Rabu, 10 Nopember 2010
JAKARTA (Suara Karya): TNI Angkatan Udara (AU) bersama Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta, melakukan pemantauan langsung dan obeservasi melalui udara terhadap aktivitas letusan Gunung Merapi di Sleman, Jawa Tengah."Oservasi udara dilakukan untuk melihat secara langsung kondisi Gunung Merapi sehingga pertumbuhan kubah dapat dipantau," ujar petugas BPPTK Anton Sulistio dalam siaran pers Mabes TNI AU yang diterima Suara Karya di Jakarta, Selasa (9/11).
Anton mengatakan, letusan gunung merapi yang terjadi pada 5 November lalu telah menghancurkan kubah merapi. Pasalnya, kubahan yang terakhir itu merupakan bentukan erupsi Merapi yang terjadi pada tahun sama, 2010. "Ada pergerakan dan perubahan sebelum terjadi le-tusan. Kubah baru bentukan erupsi Merapi 2010 sudah mulai terbentuk menggantikan kubah lava bentukan tahun 2006," ujarnya.
Pesawat Colibri milik TNI AU melakukan observasi udara dengan membawa Anton Sulistio dan Heru Suparwaka, dua petugas dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta. Pesawat terbang dengan ketinggian antara 8.000-9.000 feet.
Secara terpisah, pesawat angkut Hercules C-130 milik TNI AU dari Skadron 32 Lanud Abdurrahman Saleh Malang, terus diberdayakan mengangkut para sukarelawan dan logistik untuk membantu para korban Gunung Merapi.
"Para sukarelawan ini akan membantu pengungsi korban bencana alam meletusnya Gunung Merapi di berbagai tempat pengungsian," ujar Asisten III bidang Kesra Pemprov Sulawesi Selatan, Yaksan Hamzah usai memimpin Tim Peduli Bencana Sulawesi Selatan untuk Bencana Gungung Merapi. Ke-58 relawan ini mendarat di Lanud Adisutjipto, Yogjakarta.
Selain mengemban misi kemanusiaan ke Yogyakarta, tim juga membawa bantuan dari Pemerintah Sulawesi Selatan. Bantuan terdiri dari obat-obatan, 10 ton beras, 102 tenda Terpal, 1000 lembar masker, 1000 paket makanan siap saji, 1000 rak telur asin dan uang tunai sebesar 50 juta rupiah. Sejumlah bantuan tersebut diangkut pesawat Hercules C 130 milik TNI AU. Dapur Kopaskhas
Sementara itu, dapur umum Pasukan Khas (Paskhas) TNI Angkatan Udara di lokasi pengungsian Jogja Expo Center (JEC) menjadi urat nadi kehidupan bagi para pengungsi.
General Manager JEC Agung Tristanto mengatakan, petugas di dapur umum Paskhasau yang bantu para sukarelawan, setiap kali masuk waktu makan, harus menyediakan lebih kurang 4.500 nasi bungkus untuk para pengungsi.
Ribuan nasi bungkus itu disalurkan untuk para pengungsi yang tersebar di berbagai lokasi penampungan, seperti di JEC sendiri, UPN maupun di posko-posko di sekitar.
Khozen salah satu sukarelawan dari Tagana menambahkan selain menjamin ketersediaan makan, keberadaan petugas kesehatan Paskashau di Posko Kesehatan JEC juga sangat membantu dalam memantau kesehatan para pengungsi. (Feber Sianturi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar