Rabu, 10 November 2010 | 00:58 WIB
Pos Kupang - MASIH ingat Hari Pahlawan? Apakah kita segenap bangsa Indonesia masih menundukkan kepala sejenak guna mengenang jasa-jasa para pahlawan yang telah gugur di medan perjuangan? Makna apakah yang dapat kita tangkap dari Hari Pahlawan? Dapatkah kita mengaktualkan Hari Pahlawan yang dapat kita gunakan dalam kehidupan kita saat ini?
Sejumlah pertanyaan ini patut kita kedepankan sehubungan dengan Hari Pahlawan yang kita peringati hari ini, Rabu 10 November 2010. Dipilihnya tanggal 10 November sebagai Hari Pahlawan karena pada tanggal tersebut 65 tahun silam para pejuang kita bertempur mati-matian untuk melawan tentara Inggris di Surabaya. Mereka bersedia mengorbankan harta dan nyawanya untuk memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Para penjajah ternyata tidak rela membiarkan bangsa Indonesia mereguk kebebasannya. Mereka tetap ingin mengendalikan kehidupan kita yang telah mereka lakukan cukup lama di bumi pertiwi ini.
Saat itu, pejuang kita hanya mengandalkan bambu runcing. Namun, mereka tidak pernah gentar untuk melawan penjajah. Kita masih ingat tokoh yang terkenal pada saat perjuangan itu, yakni Bung Tomo yang mampu menyalakan semangat perjuangan rakyat lewat siaran-siarannya radionya. Selain itu, ada Ruslan Abdul Gani, seorang pelaku sejarah waktu itu.
Bangsa ini setiap tahun memperingati Hari Pahlawan. Termasuk kita yang ada di NTT juga merayakannnya. Namun terasa, mutu peringatan itu menurun dari tahun ke tahun. Kita sudah makin tidak menghayati makna Hari Pahlawan. Peringatan yang kita lakukan sekarang cenderung bersifat seremonial, yakni dengan melaksanakan upacara pengibaran bendera yang disertai mengheningkan cipta. Setelah itu selesai.
Memang kita tidak ikut mengorbankan nyawa seperti para pejuang di Surabaya pada waktu itu. Tugas kita saat ini adalah memberi makna baru kepahlawanan dan mengisi kemerdekaan sesuai dengan perkembangan zaman. Saat memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan, rakyat telah mengorbankan nyawanya. Kita wajib menundukkan kepala untuk mengenang jasa-jasa mereka. Karena itulah kita merayakan Hari Pahlawan setiap 10 November.
Akan tetapi kepahlawanan tidak hanya berhenti di sana. Dalam mengisi kemerdekaan pun kita dituntut untuk menjadi pahlawan. Bukankah arti pahlawan itu adalah orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran? Bukankah makna pahlawan itu adalah pejuang gagah berani? Bukankah makna kepahlawanan tak lain adalah perihal sifat pahlawan seperti keberanian, keperkasaan, kerelaan berkorban, dan kekesatriaan? Bukankah makna kepahlawanan sesungguhnya adalah sosok yang mau memikirkan orang banyak dengan kehendak yang kuat, bukan mengembangkan kepentingan sendiri?
Menghadapi situasi seperti sekarang, kita berharap muncul banyak pahlawan dalam segala bidang kehidupan. Dalam konteks ini kita dapat mengisi makna Hari Pahlawan yang kita peringati setiap tahun pada 10 November. Bangsa ini, termasuk NTT, sedang membutuhkan banyak pahlawan untuk mewujudkan Indonesia yang damai, adil dan demokratis serta meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Kita mencatat, NTT adalah daerah bencana. Kasus terkini adalah bencana di Desa Skinu, Kabupaten Timor Tengah Selatan. Kita membutuhkan orang yang peduli terhadap lingkungan. Kita membutuhkan orang yang solider dengan penderitaan yang dialami saudara-saudara kita karena bencana.
NTT juga sedang dililit kanker korupsi yang sudah mencapai stadium terakhir. Kita membutuhkan orang-orang berani untuk memberantasnya. Seorang ilmuwan pun bisa menjadi pahlawan dalam bidangnya berkat penemuannya yang dapat menyejahterahkan rakyat NTT.
Setiap orang harus berjuang untuk menjadi pahlawan. Karena itu, hari pahlawan tidak hanya pada 10 November, tetapi berlangsung setiap hari dalam hidup kita. Setiap hari kita berjuang paling tidak menjadi pahlawan untuk diri kita sendiri dan keluarga. Artinya, kita menjadi warga yang baik dan meningkatkan prestasi dalam kehidupan masing-masing. Memang tidak mudah untuk menjadi pahlawan. Lebih mudah bagi kita menjadi pahlawan kesiangan.
Hari ini kita merayakan Hari Pahlawan untuk mengenang jasa para pejuang pada masa silam. Patut kita bertanya pada diri sendiri, apakah saya rela mengorbankan diri untuk mengembangkan diri dalam bidang kita masing-masing dan mencetak prestasi dengan cara yang adil, pantas dan wajar? Selamat Hari Pahlawan!
Pos Kupang - MASIH ingat Hari Pahlawan? Apakah kita segenap bangsa Indonesia masih menundukkan kepala sejenak guna mengenang jasa-jasa para pahlawan yang telah gugur di medan perjuangan? Makna apakah yang dapat kita tangkap dari Hari Pahlawan? Dapatkah kita mengaktualkan Hari Pahlawan yang dapat kita gunakan dalam kehidupan kita saat ini?
Sejumlah pertanyaan ini patut kita kedepankan sehubungan dengan Hari Pahlawan yang kita peringati hari ini, Rabu 10 November 2010. Dipilihnya tanggal 10 November sebagai Hari Pahlawan karena pada tanggal tersebut 65 tahun silam para pejuang kita bertempur mati-matian untuk melawan tentara Inggris di Surabaya. Mereka bersedia mengorbankan harta dan nyawanya untuk memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Para penjajah ternyata tidak rela membiarkan bangsa Indonesia mereguk kebebasannya. Mereka tetap ingin mengendalikan kehidupan kita yang telah mereka lakukan cukup lama di bumi pertiwi ini.
Saat itu, pejuang kita hanya mengandalkan bambu runcing. Namun, mereka tidak pernah gentar untuk melawan penjajah. Kita masih ingat tokoh yang terkenal pada saat perjuangan itu, yakni Bung Tomo yang mampu menyalakan semangat perjuangan rakyat lewat siaran-siarannya radionya. Selain itu, ada Ruslan Abdul Gani, seorang pelaku sejarah waktu itu.
Bangsa ini setiap tahun memperingati Hari Pahlawan. Termasuk kita yang ada di NTT juga merayakannnya. Namun terasa, mutu peringatan itu menurun dari tahun ke tahun. Kita sudah makin tidak menghayati makna Hari Pahlawan. Peringatan yang kita lakukan sekarang cenderung bersifat seremonial, yakni dengan melaksanakan upacara pengibaran bendera yang disertai mengheningkan cipta. Setelah itu selesai.
Memang kita tidak ikut mengorbankan nyawa seperti para pejuang di Surabaya pada waktu itu. Tugas kita saat ini adalah memberi makna baru kepahlawanan dan mengisi kemerdekaan sesuai dengan perkembangan zaman. Saat memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan, rakyat telah mengorbankan nyawanya. Kita wajib menundukkan kepala untuk mengenang jasa-jasa mereka. Karena itulah kita merayakan Hari Pahlawan setiap 10 November.
Akan tetapi kepahlawanan tidak hanya berhenti di sana. Dalam mengisi kemerdekaan pun kita dituntut untuk menjadi pahlawan. Bukankah arti pahlawan itu adalah orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran? Bukankah makna pahlawan itu adalah pejuang gagah berani? Bukankah makna kepahlawanan tak lain adalah perihal sifat pahlawan seperti keberanian, keperkasaan, kerelaan berkorban, dan kekesatriaan? Bukankah makna kepahlawanan sesungguhnya adalah sosok yang mau memikirkan orang banyak dengan kehendak yang kuat, bukan mengembangkan kepentingan sendiri?
Menghadapi situasi seperti sekarang, kita berharap muncul banyak pahlawan dalam segala bidang kehidupan. Dalam konteks ini kita dapat mengisi makna Hari Pahlawan yang kita peringati setiap tahun pada 10 November. Bangsa ini, termasuk NTT, sedang membutuhkan banyak pahlawan untuk mewujudkan Indonesia yang damai, adil dan demokratis serta meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Kita mencatat, NTT adalah daerah bencana. Kasus terkini adalah bencana di Desa Skinu, Kabupaten Timor Tengah Selatan. Kita membutuhkan orang yang peduli terhadap lingkungan. Kita membutuhkan orang yang solider dengan penderitaan yang dialami saudara-saudara kita karena bencana.
NTT juga sedang dililit kanker korupsi yang sudah mencapai stadium terakhir. Kita membutuhkan orang-orang berani untuk memberantasnya. Seorang ilmuwan pun bisa menjadi pahlawan dalam bidangnya berkat penemuannya yang dapat menyejahterahkan rakyat NTT.
Setiap orang harus berjuang untuk menjadi pahlawan. Karena itu, hari pahlawan tidak hanya pada 10 November, tetapi berlangsung setiap hari dalam hidup kita. Setiap hari kita berjuang paling tidak menjadi pahlawan untuk diri kita sendiri dan keluarga. Artinya, kita menjadi warga yang baik dan meningkatkan prestasi dalam kehidupan masing-masing. Memang tidak mudah untuk menjadi pahlawan. Lebih mudah bagi kita menjadi pahlawan kesiangan.
Hari ini kita merayakan Hari Pahlawan untuk mengenang jasa para pejuang pada masa silam. Patut kita bertanya pada diri sendiri, apakah saya rela mengorbankan diri untuk mengembangkan diri dalam bidang kita masing-masing dan mencetak prestasi dengan cara yang adil, pantas dan wajar? Selamat Hari Pahlawan!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar