Selasa, 7 September 2010 03:27 WIB Peristiwa Politik/Hankam Dibaca 341 kali
Jakarta (ANTARA News) - Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro hanya tersenyum menanggapi pencalonan Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Agus Suhartono sebagai Panglima TNI menggantikan Jenderal TNI Djoko Santoso.
Jakarta (ANTARA News) - Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro hanya tersenyum menanggapi pencalonan Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Agus Suhartono sebagai Panglima TNI menggantikan Jenderal TNI Djoko Santoso.
"Ya...kita lihat lah...," katanya, usai mengikuti rapat pembahasan RUU Pertanahan di Kantor Wakil Presiden di Jakarta, Senin.Ia meminta, semua pihak bersabar dengan proses pencalonan dan penetapan panglima TNI yang baru. "Sabar...ya," kata Purnomo sambil memasuki mobil dinasnya.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah mengirimkan satu nama calon Panglima TNI kepada DPR pada 3 September 2010, yakni Laksamana TNI Agus Suhartono yang kini menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Laut. Pada kesempatan lain juru bicara Kementerian Pertahanan Brigjen TNI I Wayan Midhio mengatakan, penetapan calon Panglima TNI didasarkan pada kemampuan para calon yakni tiga kepala staf angkatan aktif.
"Selain itu, penetapan calon Panglima TNI juga didasarkan pada pertimbangan pola ancaman yang akan dihadapi bangsa dan negara ini," ujarnya.
Penyehatan
Pengamat pertahanan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Jaleswari Pramodhawardani menilai pengajuan KSAL Laksamana Agus Suhartono sebagai calon Panglima TNI cukup tepat.
"Cukup tepat antara lain dinilai dari penyehatan kebutuhan pertahanan Indonesia berbagai matra. Hal ini tidak dapat terwakilkan dalam matra tertentu," ujarnya. Dhani menambahkan,"Kita butuh rotasi Panglima TNI dengan pergantian antar-matra,".
"Sebagai negara kepulauan kita perlu memikirkan tentang keamanan maritim, dengan meningkatkan kekuatan Angkatan Laut dan Udara, serta Angkatan Darat sebagai stabilisator," tuturnya.
"Sebagai negara kepulauan kita perlu memikirkan tentang keamanan maritim, dengan meningkatkan kekuatan Angkatan Laut dan Udara, serta Angkatan Darat sebagai stabilisator," tuturnya.
Kedua, lanjut Dani, dilihat dari takdir geografis Indonesia sebagai negara kepulauan, Tanah Air perlu mengubah cara pandang terhadap "ruang" kehidupan yang sebagian besar terdiri dari laut dan perairan.
"Ini bisa berimplikasi terhadap strategi pertahanan dan persepsi ancaman," ujarnya. Dhani menutur, "Geografis kita kan lebih ke laut. Permasalahan illegal fishing, perbatasan laut, teritorial, pertahanan laut kita, semuanya membutuhkan kepemimpinan Angkatan Laut yang kuat," ungkapnya.(*)
"Ini bisa berimplikasi terhadap strategi pertahanan dan persepsi ancaman," ujarnya. Dhani menutur, "Geografis kita kan lebih ke laut. Permasalahan illegal fishing, perbatasan laut, teritorial, pertahanan laut kita, semuanya membutuhkan kepemimpinan Angkatan Laut yang kuat," ungkapnya.(*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar