Sabtu, 28 Agustus 2010 , 13:14:00
NUNUKAN – Data dari Pangkalan TNI AL (Lanal) Nunukan, dari Januari hingga Agustus 2010 ini, Malaysia sudah ema kali melakukan pelanggaran wilayah. Rinciannya, tiga kali pelanggaran dilakukan oleh Police Marine, dan tiga kali oleh Tentara Udara Diraja Malaysia (TUDM). Untuk kapal Tentara Laut Diraja Malaysia (TLDM), malah belum terpantau pernah menerebos batas wilayah di perairan Sulawesi. Data tersebut berdasarkan hasil pentuan Radar milik TNI AL Nunukan. “Itu data 2010, kalau tahun 2009 lebih banyak lagi,” kata Komandan Pangkalan AL (Danlanal) Nunukan Letkol Laut (P) Rachmad Jayadi. Disebutkan, pada tahun lalu pelanggaran wilayah lebih banyak, yakni sebanyak 26 kasus.
Rinciannya, Polis Marine melakukan pelanggaran sebanyak 5 kali, TLDM melakukan pelanggaran 13 kali dan TUDM melakukan pelanggaran wilayah 8 kali. “Malaysia lah yang paling banyak melanggar garis wilayah perbatasan, baik itu TLDM, TUDM, bahkan nelayan-nelayan mereka sering mengambil ikan di perairan Laut Sulawesi,” ungkap Danlanal. Guna menekan angka pelanggaran, lanjutnya, Pos AL Lanal Nunukan yang ada di Sei-Nyamuk Kecamatan Sebatik dioptimalkan untuk menjaga kawasan perairan laut Sulawesi berikut hingga ke titik Karang Unarang. “Sesuai intsruksi dari pusat, jika kita mendapati tentara Malaysia melanggar garis wilayah, maka kita langsung mendatangi dan mengusir mereka (Malaysia, Red), kemudian melaporkan ke markas besar dan tembusan hingga ke departemen luar negeri (Deplu),” sebut Danlanal.
Lanal Nunukan juga mencatat beberapa perkara pelanggaran lintas batas, yakni dari Nunukan-Tawau maupun sebaliknya Tawau-Nunukan, Sebatik-Tawau, Tawau-Sebatik. Di 2010 tercatat, pelanggaran pelintas batas totalnya 209.188 pelanggar, dan di 2009 paling tinggi, yakni total 297.098 pelanggar.
Dijelaskan, untuk pengamanan batas, Lanal Nunukan mengandalkan sarana prasarana armada pengamanan yang diperkuat KAL Ambalat dan KAL Bokori. Juga termasuk Patkamla, yakni armada Patroli Keamanan Laut (Patkamla) Simanggaris, Sembakung dan Salindanao. Kemudian speedboat patroli masing-masing satu di Posal Sei Pancang, Sei Nyamuk, Sei Taiwan, Tinabasan, Sebaung dan Tanjung Haus.
Terkait dengan sedang panasnya hubungan RI-Malaysia, Rachmad Jayadi mengtakan, meski suasana di Jakarta panas akibat penangkapan 3 aparat dinas kelautan dan perikanan (DKP) di Batam, namun dipastikannya kondisi di perbatasan kondusif. “Tawau Sabah dengan Nunukan sebagai garda terdepan wilayah Indonesia di utara Kaltim, masih kondusif,” katanya.
Sekadar mengingatkan, tahun 2005 silam, di titik perairan Karang Unarang sempat terjadi pertikaian antara Indonesia-Malaysia. Saat itu, KRI Tedong Naga milik Indonesia terpaksa menyerempet Kapal Diraja (KD) Rencong (Malaysia) sebanyak tiga kali. Aksi itu terpaksa dilakukan karena KD Rencong berkali-kali melakukan manuver yang membahayakan pembangunan mercusuar di Karang Unarang.
Insiden penyerempetan kedua kapal ini merupakan bagian dari pertikaian perbatasan di kawasan Ambalat yang kaya migas. Petronas, perusahaan minyak Malaysia secara sepihak memberikan konsensi kepada perusahaan minyak Shell di Blok Ambalat. Dan Malaysia menyebutnya Blok XYZ. Malaysia mengklaim wilayah Ambalat adalah miliknya, menurut peta yang diterbitkan pemerintah Malaysia tahun 1979. Peta tersebut memicu protes dari berbagai negara tetangga, termasuk Indonesia.
Indonesia memprotes klaim sepihak itu dan memperketat keamanan di perairan Ambalat dengan menempatkan sejumlah kapal perang. Beberapa kali kapal perang Indonesia berhadapan dengan kapal perang Malaysia di perairan Karang Unarang. Puncak ketegangan adalah insiden penyerempetan ini. Dari aksi penyerempetan itu, menyebabkan lambung sebelah kanan kapal Malaysia jadi rusak. Sedangkan KRI Tedong Naga hanya tergores pada bagian lambung kiri.
Sementara, mengenai tingginya minat nelayan Malaysia masuk ke wilayah perairan RI, yang konon kabarnya selalu di back up tentara Malaysia, menurut Agus Mahesa Sekretaris LSM Lingham Nunukan, lantaran potensi perikanan yang ada di kawasan Karang Unarang sangat berlimpah.
“Ikan cakalang dan ikan berukuran besar lainnya target emas nelayan Malaysia. Sementara, nelayan Indonesia kalah canggih, makanya tidak ada yang berani ke Karang Unarang lantaran kapal dan peralatan tangkap seadanya,” kata Agus. Mestinya, pemerintah memberikan bantuan ke nelayan di sekitar Nunukan dan Sebatik, agar jangan sampai kalah peralatan dengan nelayan Malaysia. (ica/sam/jpnn)
NUNUKAN – Data dari Pangkalan TNI AL (Lanal) Nunukan, dari Januari hingga Agustus 2010 ini, Malaysia sudah ema kali melakukan pelanggaran wilayah. Rinciannya, tiga kali pelanggaran dilakukan oleh Police Marine, dan tiga kali oleh Tentara Udara Diraja Malaysia (TUDM). Untuk kapal Tentara Laut Diraja Malaysia (TLDM), malah belum terpantau pernah menerebos batas wilayah di perairan Sulawesi. Data tersebut berdasarkan hasil pentuan Radar milik TNI AL Nunukan. “Itu data 2010, kalau tahun 2009 lebih banyak lagi,” kata Komandan Pangkalan AL (Danlanal) Nunukan Letkol Laut (P) Rachmad Jayadi. Disebutkan, pada tahun lalu pelanggaran wilayah lebih banyak, yakni sebanyak 26 kasus.
Rinciannya, Polis Marine melakukan pelanggaran sebanyak 5 kali, TLDM melakukan pelanggaran 13 kali dan TUDM melakukan pelanggaran wilayah 8 kali. “Malaysia lah yang paling banyak melanggar garis wilayah perbatasan, baik itu TLDM, TUDM, bahkan nelayan-nelayan mereka sering mengambil ikan di perairan Laut Sulawesi,” ungkap Danlanal. Guna menekan angka pelanggaran, lanjutnya, Pos AL Lanal Nunukan yang ada di Sei-Nyamuk Kecamatan Sebatik dioptimalkan untuk menjaga kawasan perairan laut Sulawesi berikut hingga ke titik Karang Unarang. “Sesuai intsruksi dari pusat, jika kita mendapati tentara Malaysia melanggar garis wilayah, maka kita langsung mendatangi dan mengusir mereka (Malaysia, Red), kemudian melaporkan ke markas besar dan tembusan hingga ke departemen luar negeri (Deplu),” sebut Danlanal.
Lanal Nunukan juga mencatat beberapa perkara pelanggaran lintas batas, yakni dari Nunukan-Tawau maupun sebaliknya Tawau-Nunukan, Sebatik-Tawau, Tawau-Sebatik. Di 2010 tercatat, pelanggaran pelintas batas totalnya 209.188 pelanggar, dan di 2009 paling tinggi, yakni total 297.098 pelanggar.
Dijelaskan, untuk pengamanan batas, Lanal Nunukan mengandalkan sarana prasarana armada pengamanan yang diperkuat KAL Ambalat dan KAL Bokori. Juga termasuk Patkamla, yakni armada Patroli Keamanan Laut (Patkamla) Simanggaris, Sembakung dan Salindanao. Kemudian speedboat patroli masing-masing satu di Posal Sei Pancang, Sei Nyamuk, Sei Taiwan, Tinabasan, Sebaung dan Tanjung Haus.
Terkait dengan sedang panasnya hubungan RI-Malaysia, Rachmad Jayadi mengtakan, meski suasana di Jakarta panas akibat penangkapan 3 aparat dinas kelautan dan perikanan (DKP) di Batam, namun dipastikannya kondisi di perbatasan kondusif. “Tawau Sabah dengan Nunukan sebagai garda terdepan wilayah Indonesia di utara Kaltim, masih kondusif,” katanya.
Sekadar mengingatkan, tahun 2005 silam, di titik perairan Karang Unarang sempat terjadi pertikaian antara Indonesia-Malaysia. Saat itu, KRI Tedong Naga milik Indonesia terpaksa menyerempet Kapal Diraja (KD) Rencong (Malaysia) sebanyak tiga kali. Aksi itu terpaksa dilakukan karena KD Rencong berkali-kali melakukan manuver yang membahayakan pembangunan mercusuar di Karang Unarang.
Insiden penyerempetan kedua kapal ini merupakan bagian dari pertikaian perbatasan di kawasan Ambalat yang kaya migas. Petronas, perusahaan minyak Malaysia secara sepihak memberikan konsensi kepada perusahaan minyak Shell di Blok Ambalat. Dan Malaysia menyebutnya Blok XYZ. Malaysia mengklaim wilayah Ambalat adalah miliknya, menurut peta yang diterbitkan pemerintah Malaysia tahun 1979. Peta tersebut memicu protes dari berbagai negara tetangga, termasuk Indonesia.
Indonesia memprotes klaim sepihak itu dan memperketat keamanan di perairan Ambalat dengan menempatkan sejumlah kapal perang. Beberapa kali kapal perang Indonesia berhadapan dengan kapal perang Malaysia di perairan Karang Unarang. Puncak ketegangan adalah insiden penyerempetan ini. Dari aksi penyerempetan itu, menyebabkan lambung sebelah kanan kapal Malaysia jadi rusak. Sedangkan KRI Tedong Naga hanya tergores pada bagian lambung kiri.
Sementara, mengenai tingginya minat nelayan Malaysia masuk ke wilayah perairan RI, yang konon kabarnya selalu di back up tentara Malaysia, menurut Agus Mahesa Sekretaris LSM Lingham Nunukan, lantaran potensi perikanan yang ada di kawasan Karang Unarang sangat berlimpah.
“Ikan cakalang dan ikan berukuran besar lainnya target emas nelayan Malaysia. Sementara, nelayan Indonesia kalah canggih, makanya tidak ada yang berani ke Karang Unarang lantaran kapal dan peralatan tangkap seadanya,” kata Agus. Mestinya, pemerintah memberikan bantuan ke nelayan di sekitar Nunukan dan Sebatik, agar jangan sampai kalah peralatan dengan nelayan Malaysia. (ica/sam/jpnn)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar