Penulis : Dinny Mutiah
JAKARTA--MI: Malaysia sudah mengungkapkan ketertarikannya pada produk panser buatan PT Pindad. Namun, hal itu tak serta merta ditindaklanjuti dengan penandatanganan kontrak atas panser yang juga akan digunakan pasukan perdamaian di Lebanon. Pasalnya, Malaysia masih harus diyakinkan dengan panser contoh.
Sayangnya, pembuatan panser contoh itu tak berjalan mulus karena produsen komponen mesin lepas tangan. "Kita harus mengembangkan mesin baru yang menggunakan teknologi canggih. Kita belum menguasai teknologinya. Dulu dibantu Prancis (Renault), sekarang mereka tak mau bantu," kata Dirut PT Pindad Adik Avianto Sudarsono kepada Media Indonesia di Jakarta, Jumat (26/2).
Ia mengatakan bahwa teknologi yang diadopsi dari Prancis tersebut sebenarnya membutuhkan waktu setahun untuk dikuasai. Waktu normal tersebut dikompres menjadi tiga bulan saja untuk memenuhi permintaan Malaysia pada April 2010. "Mereka ingin lihat jadinya. Satu buah panser saja," tukasnya.
Kebutuhan Malaysia atas panser sudah diketahui, yakni sebanyak 28 buah panser. Tak berarti kontrak yang nantinya akan ditandatangani sejumlah itu karena Malaysia juga mencari alternatif tempat lain. Jika PT Pindad sudah siap produksi, Malaysia akan memesan sesuai jumlah yang belum dipesan di tempat lain. Pindad juga masih harus menyelesaikan pesanan TNI sejumlah 61 unit panser pada tahun 2010 dengan nilai kontrak Rp. 473 miliar. Pemenuhan pesanan akan dilakukan dalam dua tahap, yakni pada Juli dan September 2010. (DM/OL-7)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar