TEMPO Interaktif, Samarinda - Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur akan membangun bandara baru, pengganti bandara Mlalan di Kabupaten Kutai Barat. Bandara ini akan dibangun dengan spesifikasi lebih besar agar pesawat TNI bisa mendarat di salah satu daerah perbatasan RI-Malaysia ini.
Gubernur Kalimantan Timur, Awang faroek Ishak mengatakan, saat ini pemerintah daerah telah menawarkan tiga alternatif lokasi pembangunannya di Kabupaten Kutai Barat. Awang mengaku segera akan meninjau ketiga lokasi tersebut untuk ditentukan pembangunannya nanti.
"Setidaknya pesawat tempur TNI AU bisa mendarat di sana," kata Awang Faroek, Rabu (3/11). Menurutnya, panjang landasan pacu yang akan dibangun nantinya adalah 2000 meter. Tapi panjang lahan yang disiapkan mencapai 3000 meter. Ia mengungkapkan, pembangunan Bandara Mlalan yang saat ini digunakan penerbangan perintis sudah tidak bisa lagi ditingkatkan. Pasalnya lokasi bandara berada di tengah pemukiman warga. "Yang pasti, bandara baru harus di luar kota," katanya.
Pembangunan bandara ini menurutnya memiliki dua aspek strategis. Selain untuk kepentingan penerbangan umum, TNI juga bisa memanfaatkan untuk pertahanan negara, khususnya di perbatasan RI-Malaysia.
Awang mengungkapkan rencana pembangunan bandara ini telah mendapatkan persetujuan dari Departemen Pertahanan dan Keamanan, serta Badan Perencanaan Nasional. Menyangkut pendanaan, kata Awang, berasal dari APBN, anggaran provinsi dan anggaran kabupaten. "Ini untuk kepentingan negara juga," ujarnya.
Ia mencontohkan bisa saja anggaran daerah dipergunakan untuk pembebasan lahan. Sedangkan APBN untuk pembangunan bandara. Provinsi Kalimantan Timur memiliki garis perbatasan negara RI_- Malaysia sepanjang 1.038 kilometer. Garis perbatasan ini membentang mulai dari Kabupaten Nunukan, Malinau dan Kutai Barat.
Gubernur Kalimantan Timur, Awang faroek Ishak mengatakan, saat ini pemerintah daerah telah menawarkan tiga alternatif lokasi pembangunannya di Kabupaten Kutai Barat. Awang mengaku segera akan meninjau ketiga lokasi tersebut untuk ditentukan pembangunannya nanti.
"Setidaknya pesawat tempur TNI AU bisa mendarat di sana," kata Awang Faroek, Rabu (3/11). Menurutnya, panjang landasan pacu yang akan dibangun nantinya adalah 2000 meter. Tapi panjang lahan yang disiapkan mencapai 3000 meter. Ia mengungkapkan, pembangunan Bandara Mlalan yang saat ini digunakan penerbangan perintis sudah tidak bisa lagi ditingkatkan. Pasalnya lokasi bandara berada di tengah pemukiman warga. "Yang pasti, bandara baru harus di luar kota," katanya.
Pembangunan bandara ini menurutnya memiliki dua aspek strategis. Selain untuk kepentingan penerbangan umum, TNI juga bisa memanfaatkan untuk pertahanan negara, khususnya di perbatasan RI-Malaysia.
Awang mengungkapkan rencana pembangunan bandara ini telah mendapatkan persetujuan dari Departemen Pertahanan dan Keamanan, serta Badan Perencanaan Nasional. Menyangkut pendanaan, kata Awang, berasal dari APBN, anggaran provinsi dan anggaran kabupaten. "Ini untuk kepentingan negara juga," ujarnya.
Ia mencontohkan bisa saja anggaran daerah dipergunakan untuk pembebasan lahan. Sedangkan APBN untuk pembangunan bandara. Provinsi Kalimantan Timur memiliki garis perbatasan negara RI_- Malaysia sepanjang 1.038 kilometer. Garis perbatasan ini membentang mulai dari Kabupaten Nunukan, Malinau dan Kutai Barat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar