POS KUPANG/JULIANUS AKOIT
Dua anggota TNI Detasemen Perhubungan (Denhub) Kodam IX/Udayana yang bertugas di perbatasan RI dan RDTL dimintai warga Desa Faenake memperbaiki jaringan listrik bantuan PNPM di desa itu, Kamis (25/2/2010)
Dua anggota TNI Detasemen Perhubungan (Denhub) Kodam IX/Udayana yang bertugas di perbatasan RI dan RDTL dimintai warga Desa Faenake memperbaiki jaringan listrik bantuan PNPM di desa itu, Kamis (25/2/2010)
Senin, 1 Maret 2010 21:10 WITA
KEFAMENANU, POS KUPANG. com -- Program listrik desa di Desa Faenake, Kecamatan Bikomi Nilulat, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM-MP) senilai Rp 82.596.250,00 tahun 2009 lalu, mubazir. Listrik hanya menyala satu minggu pada awal Januari 2009. Setelah itu padam dan tidak berfungsi lagi hingga Februari 2010 ini. Program ini diduga diwarnai pungutan liar (pungli) oleh pengurus Tim Pengelola Kegiatan (TPK) di Desa Faenake. Pasalnya, warga setempat dibebani pungutan Rp 100.000,00 tiap kepala keluarga (KK) untuk pengadaan dua bola lampu listrik. Padahal harga dua bola lampu 10 watt tidak sampai Rp 100 ribu. Total dana pungli yang terkumpul Rp 12.700.000,00.
Keluhan ini disampaikan Edy Kolo, Frans Kolo, Yasintus Lake, Jakobus Kolo, Agustinus Kono, Michael Nule, Ny. Katarina Fallo, dan Petrus Ely Kefi, Ketua BPD Desa Faenake. "Dalam rapat di kantor desa bersama pengurus PNPM dan aparat pemerintah desa, warga sepakat dana PNPM dipakai untuk pengadaan genzet listrik. Warga membuat proposal dana sebesar Rp 142 juta," jelas Petrus Ely Kefi, Ketua BPD Desa Faenake, di Kantor Desa Faenake, Kamis (25/2/2010) siang. Proposal itu, jelas Kefi, diajukan sejak awal tahun 2008. Pada bulan Agustus 2008, proposal disetujui PNPM-MP. "Lalu disepakati pengadaan genzet diadakan pihak ketiga melalui mekanisme pelelangan/tender. Dan tender dimenangkan CV Volta yang berdomisili di Kupang, ibukota Provinsi NTT," jelas Kefi, dibenarkan beberapa warga setempat. Kefi mengaku tidak tahu berapa harga satu genzet berkekuatan 10 KVA yang diadakan CV Volta, termasuk pembuatan rumah genzet dan pengadaan material listrik untuk pemasangan jaringan dan instalasi ke rumah warga. "Semuanya kontraktor yang kerja. Warga cuma terima barang," ujarnya.
Dia mengatakan, jaringan listrik hanya mampu menjangkau warga dua dusun dari tiga dusun di Desa Faenake. "Sekitar 98 KK belum terlayani jaringan listrik PNPM. Atau ada 127 KK yang rumahnya sudah dipasang jaringan dan instalasi listrik PNPM itu," paparnya. Hal serupa diungkapkan Yasintus Lake, warga lainnya. "Untuk apa pasang jaringan listrik di rumah saya cuma jadi hiasan. Saat malam desa ini tetap gelap-gulita," kata Lake kecewa. Lake mempersoalkan pungutan Rp 100.000,00/KK oleh pengurus UPK dengan alasan untuk pembelian 2 bola lampu. "Setahu saya, harga satu bola lampu listrik tidak sampai Rp 10 ribu. Lalu sisa Rp 90 ribu dikemanakan? Saya tidak menuduh, tapi menduga ada pungli," jelas Lake dibenarkan Ny. Katarina Falo dan Edy Kolo. "Bahkan ada warga memberi ayam jantan 1 ekor kepada pengurus TPK karena tidak punya duit Rp 100 ribu," timpal Edy Kolo
Ketua TPK, Ny. Anastasia Abi, yang dikonfirmasi soal mubazirnya listrik bantuan PNPM-MP membenarkan adanya kasus itu. "Listrik ini sudah bermasalah satu tahun. Cuma nyala satu minggu kemudian tidak nyala sampai sekarang," jelas Ny. Abi. Ia mengaku tidak paham mengapa listrik bantuan PNPM-MP tidak beroperasi selama satu tahun. Tentang pungutan Rp 100 ribu, Ny. Abi membenarkan adanya pungutan itu untuk membeli dua bola lampu. Tapi ia tidak menjelaskan apakah harga dua bola lampu Rp 100 ribu. "Pungutan sudah disepakati dalam rapat bersama warga di Kantor Desa Faenake," tandasnya. Selain pungutan Rp 100 ribu/KK untuk beli dua lampu, dalam rapat bersama disepakati warga harus menyetor ke TPK sebesar Rp 20.000/KK/bulan sebagai dana operasional. (ade)
Minta Bantuan TNI
KEPALA Desa (Kades) Faenake, Hironimus Suni (46), menyatakan kekecewaannya atas mubazirnya listrik bantuan PNPM-MP. "Kalau dibilang kecewa, saya orang yang paling kecewa," katanya, ketika ditemui di Kantor Desa Faenake. Ia membenarkan listrik bantuan PNPM-MP mubazir karena satu tahun tidak nyala kendati sempat nyala selama satu minggu, namun tidak beroperasi selama satu tahun. "Cuma nyala awal bulan Januari 2009 selama satu minggu. Setelah itu padam hingga sekarang," ungkapnya.
Suni mengaku tidak paham soal pelistrikan dan perakitan jaringan dan instalasi listrik. "Kebetulan ada anggota TNI yang tugas di perbatasan RI - Republic Demokratic Timor Leste (RDTL) yang mengerti soal listrik Kami minta bantuan mereka untuk memperbaikinya. Dan mereka ternyata sanggup memperbaikinya. Sekarang mereka sedang bekerja memperbaikinya," jelas Suni. "Teknisi PNPM-MP maupun suplier-nya tidak bekerja maksimal dan kurang paham pemasangan jaringan listrik. Misalnya, pemasangan dudukan mesin genzet tidak ditanam pada lantai tapi dibiarkan. Genzet bergetar hebat dan tali kipas longgar akibat getaran. Ini mempengaruhi putaran tali kipas yang berdampak pada putaran rpm dan daya listrik menjadi rendah," kata Praka Bayu S.L, dan Serka M. Iskandar, prajurit Detasemen Perhubungan (Denhub) Kodam IX Udayana, ketika ditemui saat sedang membantu warga memperbaiki jaringan listrik PNPM - MP di Desa Faenake, Kamis lalu.
Ia juga menjelaskan, teknisi keliru merakit jaringan genzet menuju box panel dan ke box handel serta menuju MCB-nya. Dikatakannya, ada satu unit MCB ukuran 45 Ampere yang terbakar akibat salah perakitan. "Semoga setelah diperbaiki listrik bisa berfungsi kembali," jelas Praka Bayu. Konsultan Manajemen PNPM Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Ny. Adolfince Nubatonis, dikonfirmasi melalui telepon genggamnya, mengaku sangat terkejut. "Selama ini Fasilitator Kecamatan (FK) tidak melaporkan soal itu kepada saya. Nanti datang bertemu saya di kantor hari Senin depan. Soalnya FK tidak bisa dihubungi dan dimintai pertanggungjawaban karena sedang pulang kampung. Hari ini masih libur," jelas Nubatonis. (julianus akoit)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar