Kamis, 19 Agustus 2010 | 17:20 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Polri memastikan akan berkoordinasi dengan TNI untuk mengusut identitas pelaku perampokan Bank CIMB Niaga di Medan, Sumatera Utara. Koordinasi dilakukan guna memudahkan pelacakan pelaku perampokan.
"Dan bila nanti diperlukan untuk hal lain," kata Wakadiv Humas Polri Kombes Ketut Untung Yoga Ana di Mabes Polri, Jakarta, Kamis (19/8/2010). Sejauh ini, menurut Yoga, Polda Sumatera Utara telah berhasil mengantongi identitas komplotan perampok pada 18 Agustus. Oleh karenanya, hingga kini, lanjut Yoga Ana, tim dari Mabes Polri belum juga dikerahkan ke lokasi guna melacak keberadaan pelaku.
"Tapi ada back up kalau diperlukan oleh Polda Sumatera Utara," katanya. Terkait senjata yang dimiliki oleh kelompok pembobol bank tersebut, Yoga memastikan Polri belum menemukan kaitannya dengan dugaan kemungkinan terlibatnya oknum anggota Polri dan TNI dalam kelompok pembobol uang senilai Rp 200 juta itu. Menurutnya, tak dapat serta-merta menghakimi keberadaan senjata oleh perampok Bank CIMB Niaga mengidentikkan adanya oknum polisi dalam komplotan perampok yang menewaskan satu anggota Brimob itu.
Pasalnya, menurut Yoga, pemberian senjata, terutama senjata laras panjang, meskipun untuk anggota Polri tak bisa sembarangan. Itu haruslah melalui mekanisme pengawasan dan tahapan uji kelayakan pemakaian yang ketat."Pengawasan senjata api itu termasuk ketat karena itu hal yang vital. Bahkan tes psikologi dengan anggota polisi itu untuk ketahui secara medis apakah yang bersangkutan layak? Memiliki kestabilan emosional dan sebagainya. Itu diawasi secara ketat.
Baik secara administrasi atau pengecekan oleh atasannya," jelasnya. Ditegaskannya, senjata laras panjang bagi anggota Polri tidak dibenarkan dibawa pulang ke rumah kecuali untuk kegiatan tertentu. "Karena itu bukan senjata perorangan. Itu senjata satuan. Usai masa tugas juga itu dikembalikan ke gudang atau tempatnya. Kalau digunakan, baru menempel ke orang yang menggunakan," katanya. (Tribunnews/Vanroy Pakpahan)
JAKARTA, KOMPAS.com — Polri memastikan akan berkoordinasi dengan TNI untuk mengusut identitas pelaku perampokan Bank CIMB Niaga di Medan, Sumatera Utara. Koordinasi dilakukan guna memudahkan pelacakan pelaku perampokan.
"Dan bila nanti diperlukan untuk hal lain," kata Wakadiv Humas Polri Kombes Ketut Untung Yoga Ana di Mabes Polri, Jakarta, Kamis (19/8/2010). Sejauh ini, menurut Yoga, Polda Sumatera Utara telah berhasil mengantongi identitas komplotan perampok pada 18 Agustus. Oleh karenanya, hingga kini, lanjut Yoga Ana, tim dari Mabes Polri belum juga dikerahkan ke lokasi guna melacak keberadaan pelaku.
"Tapi ada back up kalau diperlukan oleh Polda Sumatera Utara," katanya. Terkait senjata yang dimiliki oleh kelompok pembobol bank tersebut, Yoga memastikan Polri belum menemukan kaitannya dengan dugaan kemungkinan terlibatnya oknum anggota Polri dan TNI dalam kelompok pembobol uang senilai Rp 200 juta itu. Menurutnya, tak dapat serta-merta menghakimi keberadaan senjata oleh perampok Bank CIMB Niaga mengidentikkan adanya oknum polisi dalam komplotan perampok yang menewaskan satu anggota Brimob itu.
Pasalnya, menurut Yoga, pemberian senjata, terutama senjata laras panjang, meskipun untuk anggota Polri tak bisa sembarangan. Itu haruslah melalui mekanisme pengawasan dan tahapan uji kelayakan pemakaian yang ketat."Pengawasan senjata api itu termasuk ketat karena itu hal yang vital. Bahkan tes psikologi dengan anggota polisi itu untuk ketahui secara medis apakah yang bersangkutan layak? Memiliki kestabilan emosional dan sebagainya. Itu diawasi secara ketat.
Baik secara administrasi atau pengecekan oleh atasannya," jelasnya. Ditegaskannya, senjata laras panjang bagi anggota Polri tidak dibenarkan dibawa pulang ke rumah kecuali untuk kegiatan tertentu. "Karena itu bukan senjata perorangan. Itu senjata satuan. Usai masa tugas juga itu dikembalikan ke gudang atau tempatnya. Kalau digunakan, baru menempel ke orang yang menggunakan," katanya. (Tribunnews/Vanroy Pakpahan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar