa masuk, namun kembali dilarang oleh satpam.
Tidak terima dengan larangan itu, akhirnya satpam Gede antara dan Gede Dirgayusa dihajar. Bibir Gede Antara yang kena pukulan telak mengalami luka serius dan harus dijahit delapan, bahkan gigi depannya tanggal satu. Korban Dirgayusa mendapat pukulan di bagian dada dan rahang.
Danramil Kapten Joko Raharjo bersama dua anggota TNI AD yang melihat ada keributan langsung datangke TKP. Perwira TNI AD itu hendak melerai keributan. Saying, niat baik Danramil Joko justru disambut terbalik. Salah satu pelaku menendang sepeda motor milik anggota TNI tersebut, bahkan melontarkan kata-kata bernada menantang. “Kamu bukan siapa-siapa, copot bajumu kalau berani. Kamu punya jenderal, saya juga punya jenderal,” kata anggota Koramil Serma Beny ratu menirukan laporan dari anak buahnya yang ikut Danramil di lokasi.
Serma Beny Ratu menyatakan, Danramil Joko tetap tenang dan tidak meladeni ucapan para pelaku karena sedang melaksanakan puasa. Hanya, perwira TNI AD itu dengan nada tegas minta kepada para pelaku agar segera dating ke Koramil dan minta maaf. Massa yang menantang petugas dinilai sudah melecehkan institusi. “Tujuan kami baik, membantu agar tidak terjadi korban keributan. Eh…malah ditantang. Saya beri waktu, kalau mereka tidak dating minta maaf, anggota TNI AD akan mencari mereka. Ini sudah pelecehan terhadap institusi,” ucapnya kesal.
Kelompok massa langsung kabur ke utara setelah menghajar dua satpam dan menantang anggota TNI. Ketua Yayasan Dwijendra Ida Bagus Gede Wiyana menyayangkan sikap para pelaku yang membuat keonaran di lingkungan sekolah. Dia menduga keributan yang terjadi dipicu maslah pribadi antara Suwita dan para pelaku.
“Kebetulan Pak suwita masih berada di Buleleng. Saya sudah hubungi, namun belum sempat menanyakan masalah dia dengan kelompok massa tadi,” kata Wiyana seraya menyebutkan keributan di lingkungan Yayasan Dwijendra sudah dilaporkan ke Polsek dentim.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar