Sunday, 14 March 2010
LATIHAN GABUNGAN, Personel Komando Pasukan Katak TNI AL saat melakukan simulasi penanggulangan teroris di sebuah kapal tanker di Teluk Jakarta kemarin. Simulasi ini bagian dari Latihan Kesiapsiagaan dan Ketanggapsegeraan TNI-Polri dalam Penanggulangan Aksi Teror “Waspada Nusa II”.
LATIHAN GABUNGAN, Personel Komando Pasukan Katak TNI AL saat melakukan simulasi penanggulangan teroris di sebuah kapal tanker di Teluk Jakarta kemarin. Simulasi ini bagian dari Latihan Kesiapsiagaan dan Ketanggapsegeraan TNI-Polri dalam Penanggulangan Aksi Teror “Waspada Nusa II”.
JAKARTA (SI) – Kapolri Jenderal Pol Bambang Hendarso Danuri menilai kerja sama antara TNI dan Polri dalam penanganan terorisme menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Indikasinya bisa dilihat dari keberhasilan dalam melumpuhkan sepuluh teroris dalam penyergapan yang melibatkan personel Polsek dan Koramil Leupung Aceh Besar, Jumat (12/3) lalu.
‘’Kondisi terakhir, kerja sama koramil dan polsek berhasil menangkap delapan orang dan dua orang meninggal. Ini membuktikan kerja sama kami di daerahdaerah untuk menangani masalah teroris cukup baik,’’ ujar Kapolri seusai Latihan Kesiapsiagaan dan Ketanggapsegeraan TNI-Polri dalam Penanggulangan Aksi Teror “Waspada Nusa II” di Hotel Borobudur, Jakarta,kemarin.
Panglima TNI Jenderal TNI Djoko Santoso juga menilai TNIPolri semakin padu.Dia menunjuk latihan gabungan yang melibatkan pasukan antiteror TNI-Polri kali ini yang lebih baik dibanding tahun-tahun sebelumnya. Menurutnya, latihan gabungan dapat meningkatkan profesionalisme dan kesiapan kedua institusi dalam penanganan terorisme. ”Harapannya, kerja sama antara TNI dan Polri dalam menangani teroris akan semakin baik,”ujarnya.
Latihan gabungan penanggulangan teroris antara TNI-Polri kemarin dilakukan secara berurutan di enam titik di wilayah Jakarta.Latihan gabungan yang melibatkan 3.559 personel ini berlangsung sejak pagi, diawali di pengeboran minyak di Kepulauan Seribu yang melibatkan Densus 88 Polri dan Detasemen Jala Mengkara TNI AL.
Selanjutnya latihan digelar di kapal tanker di Teluk Jakarta yang melibatkan tim Komando Pasukan Katak TNI AL, Gedung Bursa Efek Indonesia yang melibatkan Peleton Intai Tempur Kostrad dan Densus 88 Polda Metro Jaya,serta Hotel Borobudur yang melibatkan peleton Intai Keamanan Brigade Infanteri 1/Pengamanan Ibu Kota Kodam Jaya dan Detasemen Khusus 88 Mabes Polri.
Kemudian di Hotel Mercure Ancol yang melibatkan Peleton Intai Keamanan Brigade Infanteri 1/Pengamanan Ibu Kota Kodam Jaya dan Detasemen Khusus 88 Mabes Polri, dan terakhir pembebasan pesawat di bandara Soekarno Hatta yang melibatkan Detasemen Bravo-90 TNI AU, Satuan-81 Kopassus, dan Densus 88 Polri.
Dalam simulasi yang dilakukan di Hotel Borobudur yang disaksikan Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri, Panglima TNI Jenderal TNI Djoko Santoso, dan kepala staf tiga angkatan, kelompok teroris diskenariokan menyerang dan kemudian menyandera pimpinan hotel, karyawan, serta tamu warga negara asing. Setelah mendapat informasi penyerangan teroris, pasukan TNI dan Polri melakukan koordinasi di bawah pimpinan Kapolres Jakarta Pusat Kombes Hamidin selaku manajer tempat kejadian perkara (TKP).
Pasukan gabungan yang dilengkapi berbagai persenjataan dan perlengkapan lain langsung menuju lokasi. Kepada petugas yang melakukan negosiasi, kelompok teroris meminta tebusan USD 1 juta, satu unit helikopter, dan tahanan teroris di Mabes Polri dibebaskan jika ingin seluruh sandera dilepaskan. Namun, negosiasi tidak menemui kesepakatan. Tim kemudian memutuskan melakukan penyerangan.Puluhan personel yang diangkut kendaraan tempur taktis meluncur ke lokasi.
Selain itu, dua helikopter juga membawa sejumlah pasukan yang diturunkan ke atas atap gedung dengan teknik fast roping.Dari atap gedung, pasukan menyebar menuruni secara perlahan dinding gedung dengan tali ke tiga titik kamar yang dijadikan lokasi persembunyian kelompok teroris. Dengan aba-aba dari Kapolres Jakarta Pusat, secara bersamaan tim kemudian melakukan penyerangan ke pintu masuk hotel gedung maupun jendela-jendela kamar.
Terdengar ledakan granat dan baku tembak terjadi di dalam gedung. Dalam simulasi juga dipertunjukkan, teroris telah memasang rompi bom kepada seorang sandera. Untuk melepaskan lilitan bom tersebut,dikerahkan tim penjinak bom Brimob Polda Metro. Seorang personel gegana berbaju antibom seberat 35 kg meletakkan bom yang telah dilepaskan dari rompi pada jarak aman dan dipasangi kabel untuk diledakkan dari jarak jauh.Setelah berada pada jarak aman, dengan ditembak air bertekanan tinggi, bom yang belum dijinakkan tersebut diledakkan. (pasti liberti)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar