24 Agustus 2010 | 23:59 wib | Daerah
Dari Pengakuan Istri Hingga Para Normal
Solo, CyberNews. Kasus pembunuhan Kopda Santoso (28) yang dilakukan Yulianto (40), personel satuan elite Kopassus Grup 2 Kandang Menjangan memiliki peran penting dalam pengungkapannya. Begitu mendengar salah satu anggota TNI itu hilang, sejak Minggu (8/8), rekan-rekannya tidak berhenti mencarinya atas perintah pimpinan di satuan elite baret merah tersebut.
Fokus pencarian dipusatkan di rumah Yulianto di Dusun Kragilan RT 2 RW 15, Pucangan, Kartasura, Sukoharjo. Pasalnya, Kopda Santoso kali terakhir diketahui berada di rumah Yulianto untuk pijat dengan tujuan agar penyakit ambeiennya sembuh.
Prajurit Kopassus berpangkat tamtama itu bisa kenal dengan Yulianto yang konon bisa mengobati penyakitnya, berdasar informasi yang didapat almarhum. Berkali-kali menjalani terapi pijat, bukannya penyakit yang diderita Kopda Santoso sembuh, namun jiwanya justru melayang.
Kematian anggota Kopassus Batalyon 22 itu diyakini setelah minum ramuan biji kecubung wulung yang diracik Yulianto. Seperti diketahui banyak orang, biji kecubung apabila diminum bisa membuat orang yang meminumnya tidak berdaya hingga dapat tertidur dalam kurun waktu yang cukup lama. Dalam kondisi seperti itu, Yulianto diyakini dengan mudah dapat membunuh Kopda Santoso.
Dukun yang juga tukang pijat tersebut menghabisi nyawa Kopda Santoso karena kesal. Sebab korban yang sudah delapan kali dipijat, belum memberikan uang seperti yang dijanjikan kepada tersangka. Raibnya Kopda Santoso yang asli tinggal di Wonogiri, menurut salah satu anggota TNI yang enggan disebut namanya, baru diketahui setelah sehari kemudian Kopda Santoso tidak hadir bersama satuannya di batalyon 22 dalam apel siapa di Markas Kopassus Grup 2 Kandang Menjangan.
Lebih lanjut dia mengatakan, Dangrup memerintahkan anggotanya untuk melacak keberadaan anggota Batalyon 22 tersebut. Pencarian yang memakan waktu hingga beberapa hari mulai menunjukkan titik terang berdasar keterangan istri Yulianto yang bernama Sri Mulyati (33).
Istri Yulianto itu saat dimintai keterangan petugas menceritakan keberadaan Kopda Santoso di tempat tinggalnya di Kragilan. Sri Mulyati sempat mendengar suara gaduh seperti orang bertengkar antara Kopda Santoso dengan suaminya di salah kamar yang tertutup rapat. Setelah itu, Sri Mulyati sudah tidak mendengar lagi suara berisik.
''Setelah rumah dalam keadaan sepi, ibu tiga anak itu mengira Kopda Santoso tertidur di dalam kamar,'' kata salah satu prajurit TNI itu ketika bercerita di Kantor Suara Merdeka Biro Solo, Selasa (24/8).
Pembongkaran Jenazah
Dalam upaya menemukan keberadaan Kopda Santoso, lanjut dia, Yulianto kerap diperiksa. ''Namun yang bersangkutan tidak pernah mengakui perbuatannya,'' lanjutnya.
Anggota TNI yang cukup dekat dengan wartawan tersebut juga tidak membantah dalam upaya membongkar kasus ini, petugas juga meminta bantuan dari sisi supra natural. Berbagai langkah itu, selain telah ada pengakuan istri tersangka, salah satu para normal dari Banten yang sengaja didatangkan ke lokasi kejadian, juga dapat membantu pengungkapan kasus ini.
Setelah makin terang kematian Kopda Santoso berada di rumah Yulianto, sejumlah personel dari Kopassus datang ke rumah Yulianto pada Sabtu (21/8) sore, bersama para normal yang juga disaksikan sejumlah tokoh masyarakat setempat. Pada malam harinya, tim gabungan dari TNI dan Polri baru melakukan pembongkaran jenazah Kopda Santoso yang dikubur Yulianto di dalam rumahnya yang berdekatan dengan kandang kambing.
( Sri Hartanto /CN27 )
Dari Pengakuan Istri Hingga Para Normal
Solo, CyberNews. Kasus pembunuhan Kopda Santoso (28) yang dilakukan Yulianto (40), personel satuan elite Kopassus Grup 2 Kandang Menjangan memiliki peran penting dalam pengungkapannya. Begitu mendengar salah satu anggota TNI itu hilang, sejak Minggu (8/8), rekan-rekannya tidak berhenti mencarinya atas perintah pimpinan di satuan elite baret merah tersebut.
Fokus pencarian dipusatkan di rumah Yulianto di Dusun Kragilan RT 2 RW 15, Pucangan, Kartasura, Sukoharjo. Pasalnya, Kopda Santoso kali terakhir diketahui berada di rumah Yulianto untuk pijat dengan tujuan agar penyakit ambeiennya sembuh.
Prajurit Kopassus berpangkat tamtama itu bisa kenal dengan Yulianto yang konon bisa mengobati penyakitnya, berdasar informasi yang didapat almarhum. Berkali-kali menjalani terapi pijat, bukannya penyakit yang diderita Kopda Santoso sembuh, namun jiwanya justru melayang.
Kematian anggota Kopassus Batalyon 22 itu diyakini setelah minum ramuan biji kecubung wulung yang diracik Yulianto. Seperti diketahui banyak orang, biji kecubung apabila diminum bisa membuat orang yang meminumnya tidak berdaya hingga dapat tertidur dalam kurun waktu yang cukup lama. Dalam kondisi seperti itu, Yulianto diyakini dengan mudah dapat membunuh Kopda Santoso.
Dukun yang juga tukang pijat tersebut menghabisi nyawa Kopda Santoso karena kesal. Sebab korban yang sudah delapan kali dipijat, belum memberikan uang seperti yang dijanjikan kepada tersangka. Raibnya Kopda Santoso yang asli tinggal di Wonogiri, menurut salah satu anggota TNI yang enggan disebut namanya, baru diketahui setelah sehari kemudian Kopda Santoso tidak hadir bersama satuannya di batalyon 22 dalam apel siapa di Markas Kopassus Grup 2 Kandang Menjangan.
Lebih lanjut dia mengatakan, Dangrup memerintahkan anggotanya untuk melacak keberadaan anggota Batalyon 22 tersebut. Pencarian yang memakan waktu hingga beberapa hari mulai menunjukkan titik terang berdasar keterangan istri Yulianto yang bernama Sri Mulyati (33).
Istri Yulianto itu saat dimintai keterangan petugas menceritakan keberadaan Kopda Santoso di tempat tinggalnya di Kragilan. Sri Mulyati sempat mendengar suara gaduh seperti orang bertengkar antara Kopda Santoso dengan suaminya di salah kamar yang tertutup rapat. Setelah itu, Sri Mulyati sudah tidak mendengar lagi suara berisik.
''Setelah rumah dalam keadaan sepi, ibu tiga anak itu mengira Kopda Santoso tertidur di dalam kamar,'' kata salah satu prajurit TNI itu ketika bercerita di Kantor Suara Merdeka Biro Solo, Selasa (24/8).
Pembongkaran Jenazah
Dalam upaya menemukan keberadaan Kopda Santoso, lanjut dia, Yulianto kerap diperiksa. ''Namun yang bersangkutan tidak pernah mengakui perbuatannya,'' lanjutnya.
Anggota TNI yang cukup dekat dengan wartawan tersebut juga tidak membantah dalam upaya membongkar kasus ini, petugas juga meminta bantuan dari sisi supra natural. Berbagai langkah itu, selain telah ada pengakuan istri tersangka, salah satu para normal dari Banten yang sengaja didatangkan ke lokasi kejadian, juga dapat membantu pengungkapan kasus ini.
Setelah makin terang kematian Kopda Santoso berada di rumah Yulianto, sejumlah personel dari Kopassus datang ke rumah Yulianto pada Sabtu (21/8) sore, bersama para normal yang juga disaksikan sejumlah tokoh masyarakat setempat. Pada malam harinya, tim gabungan dari TNI dan Polri baru melakukan pembongkaran jenazah Kopda Santoso yang dikubur Yulianto di dalam rumahnya yang berdekatan dengan kandang kambing.
( Sri Hartanto /CN27 )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar