Kamis, 26 Agustus 2010 - 20:50 WIB
JAKARTA (Pos Kota) –Pimpinan MPR harus memperhatikan kegelisahan purnawirawan TNI-Polri yang menemuinya. Mereka risau atas nasib bangsa akibat lemahnya kepemimpinan nasional. “Purnawirawan itu gelisah atas kepemimpinan sekarang yang dinilainya tidak mampu,” kata pengamat politik dari UI, Boni Hargens.
Purnawirawan TNI-Polri yang menemui pimpinan MPR antara lain Try Sutrisno, Kiki Syahnakri, Suryadi Sudirdja, Soebroto, Arie Sudewo, Soekarno, Wahyono, Soelastomo, Soetarto Sigit, Soebijakto Tjakrawardaya, Mustahid Astari, Monang Siburun. Mereka ditemui oleh Ketua MPR Taufiq Kiemas yang didampingi Wakil Ketua MPR Ahmad Farhan Hamid dan Melani Leimina Suharly sehari sebelumnya.
Pada kesempatan itu Letjen (Purn) TNI Kiki Syahnakri mengungkapkan permasalahan leadership saat ini yang tidak tegas. Misalnya saja dalam menghadapi Malaysia.
Try Sutrisno dalam kesempatan tersebut juga menyatakan, kaum sepuh tidak anti amandemen, tetapi amandemen yang terjadi sekarang telah membawa negara ini ke alam individualis dan liberalis.
Undang-undang dan pembangunan yang dibuat dalam alam seperti itu, tidak akan bisa mencapai masyarakat yang dicita-citakan pendiri bangsa. Maka hasil amandemen UUD 45 itu perlu dikaji ulang, dan MPR perlu didudukkan kembali sebagai lembaga negera tertinggi sebagai cerminan seluruh rakyat dan membuat GBHN untuk pemerintah.
Meski demikian, menurut Boni Hargens, permintaan kembali ke MPR model lama itu tidak mungkin. “Lebih baik kita menguatkan lembaga negara yang ada sekarang, yaitu DPD sebagai majelis tinggi dan DPR sebagai Majelis rendah.”
Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin kecewa dengan sikap pimpinan nasional yang lembek. Presiden SBY dalam berbagai hal tidak menunjukkan sikap tegas. “Mohon maaf ini bukan sebuah kepemimpinan yang baik. Beliau harus mengambil alih tanggung jawab dong.”
Din mengingatkan apabila pola kepemimpinan semacam ini dilanjutkan, maka jangan salahkan rakyat apabila mengambil jalan sendiri. Baginya, seorang pemimpin itu harus berada di depan.
“Kalau sikap bangsa kita seperti ini, maka kita akan dijajah terus dan jika sikap ini dimiliki oleh pemerintah yang diberi amanat oleh rakyat, akan menambah lengkap keterjajahan kita sebagai bangsa,” ungkapnya.(winoto/B)
JAKARTA (Pos Kota) –Pimpinan MPR harus memperhatikan kegelisahan purnawirawan TNI-Polri yang menemuinya. Mereka risau atas nasib bangsa akibat lemahnya kepemimpinan nasional. “Purnawirawan itu gelisah atas kepemimpinan sekarang yang dinilainya tidak mampu,” kata pengamat politik dari UI, Boni Hargens.
Purnawirawan TNI-Polri yang menemui pimpinan MPR antara lain Try Sutrisno, Kiki Syahnakri, Suryadi Sudirdja, Soebroto, Arie Sudewo, Soekarno, Wahyono, Soelastomo, Soetarto Sigit, Soebijakto Tjakrawardaya, Mustahid Astari, Monang Siburun. Mereka ditemui oleh Ketua MPR Taufiq Kiemas yang didampingi Wakil Ketua MPR Ahmad Farhan Hamid dan Melani Leimina Suharly sehari sebelumnya.
Pada kesempatan itu Letjen (Purn) TNI Kiki Syahnakri mengungkapkan permasalahan leadership saat ini yang tidak tegas. Misalnya saja dalam menghadapi Malaysia.
Try Sutrisno dalam kesempatan tersebut juga menyatakan, kaum sepuh tidak anti amandemen, tetapi amandemen yang terjadi sekarang telah membawa negara ini ke alam individualis dan liberalis.
Undang-undang dan pembangunan yang dibuat dalam alam seperti itu, tidak akan bisa mencapai masyarakat yang dicita-citakan pendiri bangsa. Maka hasil amandemen UUD 45 itu perlu dikaji ulang, dan MPR perlu didudukkan kembali sebagai lembaga negera tertinggi sebagai cerminan seluruh rakyat dan membuat GBHN untuk pemerintah.
Meski demikian, menurut Boni Hargens, permintaan kembali ke MPR model lama itu tidak mungkin. “Lebih baik kita menguatkan lembaga negara yang ada sekarang, yaitu DPD sebagai majelis tinggi dan DPR sebagai Majelis rendah.”
Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin kecewa dengan sikap pimpinan nasional yang lembek. Presiden SBY dalam berbagai hal tidak menunjukkan sikap tegas. “Mohon maaf ini bukan sebuah kepemimpinan yang baik. Beliau harus mengambil alih tanggung jawab dong.”
Din mengingatkan apabila pola kepemimpinan semacam ini dilanjutkan, maka jangan salahkan rakyat apabila mengambil jalan sendiri. Baginya, seorang pemimpin itu harus berada di depan.
“Kalau sikap bangsa kita seperti ini, maka kita akan dijajah terus dan jika sikap ini dimiliki oleh pemerintah yang diberi amanat oleh rakyat, akan menambah lengkap keterjajahan kita sebagai bangsa,” ungkapnya.(winoto/B)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar