Senin, 1 Maret 2010 - 15:59 WIB
YOGYAKARTA (Pos Kota) – Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad), Jenderal TNI George Toisutta, mengatakan mengenal dan mempelajari sejarah, bukan saja mengetahui tentang fakta-fakta faktual di masa lampau saja, tetapi juga memiliki tujuan untuk membangkitkan kesadaran sejarah (historical sense) dan membuka pemikiran dalam konteks historis, yaitu retrospeksi masa lampau, realisasi masa kini dan proyeksi masa depan atau disebut Tridimensional.
YOGYAKARTA (Pos Kota) – Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad), Jenderal TNI George Toisutta, mengatakan mengenal dan mempelajari sejarah, bukan saja mengetahui tentang fakta-fakta faktual di masa lampau saja, tetapi juga memiliki tujuan untuk membangkitkan kesadaran sejarah (historical sense) dan membuka pemikiran dalam konteks historis, yaitu retrospeksi masa lampau, realisasi masa kini dan proyeksi masa depan atau disebut Tridimensional.
Hal ini dikatakan Kasad Ketika membuka sekaligus sebagai Keynot Speech Seminar Sejarah Tahun 2010, yang dibacakan Wakasad Letjen TNI Johanes Suryo Prabowo di Aula Museum Jogja Kembali (Monjali) Jogyakarta, (1/3). Seminar sehari yang diselenggarakan oleh Dinas Sejarah Angkatan Darat ini bertemakan “Dengan Seminar Sejarah, Disjarah Siap Mengedepankan Obyektifitas dalam penulisan Sejarah Serangan Umum 1 Maret 1949”. Mengangkat topik: “Menguak tabir Kebenaran Enam Jam di Yogyakarta dalam Peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949”.
Kasad mengatakan, sejarah sebagai kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau. Dari masa lampau, dapat mempelajari apa saja yang mempengaruhi kemajuan dan kejatuhan sebuah Negara atau sebuah peradaban. Semua dapat mempelajari latar belakang alasan berbagai macam kegiatan dan sudut pandang budaya, serta teknologi yang bermacam-macam sepanjang zaman.
Kasad mencuplik sejarahwan Amoid Toynbee, mempelajari sejarah adalah membuat sejarah. “To study hiostory is to build history”. Masa lalu mendasari keadaan masa kini, masa kini proyeksi masa depan. Dengan demikian masa lalu senantiasa jadi bahan perdebatan menyangkut pilihan, penilaian dan keputusan, ketiganya saling bersangkut paut. Nuansa seperti itu, menurut Kasad amatlah relevan bila dihubungkan dengan seksama bahwa sejarah merupakan guru yang paling bijaksana.
“Bila dikaitkan dengan perjalanan sejarah bangsa Indonesia, sejalan dengan himbauan founding fathers negeri ini yang mengingatkan kepada kita untuk “Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah”, karena bila kita sudah tidak mengenal sejarah bangsa sendiri, maka akan terputus mata rantai sejarah itu dan pada akhirnya kita akan kehilangan jati diri sebagai bangsa “, kata Jenderal TNI George Toisutta. Berangkat dari gambaran ini, maka pendidikan sejarah menjadi sangat urgen dalam ke rangka pembangunan karakter bangsa, dan harus ditempatkan sebagai disiplin ilmu yang sangat penting demi pembangunan anak bangsa, tambah Kasad. (dispenad/syamsir)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar