Jumat, 19 Maret 2010

Perlu Delapan Tembakan dan 20 Liter Formalin

Jawa Post - Perdebatan ada tidaknya buaya raksasa di Kalimantan terjawab dengan ditangkapnya buaya sepanjang enam meter dengan berat satu ton. Reptil itu diawetkan setelah ditangkap dan dibunuh karena menelan manusia.
SEEKOR buaya raksasa memangsa manusia di Manubar, Kecamatan Sandaran, Kutai Timur, Kalimantan Timur, Senin lalu (15/3). Keesokan harinya rekan-rekan Sahar -nama korban-berhasil menangkap buaya tersebut. Reptil itu bisa dilumpuhkan setelah personel TNI-AL yang membantu warga menembak hingga delapan kali. Setelah membelah perut binatang reptil tersebut, mereka menemukan mayat korban yang berusia 40 tahun. Selain mayat Suhar, warga juga menemukan kaki kerbau di perut buaya tersebut. "Juga ada tali plastik pengikat kerbau. Rupanya, . buaya itu juga memangsa kerbau milik warga tiga hari sebelumnya," ungkap Hamzah, rekan Sahar.

Dari hasil pengukuran, buaya itu memang tergolong raksasa. Panjangnya mencapai enam meter dengan berat sekitar satu ton. Lebar tubuhnya sekitar 1,5 meter. Moncong hampir satu meter. Jarak kedua matanya sekitar 25 sentimeter. Kemarin (18/3) reptil tersebut diawetkan . Sahar disambar buaya tersebut ketika memperbaiki perahu di muara Sungai Manubar sekitar pukul 08.00. Sahar mengobrol dengan Hamzah di rurnah korban yang dedengan Sungai Manubar. "Sebelum kejadian kami sempat minumkopi bersama," kata Harnzah.

Saat kejadian, Sahar sedang menimba air di kapal kelotoknya yang banyak terisi air. Buaya itu melompat dan menyambar korban yang berada di perahu. " Kejadiannya tiba-tiba saja," tutur Hamzah. Korban sempat melawan buaya itu, tapi sia-sia karena tenaganya kalah kuat. Setelah melihat Sahar hilang dibawa buaya, Hamzah bersama warga RT 3 dan RT 4lainnya yangjumlahnya sekitar 100 orang melapor ke pos TNI Angkatan Laut di muara Sungai Manubar.

Warga bersama personel TNI AL, polisi, dan pawang buaya menyisiran sungai. Pawang juga melakukan beberapa ritual supaya buaya mau muncul. Kapolsek Sangkulirang AKP Andi Razak menuturkan, buaya yang sudah diawetkan itu akan disimpan Museum Mulawarman di Tenggarong, Kutai Kartane ara. "Ini kami lakukan agar masyarakat tepi sungai lebih mewaspadai buaya. Jadi, ketika masyarakat melihat (buaya yang diawetkan itu), mereka akan waspada karena ada buktinya," ujar Andi

Perlu upaya keras untuk me mbawa buaya raksasa tersebut ke Mapolsek Sangkulirang. Perahu kelotok tak mampu mengangkut buaya itu. "Kapalnya nyaris tenggelam," terang Andi. Akhirnya buaya dipindahkan ke perahu yang lebih besar dengan derek. Masalah tidak selesai karena perahu itu tidak mampu bergerak karena beratnya muatan

Karena itu, perahu bermuatan buaya itu diseret dengan dua perahu kelotok yang lain. "Itu pun laju perahu tidak bisa kencang. Perjalanan yang dalam koridisi biasa cukup dua jam, dengan mengangkut buaya itu perlu waktu sepuluh jam," katanya. Selain itu, untuk membawa binatang itu ke darat memerlukan usaha keras. Perlu 120 orang untuk menarik reptil tersebut hingga halaman mapolsek. Saat berada di halaman mapolsek, buaya itu menjadi objek untuk berfoto bersama warga sekitarnya.

Pengawetan buaya raksasa itu dipimpin Kepala Puskesmas Sangkulirang dr Markus Sambo. Markus menyiapkan 20 liter formaiin untuk disuntikan 'ke beberapa bagian badan buaya. Dia harus membeli formalin ke ibu kota Kutai Timur di Sangattao "Di Sangkulirang tidak ada yang jual ," kata Markus. Menurut Markus,jenis kelamin buaya belum dapat diketahui pasti. Dia belum meneliti lebih lanjut hingga kemarin petang. Demikian pula, usia buaya muara tersebut. Dugaan masyarakat, buaya itu berjenis kelaminjantan. Dugaan itu didasarkan pad a ukuran badan, kuku, rahang, dan lubang di dekat anus. Usianya diperkirakan 12-15 tahun.

Markus dibantu 19 orang untuk mengawetkan buaya tersebut. Untuk membersihkan isi perut buaya, warga menggunakan lima batang galah. lsi perul yang sudah kosong diisi busa agar tetap mengelembung seperti saat hidup. Sebelum dimasukkan ke perut buaya, busa itu dibasahi dengllQ sepuluh liter formalin. Untuk menutup ke~bali perut buaya yang dibelah, Markus menjahit dengan benang nilon yang biasa digunakan untuk memamcing. Ukuran benang itu adalah yang terbesar. Selanjutnya, buaya yang sudah diawetkah dinaikkan ke meja etalase di tempat parkir Mapolsek Sangkulirang. "Sambil menunggu eta~ lase kaca yang sudah dipesan," jelasnya. (ja7!deaJjpnn/c4lruk)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog