Kamis, 18 Maret 2010

Lobi Danjen Kopassus Dinilai Produktif

Pertemuan Danjen Kopassus dengan AS telah berhasil membuka sekat antara Kopassus dan AS yang hubungannya sempat memburuk karena Kopassus dinilai melanggar HAM sehingga AS mengembargo sumbangan senjata.
JAKARTA, NusaBali
Kunjungan Komandan Jenderal (Danjen) Komandan Pasukan Khusus (Kopassus) Mayjen Lodewijk F Paulus ke Amerika Serikat dinilai menghasilkan respons baik yang produktif dalam memajukan hubungan militer antara Indonesia dan AS. Hal itu disampaikan Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Syamsuddin seusai menghadiri perayaan ulang tahun pertama Universitas Pertahanan di Kementerian Pertahanan, Jakarta, Rabu (17/3).

"Mereka (AS) menyampaikan, kunjungan kemarin produktif. lni akan menimbulkan langkah maju dalam hubungan mil to mil (militer to militer) di dalamnya ada Kopassus," katanya.

Sjafrie juga mengatakan, pertemuan tim Kementerian Pertahanan, Kementerian Luar Negeri, dan Danjen Kopassus dengan AS telah berhasil membuka sekat di antara Kopassus dan AS yang hubungannya sempat memburuk karena Kopassus dinilai melanggar HAM sehingga AS mengembargo sumbangan senjata.

''Terbuka gap-gap yang se1ama ini tersekat dari pihak Amerika:, selama ini ada info yang enggak pas karena kita membuka langsung saat pertemuan," ujarnya. Ditambahkan oleh Sjafrie, saat ini AS te1ah mengakui reformasi internal dalam tubuh TNI dan perubahan TNI pasca reformasi.

Ganjalan yang dihadapi Indonesia dalam kerjasama militer dengan Amerika adalah dihentikannya program latgab (Iatihan gabungan) antara Kopassus dengan militer Paman Sam. Amerika mengembargo Kopassus sejak tahun 1997 setelah Amerika menilai pasukan elite TN! AD ini banyak melakukan pelanggaran HAM.

Pelatihan terhadap Kopassus dihentikan sejak tahun 1997 karena sejumlah pelanggaran HAM yang mereka lakukan pada masa pemerintahan Presiden Soeharto. Pada tahun yang sama, Senat Amerika Serikatjuga mengesahkan undang-undang disebut Leahy Law yang melarang negara itu melatih militer asing yang memiliki sejarah pelanggaran HAM. Kecuali mereka yang bertanggung jawab dalam kasus pelanggaran tersebut diproses secara hukum.

Namun, pada masa pemerintahan Barack Obama, ada upaya Amerika Serikat untuk melatih kembali Kopassus. Mereka menyiasati larangan itu salah satunya dengan melatih prajurit-prajurit muda yang tak memiliki sejarah pelanggaran HAM.

Negosiasi antar kedua negara kian intensif jelang kunjungan Obama ke Indoneia akhir Maret nanti. Sebelum Obama tiba, Indonesia telah mengutus sejumlah delegasi termasuk Danjen Kopassus Mayjen TNI Lodewijk Paulus. Harian The Washington Post, 3 Maret 2010 melaporkan, kerjasama itu diharapkan diumumkan Obama seiring kunjungannya ke Indonesia.

Upaya normalisasi hubungan terus dilakukan. Beberapa waktu lalu, Danjen Kopassus Mayjen Lodewijk F Paulus mengunjungi AS guna mengklarifikasi sejumlah persoalan di antara kedua belah pihak. "Saya memang kemarin selarna 10 hari berada di AS dalarn rangka normalisasi hubungan dengan US Special Forces," kata Lodewijk seusai upacara serah terima jabatan sejumlah Komandan Satuan di Makopassus, Cijantung, Senin (15/3).
Ia mengatakan, kedatangannya ke AS secara khusus juga menjelaskan dan mengklarifikasi sejumlah reformasi internal di jajaran Kopassus. Hubungan di antara kedua pihak memang sempat mengalami fase buruk. Kasus dugaan pelanggaran HAM oleh Kopassus disebut menjadi alasan blacklist yang dilakukan oleh militer AS.
Embargo persenjataan dan ketiadaan keIja sarna militer dilakukan AS kepada Kopassus. Meski demikian, Lodewijk mengatakan, penjelasannya kepada rniliter AS itu dilakukan bukan semata ulltuk meminta agar hubung an kedua belah pihak dibuka kembali. "Hasil itu pada level yang lebih tinggi masih diproses. Kita tunggu saja," katanya.

Menurot Lodewijk, Kopassus merupakan pasukan elite Indonesia yang tidak bergantung pada militer negara lain mana pun. Tanpa AS, kata dia, Kopassus juga masih rnenjalin kerja sarna dengan militer sejumlah negara sahabat lainnya."Saya kan ke sana hanya jelaskan masalah normalisasi. Partner kita masih ada yang lain, Singapura, . Thailand, Australia, Korea, dan China," tuntasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog