Senin, 22 Februari 2010

Latihan Gabungan RI-MalaysiaLibatkan Pasukan Khusus

Senin, 22 Februari 2010
JAKARTA (Suara Karya): Latihan gabungan bersama (latgabma) militer Indonesia dengan militer Malaysia di perairan Selat Malaka, hanya menyertakan pasukan khusus dari masing-masing negara. TNI Angkatan Laut menyertakan Korps Marinir Detasemen Jala Mengkara (Denjaka).

Hal itu dikemukakan Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Agus Suhartono usai penganugerahan dirinya sebagai warga kehormatan Puspomal, di Markas Pupom TNI AL, Jakarta, akhir pekan lalu. "Rencana latihan gabungan ini merupakan yang kedua. Latgabma pertama pernah dilaksanakan dan berhasil," ujarnya. Untuk kali ini, tutur dia, latihannya lebih khusus karena melibatkan masing-masing pasukhan khusus dari kedua negara. "Kalau dari kita (TNI AL), tentunya akan melibatkan Marinir Denjaka, sedangkan dari TNI AD melibatkan Kpoassus da Kostrad. Sedangkan, dari TNI AU Kopaskhas," ujar KSAL.

Pemberian Baret Biru sebagai warna Puspom TNI AL kepada Agus, disematkan langsung oleh Komandan Puspom TNI AL Laksma TNI Kingkin Suroso. Tampak hadir, yakni Wakil KSAL Laksamana Madya TNI Soeprano dan Komandan Korps Marinir Mayjen TNI (Mar) Mohamad Alfan Baharudin serta tiga mantan KSAL Laksamana Purn Bernard Kent Sondakh, Laksamana Purn Slamet Soebijanto dan Laksamana Pur Sumarjono. Penyematan warga kehormatan Puspom TNI AL, juga ditandai penanaman 13 pohon beringin di Mako Puspom TNI AL dalam rangka mendukung gerakan menanam sejuta pohon.

Agus mengakui, latihan bersama Indonesia dan Malaysia belum membahas lebih mendalam tentang pengerahan pasukan dan penggunaan alat utama sistem senjata ataupun faktor pendukung lainnya. Artinya, latgabma belum dituangkan dalam bentuk konsep legalitas yang disepakati kedua negara sebagai bagian kerja sama militer. Namun begitu, ia mengatakan, antarpemerintah dan petinggi militer kedua negara telah melakukan pertemuan dan ada kesepahaman pemikiran. Latgabma yang bernama Darsasa-07 itu dilaksanakan di Selat Malaka mulai 25 Maret 2010 hingga 10 April 2010.

TNI AL, tutur Agus, belum mendapat pemberitahuan, seberapa banyak jumlah personel maupun kelengkapan yang akan dikerahkan untuk mendukung dan menyukseskan latgabma itu. "Kita tinggal menunggu dari Kementerian Pertahanan dan Mabes TNI, tentang kesepakatan latgabma," ujarnya.

Prioritas
KSAL mengatakan, perairan Selat Malaka masih menjadi perhatian khusus TNI AL. Perairan ini dinilai memiliki kerawanan yang sangat tinggi dibanding perairan lain di Indonesia.

"Sampai sekarang, kita tetap intensifkan pengamanan di wilayah perairan itu (Selat Malaka). Tapi, bukan berarti wilayah perairan lain tidak kita intensifkan pengamanannya. Semua tetap diperhatikan sesuai dengan analisa dan eskalasi," ujarnya. Salah satu contoh kasus yang baru terjadi, adalah penyeludupan manusia yang baru-baru ini berhasil digagalkan TNI AL di perairan Tanjung Balai Karimun.

"AL harus tetap konsentrasi dan melakukan patroli untuk mengawasi wilayah perairan di kawasan Selat Malaka," ujarnya. Selain di perairan laut, KSAL mengingatkan, ancaman pertahanan negara RI wilayah Barat ada pada perbatasan. Sampai sekarang ini masih terjadi sengketa perbatasan dengan negara tetangga, seperti Malaysia India, Filipina, Vietnam, Timor Leste dan Singapura.

Sementara itu, Korps Marinir TNI Angkatan Laut menyiapkan pusat latihan dan pembentukan naluri tempur Bhumi Marinir Karangpilang, Surabaya. Peresmiannya di Surabaya, Sabtu (20/2), ditandai dengan pembukaan selubung Pusat Latihan Naluri Tempur Korps Marinir oleh Komandan Korps Marinir Mayjen TNI (Mar) Mohamad Alfan Baharudin dengan diiringi suara dentuman meriam Howitzer 105 mm. (Feber Sianturi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog