Kamis, 2 September 2010 | 16:16 WIB Penulis: Sabrina Asril | Editor: Marcus Suprihadi
JAKARTA, KOMPAS.com — Banyak kalangan sebenarnya sangat berharap, Pidato Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tadi malam di Mabes TNI Cilangkap merupakan pernyataan sikap yang tegas. Hal itu terasa lebih karena tempat pidato sengaja dipilih di tempat yang merupakan simbol kekuatan negara, yakni Markas Besar TNI.
Akan tetapi, harapan itu kemudian pupus begitu mendengar isi pidato Presiden yang cenderung lembek. Bukannya meningkatkan wibawa bangsa dengan berpidato di Mabes TNI, Presiden SBY malah dinilai merendahkan bahkan melecehkan militer negeri ini.
Hal ini disampaikan Direktur Eksekutif Lingkar Madani untuk Indonesia (LIMA) Ray Rangkuti, Kamis (2/9/2010) di Jakarta. "Pidato itu diucapkan di markas tentara. Sebelumnya, kami bangga karena terkesan berwibawa dan kuat. Tapi ternyata hasilnya seperti yang tadi malam, maka saya pikir tentara telah dilecehkan Presiden," ungkapnya dalam jumpa pers di Jakarta.
Menurut dia, Presiden seharusnya berpidato sebagai panglima tertinggi TNI, bukan sebagai diplomat yang mengutamakan kompromi.
Sekjen Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (KIARA) Riza Damanik bahkan menilai, dengan isi pidato seperti itu, Presiden sangatlah tidak patut memilih tempat di Markas Besar TNI. Pasalnya, hal ini akan banyak berimplikasi pada manuver tentara dan polisi Malaysia yang akan semakin sering melihat kewibaan aparat perairan Indonesia tidak mendapat dukungan dari kepemimpinan SBY.
"Ini sinyal buruk dalam mempertahankan kedaulatan RI ke depan," ungkap Riza.
Seperti diberitakan, Presiden SBY menyampaikan pidatonya di Mabes TNI, Cilangkap, tadi malam, untuk menyikapi ketegangan yang terjadi antara Indonesia dan Malaysia. Dalam pidatonya, Presiden menekankan agar penyelesaian masalah tersebut melalui jalur diplomasi dengan menekankan aspek historis dan ekonomi yang banyak disumbangkan Malaysia untuk Indonesia.
JAKARTA, KOMPAS.com — Banyak kalangan sebenarnya sangat berharap, Pidato Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tadi malam di Mabes TNI Cilangkap merupakan pernyataan sikap yang tegas. Hal itu terasa lebih karena tempat pidato sengaja dipilih di tempat yang merupakan simbol kekuatan negara, yakni Markas Besar TNI.
Akan tetapi, harapan itu kemudian pupus begitu mendengar isi pidato Presiden yang cenderung lembek. Bukannya meningkatkan wibawa bangsa dengan berpidato di Mabes TNI, Presiden SBY malah dinilai merendahkan bahkan melecehkan militer negeri ini.
Hal ini disampaikan Direktur Eksekutif Lingkar Madani untuk Indonesia (LIMA) Ray Rangkuti, Kamis (2/9/2010) di Jakarta. "Pidato itu diucapkan di markas tentara. Sebelumnya, kami bangga karena terkesan berwibawa dan kuat. Tapi ternyata hasilnya seperti yang tadi malam, maka saya pikir tentara telah dilecehkan Presiden," ungkapnya dalam jumpa pers di Jakarta.
Menurut dia, Presiden seharusnya berpidato sebagai panglima tertinggi TNI, bukan sebagai diplomat yang mengutamakan kompromi.
Sekjen Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (KIARA) Riza Damanik bahkan menilai, dengan isi pidato seperti itu, Presiden sangatlah tidak patut memilih tempat di Markas Besar TNI. Pasalnya, hal ini akan banyak berimplikasi pada manuver tentara dan polisi Malaysia yang akan semakin sering melihat kewibaan aparat perairan Indonesia tidak mendapat dukungan dari kepemimpinan SBY.
"Ini sinyal buruk dalam mempertahankan kedaulatan RI ke depan," ungkap Riza.
Seperti diberitakan, Presiden SBY menyampaikan pidatonya di Mabes TNI, Cilangkap, tadi malam, untuk menyikapi ketegangan yang terjadi antara Indonesia dan Malaysia. Dalam pidatonya, Presiden menekankan agar penyelesaian masalah tersebut melalui jalur diplomasi dengan menekankan aspek historis dan ekonomi yang banyak disumbangkan Malaysia untuk Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar