Senin, 12 April 2010

TNI Amankan Sembilan Senpi di Boven Digoel

Minggu, 11 April 2010 17:43 WIB
Boven Digoel (ANTARA News) - TNI yang menjaga perbatasan Indonesia dan Papua Nugini mengamankan sembilan pucuk senjata api di Kabupaten Boven Digoel, Papua. Dandim Bovendigoel, Letkol Inf Basuki Purwo Susanto di Boven Digoel, Minggu, mengatakan, senjata diamankan melalui pendekatan persuasif oleh Yonif 433 Kostrad yang mengamankan perbatasan negara.

"Warga yang memiliki senpi menyerahkan senjata kepada TNI secara sukarela. Kami menyambut baik keinginan warga untuk itu," katanya. Dari delapan senjata itu, tujuh berupa laras panjang sedangkan satu laras pendek. "Senjata itu memang sudah usia tua tapi tetap saja berbahaya jika berada di tangan orang yang tidak bertanggungjawab," katanya.

Ia mengatakan, senjata itu diserahkan oleh warga yang diduga pernah menjadi anggota Organisasi Papua Merdeka (OPM). "Karena mereka mau menyerahkan senjata dan sempat bergabung OPM karena dipaksa oleh OPM maka kami tidak memprosesnya. Kami percaya mereka bukan lagi OPM," ujarnya. Kini, semua senjata yang disita itu telah diamankan oleh Korem Merauke, Papua.
Ia mengatakan, TNI juga mengamankan satu mortir yang diduga peninggalan Belanda di Kampung Abonggo oleh seorang masyarakat yang sedang menggali pasir.Mortir itu hingga kini masih belum dijinakkan atau diledakkan karena masih menunggu petugas penjinak peledak dari Zeni Tempur TNI atau Gegana Brimob Polri. Terkait dengan situasi keamanan di perbatasan Boven Digoel, Basuki mengatakan, hingga kini keamanan tetap kondusif.

"Saya hampir dua tahun bertugas di sini dan tidak ada gangguan keamanan. Bahkan, sejak Kabupaten ini terbentuk tahun 2002, situasi aman," ujarnya. Ia mengatakan, di wilayahnya terdapat 22 pos lintas batas sepanjang dan 11 patok batas negara. "Kondisi jalan umumnya masih jalan setapak bahkan ada pos yang tidak memiliki akses jalan ke negara tetangga," katanya.
Setiap pelintas batas akan diberi pas lintas batas (PLB) baik dari atau ke negara tetangga. Sayang, hingga kini pos perbatasan di Distrik Waropi, Boven Digoel tidak ada petugas Imigrasi setelah satu petugas sebelumnya pensiun. Basuki mengatakan, pada tahun 1984 ada sekitar delapan ribu warga Boven yang dipaksa menyeberang ke Papua Nugini oleh gerakan separatis dan saat ini sebagian besar ingin kembali lagi.

"Kini mereka telah punya keturunan di sana sehingga jumlahnya menjadi dua 20 ribu orang. Mereka hidup tidak menentu dan hanya tinggal di sekitar pengungsian saja," katanya. Ia mengatakan, TNI akan menyambut baik setiap warga Boven Digoel yang ingin kembali ke tanah air dan dijamin keselamatannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog