Jumat, 20 Agustus 2010

TNI Siap Libas Agresor Maritim

Jumat, 20 Agustus 2010

JAKARTA (Suara Karya): Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana TNI Agus Suhartono menegaskan, TNI Angkatan Laut (AL) selalu siap untuk mengatasi dan menghalau agresi maupun pelanggaran wilayah yang dilakukan negara asing di wilayah maritim Indonesia.

"Dalam menjalankan peran dan tugasnya, TNI AL mampu menghadapi tantangan, di antaranya agresi pihak asing," ujar Agus Suhartono ketika memberikan kuliah umum kepada mahasiswa Pascasarjana Universitas Padjajaran (Unpad) di Kampus Unpad, Bandung, Jawa Barat, Kamis (19/8). Ia menjelaskan, TNI AL telah merencanakan dan mewujudkan kekuatan tempur yang sesuai dengan kekuatan pokok minimum yang dibutuhkan (minimum essential force/MEF). Pembangunan kekuatan tempur itu dilakukan secara bertahap dan proporsional sesuai dengan perkembangan lingkungan strategis yang semakin kompleks.

Tentunya, tutur KSAL menambahkan, membangun kekuatan laut standar MEF mesti disesuaikan dengan kemampuan keuangan negara. MEF disusun berdasarkan kemampuan yang diperlukan (capability design) untuk menghadapi segala bentuk ancaman dalam rangka menjaga keutuhan NKRI khususnya di dan atau lewat laut. Dengan demikian, menurut Agus, dalam menjalankan peran dan tugasnya TNI AL mampu menghadapi tantangan. Misalnya mengatasi pelanggaran wilayah yang dilakukan pihak asing, klaim perbatasan perairan laut, pemberontakan bersenjata di laut, sabotase dari pihak tertentu untuk merusak instalasi penting dan objek vital, sabotase yang dilakukan oleh pihak asing untuk mendapatkan rahasia militer.

Teroris
Selain itu, TNI AL juga mempu mengatasi ancaman navigasi, aksi teror bersenjata yang dilakukan oleh teroris internasional dan teroris dalam negeri, keamanan di wilayah laut atau di wilayah udara yurisdiksi nasional oleh pihak-pihak tertentu. "Tentunya kemampuan TNI AL ini untuk mendukung majunya perekonomian Indonesia lewat laut," ujarnya.

Agus menyatakan, pembangunan kekuatan laut atas dasar MEF juga mengandalkan mengandalkan kemampuan industri dalam negeri. Artinya, pembangunan tersebut menyertakan keahlian (skill) para civitas akademika, khususnya menghadapi perang bawah air, permukaan/atas air dan udara, serta perang yang harus dapat mengintegrasikan dan mensinkronisasikan kapabilitas, yaitu peperangan elektronika (electronic warfare/EW), operasi psikologi (psychology operations), pengelabuan militer (military deception), keamanan operasi (security operations), operasi jaringan komputer (computer network operations), dukungan kemampuan intelijen, komunikasi dan humas/penerangan yang tangguh.

"Menunjukkan kinerja yang maksimal dalam tugasnya, termasuk di bidang bantuan kemanusiaan (civic mission) di dalam dan luar negeri. Sehingga mampu merebut hati dan pikiran publik untuk mendukung sepenuhnya pembangunan MEF yang telah digagas oleh TNI AL. Seiring dengan berjalannya waktu, generasi muda Indonesia yang berkualitas siap bergabung dan berkarya melalui TNI AL," ujar KSAL. (Feber Sianturi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog