Minggu, 14 Maret 2010 00:01 WIB Peristiwa Politik/Hankam Dibaca 333 kali
Jakarta (ANTARA News) - Wakil Ketua Umum DPP Partai Golkar yang juga Mantan Ketua Komisi I DPR RI, Theo L Sambuaga, menilai sangat tidak beralasan jika Amerika Serikat terus mengkritik Kopassus sehingga tidak diiikutkan dalam berbagai perjanjian militer dengan Republik Indonesia.
Jakarta (ANTARA News) - Wakil Ketua Umum DPP Partai Golkar yang juga Mantan Ketua Komisi I DPR RI, Theo L Sambuaga, menilai sangat tidak beralasan jika Amerika Serikat terus mengkritik Kopassus sehingga tidak diiikutkan dalam berbagai perjanjian militer dengan Republik Indonesia.
"Kita harus tegas, bahwa dalam peningkatan kerjasama di bidang pertahanan, yakni berbentuk `militairy to militairy`, misalnya melalui `international militairy educational training` (IMET), maka masih dengan konsep tidak mengikutkan Kopassus, itu tidaklah `fair`," ujarnya kepada ANTARA di Jakarta, Sabtu malam, sehubungan dengan kedatangan Presiden Amerika Serikat Barack Obama ke Indonesia.
Theo Sambuaga meminta AS mengikutsertakan perwira-perwira TNI dari Kopassus dalam IMET."Selama ini memang AS belum mau memasukkan Kopassus dengan alasan tekanan dari Kongres AS yang selalu mengaitkan Kopassus dengan kejadian-kejadian di masa lalu, seperti masalah HAM di Timor Timur dan lain-lain," katanya. Theo Sambuaga menilai, itu sudah tidak beralasan karena siapapun yang melanggar hukum dan HAM sudah menjalani proses pengadilan secara terbuka.
"Kita perlu tegaskan, janganlah menghukum institusinya. Ini tidak benar," tegasnya seraya meminta AS tidak menghukum intitusi Kopassus. Theo meminta Indonesia berjuang agar AS meningkatkan kerjasama pertahanan dalam bentuk antarmiliter yang terbukti banyak manfaatnya bagi RI khususnya profesionalisme TNI.
"Peningkatan kerjasama antarmiliter itu, terutama yang paling menonjol berupa IMET ini, peningkatan itu harus dilakukan baik dalam hal frekuensi maupun jatah pengiriman perwira menengah TNI untuk belajar di AS," ujarnya. Hal lain yang diperjuangkan adalah pengadaan alat utama sistem persenjataan (Alutsista).
"Dalam hal ini AS perlu membuka diri dengan memberikan kerjsama Alutsista strategis yang memang belum dapat diproduksi di dalam negeri kita, seperti misalnya radar, pesawat angkut jenis `Hercules`, pesawat tempur jenis F terbaru (termasuk F25), dan kapal-kapal patroli maupun kapal pemburu cepat," ungkapnya. Ini semua, menurutnya, harus bisa dilaksanakan dengan skema keuangan lebih ringan dibandingkan yang ditawarkan oleh negara-negara eropah, termsuk Rusia, Polandia, atau pun RRC serta Korsel. Theo mengakui kualitas alutsista AS lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar