Rabu, 8 September 2010, 14:21 WIB Ismoko Widjaya
VIVAnews - Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum mensinyalir tulisan kritik yang disampaikan Kolonel Penerbang Adjie Suradji kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tidak dibuat seorang diri.
Anas menyayangkan ada pihak-pihak yang memanfaatkan tentara aktif. Maka itu, Anas mengimbau agar pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab itu jangan menunggangi tentara aktif untuk menyerang Ketua Dewan Pembinanya.
"Inilah yang tidak sehat. Kalau ada yang mau mengkritik dan menyerang SBY tidaklah perlu menggunakan pion oknum tentara aktif," kata Anas Urbaningrum dalam keterangan kepada VIVAnews, Rabu 8 September 2010.
Anas menilai, patut diduga bahwa yang dilakukan Kolonel Adjie adalah pion dari percaturan politik yang lebih serius. "Akan menjadi preseden politik yang buruk terhadap disiplin tentara," sesal Anas.
Menurut Anas, tulisan kritik yang dimuat dalam rubrik Opini Harian Kompas edisi Senin 6 September lalu itu juga merusak bangunan relasi demokratis antara tentara dan politik.
Dalang dari pembuat tulisan kritik berjudul "Pemimpin, Keberanian dan Perubahan" itu sudah memanfaatkan oknum tentara aktif. "Supremasi demokrasi akan terganggu dengan kasus-kasus seperti ini," ungkap mantan ketua umum Pengurus Besar HMI ini. (adi)
VIVAnews - Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum mensinyalir tulisan kritik yang disampaikan Kolonel Penerbang Adjie Suradji kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tidak dibuat seorang diri.
Anas menyayangkan ada pihak-pihak yang memanfaatkan tentara aktif. Maka itu, Anas mengimbau agar pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab itu jangan menunggangi tentara aktif untuk menyerang Ketua Dewan Pembinanya.
"Inilah yang tidak sehat. Kalau ada yang mau mengkritik dan menyerang SBY tidaklah perlu menggunakan pion oknum tentara aktif," kata Anas Urbaningrum dalam keterangan kepada VIVAnews, Rabu 8 September 2010.
Anas menilai, patut diduga bahwa yang dilakukan Kolonel Adjie adalah pion dari percaturan politik yang lebih serius. "Akan menjadi preseden politik yang buruk terhadap disiplin tentara," sesal Anas.
Menurut Anas, tulisan kritik yang dimuat dalam rubrik Opini Harian Kompas edisi Senin 6 September lalu itu juga merusak bangunan relasi demokratis antara tentara dan politik.
Dalang dari pembuat tulisan kritik berjudul "Pemimpin, Keberanian dan Perubahan" itu sudah memanfaatkan oknum tentara aktif. "Supremasi demokrasi akan terganggu dengan kasus-kasus seperti ini," ungkap mantan ketua umum Pengurus Besar HMI ini. (adi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar