JAKARTA (Suara Karya): Indonesia mengusulkan kerja sama pertahanan dan militer antarnegara ASEAN hendaknya difokuskan pada operasi militer selain perang (OMSP), dalam lima hingga sepuluh tahun mendatang. "Tantangan yang akan dihadapi pada lima tahun mendatang, memang seperti itu lebih banyak pada operasi militer selain perang (OMSP)," kata Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono usai menjadi pembicara dalam seminar bertajuk Militer ASEAN Menuju Terwujudnya Political-Security Community ASEAN, di Jakarta, Senin (15/11).
Ia menegaskan, beberapa isu yang patut menjadi perhatian ASEAN dalam lima tahun mendatang adalah pemberantasan terorisme, keamanan maritim, operasi kemanusiaan dan penanganan bencana (humantarian assistance and disaster relief/HADR), operasi pemeliharaan perdamaian, kesehatan militer (military medicine), infeksi penyakit, ketahanan pangan dan pemanasan global. Terkait itu, tutur Panglima TNI, prioritas kerja sama "military to military" antarnegara ASEAN dalam lima tahun mendatang, juga akan dikembangkan untuk mendukung kegiatan OMSP tersebut.
Agus menilai TNI memiliki peluang cukup signifikan bagi ASEAN, dan masih disegani negara-negara kawasan meski dari sisi teknologi, alat utama sistem senjata dan kualitas sumber daya manusia, masih kalah dibandingkan Malaysia, Thailand, dan Singapura. Tentang kesiapan Indonesia dalam beragam operasi militer selain perang tersebut, Panglima TNI mengatakan, secara umum ASEAN telah memiliki cetak biru terhadap OMSP tersebut, Indonesia kemudian menjabarkan cetak biru itu dalam berbagai bentuk sesuai tingkat ancaman yang dihadapi.
"Semisal pemberantasan terorisme, negara-negara ASEAN telah membuat berbagai program dan inisiatif untuk memperkuat kemampuan menghadapi aksi teroris. salah satu yang dilakukan Indonesia adalah dengan meningkatkan patroli bersama, pengontrolan pos-pos untuk memonitor dan mencegah pergerakan teroris," katanya. Tidak itu saja, Indonesia juga memiliki sekolah antiterorisme untuk negara-negara ASEAN yang dikelola oleh Polri, kata Agus menambahkan.
Ia menegaskan, beberapa isu yang patut menjadi perhatian ASEAN dalam lima tahun mendatang adalah pemberantasan terorisme, keamanan maritim, operasi kemanusiaan dan penanganan bencana (humantarian assistance and disaster relief/HADR), operasi pemeliharaan perdamaian, kesehatan militer (military medicine), infeksi penyakit, ketahanan pangan dan pemanasan global. Terkait itu, tutur Panglima TNI, prioritas kerja sama "military to military" antarnegara ASEAN dalam lima tahun mendatang, juga akan dikembangkan untuk mendukung kegiatan OMSP tersebut.
Agus menilai TNI memiliki peluang cukup signifikan bagi ASEAN, dan masih disegani negara-negara kawasan meski dari sisi teknologi, alat utama sistem senjata dan kualitas sumber daya manusia, masih kalah dibandingkan Malaysia, Thailand, dan Singapura. Tentang kesiapan Indonesia dalam beragam operasi militer selain perang tersebut, Panglima TNI mengatakan, secara umum ASEAN telah memiliki cetak biru terhadap OMSP tersebut, Indonesia kemudian menjabarkan cetak biru itu dalam berbagai bentuk sesuai tingkat ancaman yang dihadapi.
"Semisal pemberantasan terorisme, negara-negara ASEAN telah membuat berbagai program dan inisiatif untuk memperkuat kemampuan menghadapi aksi teroris. salah satu yang dilakukan Indonesia adalah dengan meningkatkan patroli bersama, pengontrolan pos-pos untuk memonitor dan mencegah pergerakan teroris," katanya. Tidak itu saja, Indonesia juga memiliki sekolah antiterorisme untuk negara-negara ASEAN yang dikelola oleh Polri, kata Agus menambahkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar