Jakarta (Bali Post)
Mantan Panglima Kodam Aceh sekaligus mantan Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus TNI Angkatan Darat (Kopassus) Mayjen TNI Soenarko menyatakan Kopassus sama sekali tidak terlibat politik di Aceh, terutama selama proses pemilihan umum 2009.
"Tidak ada pasukan Kopassus di Aceh sejak 2004 baik secara terbuka maupun tertutup, sehingga tidak ada keterlibatan apa pun dengan kegiatan di sana, termasuk kegiatan politik pemilu 2009," katanya ketika dikonfrrmasi di Jakarta, Selasa (23/3) kemarin.
Pada saat pemilu 2009, Soenarko menjadi Panglima Kodam Aceh. Soenarko mengakui dinamika politik di Aceh terutama selama pelaksanaan pemilu legislatif sangat dinamis. "Kita semua tahu apa yang terjadi dan bagaimana situasi Aceh terutama saat pemilu legislatif. Saya sebagai Panglima Kodam Aceh saat itu, ikut membantu Polda mengamankan jalannya pemilu legislatif, namun tidak ada sama sekali personel Kopassus yang ada diAceh, apalagi sampai terlibat kegiatan politik praktis secara langsung," katanya.
Soenarko mengatakan pernyataan wartawan asal Amerika Serikat Allan Nairn yang mengatakan Kopassus terlibat dalam sejumlah operasi pembunuhan berlatar belakang politik di Aceh sepanjang masa pemilihan umum 2009, sebagai tuduhan tidak berdasar. "Itu fitnah. Omong kosong. Dan yang bersangkutan su a mengetahui hal itu, karena Nairn juga telah melakukan konfirmasi kepada saya waktu itu untuk klarifikasi. Saya tidak tahu kalau dia tetap menuliskan tuduhan itu di blognya," katanya,
Soenarko yang kini menjabat Komandan Pusat Infanteri TNI Angkatan Darat itu menambahkan, Kopassus yang pernah dipimpinnya scbagai bagian dari Tentara Nasional Indonesia akan senantiasa menjaga netralitasnya dalam kegiatan politik. "Kami (Kopassus) ini kan bagian dari TNI yang telah mereformasi diri dengan tidak lagi berpolitik praktis. Kalau Kopassus bermain politik diAceh, apa kita tidak digantung negara. Jadi, apa yang disampaikan Nairn itu sama sekali tidak benar, fitnah dan hanya omong kosong," katanya menegaskan.
Soenarko menengarai pernyataan Nairn sebagai bagian dari skenario pihak tertentu. "Mungkin ada agenda khusus dari yang bersangkutan. Saya tidak tahu. Tetapi yang jelas, apa yang disampaikannya tidak benar dan saya sebagai mantan Danjen Kopassus dan mantan Panglima Kodam Aceh tidak akan melakukan apa pun, karena memang tidak ada yang perlu dibuktikan," ucapnya.
Allan Nairn, wartawan asal Amerika Serikat, dalam blognya tertanggal 21 Maret 2010 menuliskan tulisan dengan judul "Breaking News: Indonesian Army, Kopassus, Implicated in New Assassinations. Forces Chosen by Obama for Renewed US Aid Ran '09 Activist Murders".
Allan sebelumnya dikenal dengari laporan tentang Peristiwa Dili, Timor Timur (sekarang Timor Leste), yang berdampak pada pemutusan bantuan AS kepada TNI tahun 1993. Dalam laporannya, Allan mengutip pernyataan sejumlah pihak dari aparat pemerintah, kepolisian, istri korban pembunuhan, dan pejabat Kopassus, yang menurut dia, terlibat dalam kasus pembunuhan itu.
Allan menyebutkan, sejumlah pembunuhan berlatar belakang politik terhadap sejumlah anggota Partai Aceh itu diketahui dan diperintahkan oleh "otoritas petinggi" di Jakarta. Ia menyebutkan, sedikitnya delapan aktivis Partai Aceh dibunuh. (ant)
Mantan Panglima Kodam Aceh sekaligus mantan Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus TNI Angkatan Darat (Kopassus) Mayjen TNI Soenarko menyatakan Kopassus sama sekali tidak terlibat politik di Aceh, terutama selama proses pemilihan umum 2009.
"Tidak ada pasukan Kopassus di Aceh sejak 2004 baik secara terbuka maupun tertutup, sehingga tidak ada keterlibatan apa pun dengan kegiatan di sana, termasuk kegiatan politik pemilu 2009," katanya ketika dikonfrrmasi di Jakarta, Selasa (23/3) kemarin.
Pada saat pemilu 2009, Soenarko menjadi Panglima Kodam Aceh. Soenarko mengakui dinamika politik di Aceh terutama selama pelaksanaan pemilu legislatif sangat dinamis. "Kita semua tahu apa yang terjadi dan bagaimana situasi Aceh terutama saat pemilu legislatif. Saya sebagai Panglima Kodam Aceh saat itu, ikut membantu Polda mengamankan jalannya pemilu legislatif, namun tidak ada sama sekali personel Kopassus yang ada diAceh, apalagi sampai terlibat kegiatan politik praktis secara langsung," katanya.
Soenarko mengatakan pernyataan wartawan asal Amerika Serikat Allan Nairn yang mengatakan Kopassus terlibat dalam sejumlah operasi pembunuhan berlatar belakang politik di Aceh sepanjang masa pemilihan umum 2009, sebagai tuduhan tidak berdasar. "Itu fitnah. Omong kosong. Dan yang bersangkutan su a mengetahui hal itu, karena Nairn juga telah melakukan konfirmasi kepada saya waktu itu untuk klarifikasi. Saya tidak tahu kalau dia tetap menuliskan tuduhan itu di blognya," katanya,
Soenarko yang kini menjabat Komandan Pusat Infanteri TNI Angkatan Darat itu menambahkan, Kopassus yang pernah dipimpinnya scbagai bagian dari Tentara Nasional Indonesia akan senantiasa menjaga netralitasnya dalam kegiatan politik. "Kami (Kopassus) ini kan bagian dari TNI yang telah mereformasi diri dengan tidak lagi berpolitik praktis. Kalau Kopassus bermain politik diAceh, apa kita tidak digantung negara. Jadi, apa yang disampaikan Nairn itu sama sekali tidak benar, fitnah dan hanya omong kosong," katanya menegaskan.
Soenarko menengarai pernyataan Nairn sebagai bagian dari skenario pihak tertentu. "Mungkin ada agenda khusus dari yang bersangkutan. Saya tidak tahu. Tetapi yang jelas, apa yang disampaikannya tidak benar dan saya sebagai mantan Danjen Kopassus dan mantan Panglima Kodam Aceh tidak akan melakukan apa pun, karena memang tidak ada yang perlu dibuktikan," ucapnya.
Allan Nairn, wartawan asal Amerika Serikat, dalam blognya tertanggal 21 Maret 2010 menuliskan tulisan dengan judul "Breaking News: Indonesian Army, Kopassus, Implicated in New Assassinations. Forces Chosen by Obama for Renewed US Aid Ran '09 Activist Murders".
Allan sebelumnya dikenal dengari laporan tentang Peristiwa Dili, Timor Timur (sekarang Timor Leste), yang berdampak pada pemutusan bantuan AS kepada TNI tahun 1993. Dalam laporannya, Allan mengutip pernyataan sejumlah pihak dari aparat pemerintah, kepolisian, istri korban pembunuhan, dan pejabat Kopassus, yang menurut dia, terlibat dalam kasus pembunuhan itu.
Allan menyebutkan, sejumlah pembunuhan berlatar belakang politik terhadap sejumlah anggota Partai Aceh itu diketahui dan diperintahkan oleh "otoritas petinggi" di Jakarta. Ia menyebutkan, sedikitnya delapan aktivis Partai Aceh dibunuh. (ant)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar