Denpasar-Radar Bali- Sekitar 6 ribu pasukan gabungan akan dikerahkan ke Atambua, Nusa Tenggara Timur. Pergerakan pasukan ini juga akan disertai dengan kekuatan arteleri tempur serta pesawat tempur, helicopter dan kapal perang. Tidak itu saja, agar korban jiwa sedikit, aparat TNI akan mengevakuasi masyarakat yang ada di Atambua.
Fakta itu bukanlah benar-benar terjadi. Melainkan merupakan poin-poin dalam Geladi Makodam IX/Udayana, Kamis siang (2/9), seluruh perwira di lingkungan Kodam IX/Udayana mengikuti geladi tersebut.
Menurut Pangdam IX/Udayana Mayjen TNI Rachmat Budiyanto geladi itu merupakan bagian dari simulasi perang untuk menghadapi invasi Negara luar lewat perbatasan Republik Indonesia-Republik Demokratik Timor Leste (RTDL). Simulasi itu tidak digelar di luar ruangan, tapi diatas sebuah peta berukuran besar. “Mako ini dimaksudkan untuk membuat rencana operasi yang kemungkinan adanya invasi ,” kata Mayjen Rachmat Budiyanto di sela-sela acara.
Dalam acara tersebut, dipaparkan pasukan Negara lain berkekuatan 1 brigade atau 3 batalyon siap menginvasi Indonesia . Rencana itu berhasil dicium intelijen. Alhasil langkah perang dipersiapkan. Masing-masing kesatuan dikirimkan ke Atambua.
Ada Satuan Brigade infantery (brigif), pesawat tempur, kapal perang, hingga Tank-tank. Semua diterjunkan ke Atambua , NTT. Semua dipaparkan satu persatu secara detail. Mulai dari menyangkut pendaratan pasukan, konsumsi, bantuan medis hingga soal amunisi.
Menurut Rachmat Budiyanto, langkah tersebut merupakan salah satu cara mempersiapkan diri jika sewaktu-waktu terjadi invasi terhadap NKRI. Mengingat, Indonesia memiliki perbatasan langsung dengan beberapa Negara. Sehingga wajib dipersiapkan secara matang.
“Dengan begitu kalau betul-betul terjadi kita sudah siap, sehingga tidak terkesan lagi tergagap-gagap,” kata pria berbintang dua ini.
Ditanya apakah persiapan tersebut sebagai salah satu bentuk penyikapan terhadap krisis yang terjadi antara Indonesia –Malaysia, Rachmat Budiyanto tidak membantah maupun mengakuinya. Program latihan tersebut datang dari Mabes TNI. Namun diakuinya momennya tepat dengan memanasnya hubungan kedua Negara. “Ini program dan dananya dari Mabes TNI, ujarnya sambil tersenyum.
Didesak pemilihan Bali sebagai lokasi , Rachmat Budiyanto menjelaskan bahwa kemungkinan terjadinya invasi bisa saja terjadi. Karena itulah dilakukan simulasi. Tetapi Rachmat Budiyanto kemarin tidak memastikan apakah geladi akan ditindaklanjuti dengan latihan gabungan langsung. Pasalnya keputusan berada di tangan Mabes TNI.
Ia memaparkan, biaya untuk operasional latihan gabungan cukup besar. Apalagi dengan kekuatan pasukan sebanyak dua Brigade yang berkekuatan enam batalyon. Kebutuhan dananya sangat besar. “Paket dengan enam ribu pasukan , butuh sekitar Rp 5 triliun. Bayangkan itu. Tapi dengan ini, tidak perlu realita lagi, kita sudah siap ,” pungkasnya.
Fakta itu bukanlah benar-benar terjadi. Melainkan merupakan poin-poin dalam Geladi Makodam IX/Udayana, Kamis siang (2/9), seluruh perwira di lingkungan Kodam IX/Udayana mengikuti geladi tersebut.
Menurut Pangdam IX/Udayana Mayjen TNI Rachmat Budiyanto geladi itu merupakan bagian dari simulasi perang untuk menghadapi invasi Negara luar lewat perbatasan Republik Indonesia-Republik Demokratik Timor Leste (RTDL). Simulasi itu tidak digelar di luar ruangan, tapi diatas sebuah peta berukuran besar. “Mako ini dimaksudkan untuk membuat rencana operasi yang kemungkinan adanya invasi ,” kata Mayjen Rachmat Budiyanto di sela-sela acara.
Dalam acara tersebut, dipaparkan pasukan Negara lain berkekuatan 1 brigade atau 3 batalyon siap menginvasi Indonesia . Rencana itu berhasil dicium intelijen. Alhasil langkah perang dipersiapkan. Masing-masing kesatuan dikirimkan ke Atambua.
Ada Satuan Brigade infantery (brigif), pesawat tempur, kapal perang, hingga Tank-tank. Semua diterjunkan ke Atambua , NTT. Semua dipaparkan satu persatu secara detail. Mulai dari menyangkut pendaratan pasukan, konsumsi, bantuan medis hingga soal amunisi.
Menurut Rachmat Budiyanto, langkah tersebut merupakan salah satu cara mempersiapkan diri jika sewaktu-waktu terjadi invasi terhadap NKRI. Mengingat, Indonesia memiliki perbatasan langsung dengan beberapa Negara. Sehingga wajib dipersiapkan secara matang.
“Dengan begitu kalau betul-betul terjadi kita sudah siap, sehingga tidak terkesan lagi tergagap-gagap,” kata pria berbintang dua ini.
Ditanya apakah persiapan tersebut sebagai salah satu bentuk penyikapan terhadap krisis yang terjadi antara Indonesia –Malaysia, Rachmat Budiyanto tidak membantah maupun mengakuinya. Program latihan tersebut datang dari Mabes TNI. Namun diakuinya momennya tepat dengan memanasnya hubungan kedua Negara. “Ini program dan dananya dari Mabes TNI, ujarnya sambil tersenyum.
Didesak pemilihan Bali sebagai lokasi , Rachmat Budiyanto menjelaskan bahwa kemungkinan terjadinya invasi bisa saja terjadi. Karena itulah dilakukan simulasi. Tetapi Rachmat Budiyanto kemarin tidak memastikan apakah geladi akan ditindaklanjuti dengan latihan gabungan langsung. Pasalnya keputusan berada di tangan Mabes TNI.
Ia memaparkan, biaya untuk operasional latihan gabungan cukup besar. Apalagi dengan kekuatan pasukan sebanyak dua Brigade yang berkekuatan enam batalyon. Kebutuhan dananya sangat besar. “Paket dengan enam ribu pasukan , butuh sekitar Rp 5 triliun. Bayangkan itu. Tapi dengan ini, tidak perlu realita lagi, kita sudah siap ,” pungkasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar