Sukoharjo, Jawa Post - Satu lag kasus pembunuhan berantai terungkap. Tersangkanya Yulianto, tukang pijat asal dusun Kragilan, desa Pucangan, Kecamatan Kartasura, Sukoharjo.
Dugaan bahwa Yulianto adalah pembunuh berantai muncul Sabtu malam (21/8) setelah polisi menemukan mayat anggota Kopassus Kopda Santoso terkubur di dalam rumah tersangka. Dugaan ini menjadi kenyataan kemarin (23/8) saat polisi mengungkap seorang lagi korban kebiadaban jagal Kragilan itu.
Korban tersebut bernama Sadiyo, warga Dusun Sraten, Desa Pucangan, Kecamatan Kartasura. Saat ditemukan, kondisi Sadiyo sudah berupa tulang belulang. Polisi menemukannya di sebelah Timur kandang sapi di pekarangan rumah yulianto. Polisi menggali lokasi tu setelah mendengar pengakuan Yulianto sehari sebelumnya.
Dalam penggalian kemarin, polisi menemukan beberapa kantong plastik yang berisi tulang. Namun, hanya satu kantong yang ditenggarai tulang manusia. kantong lainnya berisi tukang binatang.
"Lubangnya tidak terlalu dalam. Hanya sekitar setengah meter. Selain tulang manusia, ada tengkorak kerbau, anjing dan kambing," tutur Suwarji, warga Kragilan, desa Pucangan, Kartasura, kemarin.
Oleh polisi, tulang belulang tersebut dibawa ke laboratorium Forensik UNS untuk dteliti. Petugas membawa tulang manusia dan hewan tu dalam dua kantong mayat. "Karena tu, beredar isu bahwa yang ditemukan dua korban," imbuhnya.
Wakapolres Sukoharjo Kompol Endrastiawan S.W. menyatakan, penggalian tersebut dilakukan berdasar keterangan Yulianto. "Tersangka mengaku juga membunuh rekannya yang bernama sadiyo dan menguburnya di sini," jelasnya.
Ditanya motif Yulianto membunuh sadiyo, endrastiawan menolak berkomentar. Dia juga tidak menjawab saat ditanya kemungkinan adanya korban lain. "Besok saja di polres,' ujarnya.
Menurut informasi yang beredar, bapak tiga anak itu mengaku membunuh Sadiyo karena jengkel. Pemicunya adalah masalah utang piutang. sadiyo sering pinjam uang kepada Yulianto, tapi tidak pernah membayar. "Awalnya dua orang itu akrab karena sama-sama suka klenik," tutur salah seorang penyidik.
Cara Yulianto menghabisi Sadiyo, lanjut dia, sama dengan caranya membunuh Kopda susanto. yakni, menjerat leher korban. Bedanya, anggota Grup 2 Kopassus Kandangan menjangan Kartasura itu lebih dulu diberi ramuan kecubung. "Fungsinya seperti candu. saat korban Fly, baru dijerat," imbuhnya.
Sementara itu, sampai kemarin Yulianto masih diperiksa di ruang Kapolsek Kartasura AKP Wisnu Broto. pemeriksaan berlangsung tertutup. Wisnu terlihat menanyai tersangka bersama penyidik dan petugas TNI AD. di ruangan itu juga tampak Wakapolres dan Kasatreskrim AKP Sukiyono.
Sementara itu salah seorang kakak perempuan Yulianto yang menolak untuk menyebutkan namanya menyatakan tidak percaya bahwa adiknya merupakan pembunuh. Sebab, sejak kecil Yulanto tumbuh normal seperti kebanyakan teman sepermainannya. "dia juga suka cengengesan dan humoris," ujarnya dengan wajah pucat.
Dia juga mengatakan bahwa Yulianto cukup supel dalam pergaulan dan tidak pernah mencuri. "tap ada acara kumpul keluarga, msalnya pengajian atau arisan, juga jarang absen," katanya.
Namun, warga sekitar menilai Yulanto sebagai sosok tertutup. "kami baru tahu dia berprofesi tukan pijat setelah kasus pembunuhan itu terkuak. Sebelumnya kami tahunya dia itu penggembala kambng, tukang ngarit rumput, dan penggali sumur," ujar didit, 48, warga Kragilan, desa Pucangan, kartasura, sukoharjo.
Namun dia juga menyatakan bahwa selama ini Yulianto tidak pernah menunjukkan gelagat yang mencurigakan. "Kalau diajak ngobrol, ya basa-basa saja. dia menanggapi dengan bak. Tidak ada yang mencurigakan," ujarnya.
Warga lain mengaku serng mendengar suara tangis perempuan di rumpun bambu d pojok halaman rumah Yulianto. namun, mereka tidak tahu apakah perempuan yang menangis itu merupakan korban Yulianto atau istrnya. Mereka hanya blang, Yulianto sering berbuat kasar terhadap istrinya.
Dugaan bahwa Yulianto adalah pembunuh berantai muncul Sabtu malam (21/8) setelah polisi menemukan mayat anggota Kopassus Kopda Santoso terkubur di dalam rumah tersangka. Dugaan ini menjadi kenyataan kemarin (23/8) saat polisi mengungkap seorang lagi korban kebiadaban jagal Kragilan itu.
Korban tersebut bernama Sadiyo, warga Dusun Sraten, Desa Pucangan, Kecamatan Kartasura. Saat ditemukan, kondisi Sadiyo sudah berupa tulang belulang. Polisi menemukannya di sebelah Timur kandang sapi di pekarangan rumah yulianto. Polisi menggali lokasi tu setelah mendengar pengakuan Yulianto sehari sebelumnya.
Dalam penggalian kemarin, polisi menemukan beberapa kantong plastik yang berisi tulang. Namun, hanya satu kantong yang ditenggarai tulang manusia. kantong lainnya berisi tukang binatang.
"Lubangnya tidak terlalu dalam. Hanya sekitar setengah meter. Selain tulang manusia, ada tengkorak kerbau, anjing dan kambing," tutur Suwarji, warga Kragilan, desa Pucangan, Kartasura, kemarin.
Oleh polisi, tulang belulang tersebut dibawa ke laboratorium Forensik UNS untuk dteliti. Petugas membawa tulang manusia dan hewan tu dalam dua kantong mayat. "Karena tu, beredar isu bahwa yang ditemukan dua korban," imbuhnya.
Wakapolres Sukoharjo Kompol Endrastiawan S.W. menyatakan, penggalian tersebut dilakukan berdasar keterangan Yulianto. "Tersangka mengaku juga membunuh rekannya yang bernama sadiyo dan menguburnya di sini," jelasnya.
Ditanya motif Yulianto membunuh sadiyo, endrastiawan menolak berkomentar. Dia juga tidak menjawab saat ditanya kemungkinan adanya korban lain. "Besok saja di polres,' ujarnya.
Menurut informasi yang beredar, bapak tiga anak itu mengaku membunuh Sadiyo karena jengkel. Pemicunya adalah masalah utang piutang. sadiyo sering pinjam uang kepada Yulianto, tapi tidak pernah membayar. "Awalnya dua orang itu akrab karena sama-sama suka klenik," tutur salah seorang penyidik.
Cara Yulianto menghabisi Sadiyo, lanjut dia, sama dengan caranya membunuh Kopda susanto. yakni, menjerat leher korban. Bedanya, anggota Grup 2 Kopassus Kandangan menjangan Kartasura itu lebih dulu diberi ramuan kecubung. "Fungsinya seperti candu. saat korban Fly, baru dijerat," imbuhnya.
Sementara itu, sampai kemarin Yulianto masih diperiksa di ruang Kapolsek Kartasura AKP Wisnu Broto. pemeriksaan berlangsung tertutup. Wisnu terlihat menanyai tersangka bersama penyidik dan petugas TNI AD. di ruangan itu juga tampak Wakapolres dan Kasatreskrim AKP Sukiyono.
Sementara itu salah seorang kakak perempuan Yulianto yang menolak untuk menyebutkan namanya menyatakan tidak percaya bahwa adiknya merupakan pembunuh. Sebab, sejak kecil Yulanto tumbuh normal seperti kebanyakan teman sepermainannya. "dia juga suka cengengesan dan humoris," ujarnya dengan wajah pucat.
Dia juga mengatakan bahwa Yulianto cukup supel dalam pergaulan dan tidak pernah mencuri. "tap ada acara kumpul keluarga, msalnya pengajian atau arisan, juga jarang absen," katanya.
Namun, warga sekitar menilai Yulanto sebagai sosok tertutup. "kami baru tahu dia berprofesi tukan pijat setelah kasus pembunuhan itu terkuak. Sebelumnya kami tahunya dia itu penggembala kambng, tukang ngarit rumput, dan penggali sumur," ujar didit, 48, warga Kragilan, desa Pucangan, kartasura, sukoharjo.
Namun dia juga menyatakan bahwa selama ini Yulianto tidak pernah menunjukkan gelagat yang mencurigakan. "Kalau diajak ngobrol, ya basa-basa saja. dia menanggapi dengan bak. Tidak ada yang mencurigakan," ujarnya.
Warga lain mengaku serng mendengar suara tangis perempuan di rumpun bambu d pojok halaman rumah Yulianto. namun, mereka tidak tahu apakah perempuan yang menangis itu merupakan korban Yulianto atau istrnya. Mereka hanya blang, Yulianto sering berbuat kasar terhadap istrinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar