Jumat, 05 Maret 2010

Tak Ada Sejarah Yang Final

Kamis, 4 Mar 2010 13:45:53
Bernas.co.id. WAKIL KSAD Letjend TNI J Suryo Prabowo menjelaskan penyusunan sejarah memang masih menyisakan kontroversi dan perdebatan, karena menulis sejarah memang tidak akan pernah selesai. Namun penyusunan sejarah yang hanya untuk penciptaan pahlawan tersebut sifatnya hanya story bukan menjadi history. "Catatan sejarah biasanya memuat tokoh tertentu sehingga pembaca tertarik," kata Suryo Prabowo usai menghadiri seminar sejarah sejarah di Monumen Jogja Kembali belum lama ini.

Katanya, penulisan sejarah selama ini terlalu subjektif dan terlalu dibesar-besarkan. Sedangkan korban jiwa dalam peristiwa sejarah hanya dipakai atau dihitung sebagai angka kuantitatif saja. Maka ia sangat berharap dengan adanya seminar dari Dinas Sejarah Angkatan Darat yang bertema mengedepankan obyektivitas dalam menulis sejarah akan memberikan masukan positif. Ia juga menandaskan agar penyusunan sejarah tidak hanya dipakai sebagai afirmasi, tapi bisa dipakai untuk our story, yang dapat ditingkatkan menjadi sejarah yang sebenar-benarnya.

Dalam penyusunan sejarah hendaknya ada pemahaman sejarah terlebih dahulu, apa yang terjadi kala itu, bagaimana peristiwanya. Sebagai contoh misalnya, seperti ada catatan pengambilan keputusan, ada catatan komitmen kedua belah pihak. Dngan demikian kaum muda bisa mempelajari sejarah, bisa memetik himah mengambil segi positif dan tidak mengulangi atau meniru yang negatif.

"Dalam penyusunan sejarah saya harap tidak hanya menggunakan kebenaran politik saja, tapi juga perlu memperhatikan aspek-aspek lainnya seperti sosial, hukum, ekonomi budaya dan lain sebagainya. Karena sejarah memang mencakup banyak aspek dan konteksnya sangat luas. Seperti peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949 misalnya, merupakan sejarah, yang benar-benar terjadi dan merupakan gebrakan utama untuk meweujudkan new nation" katanya.

"Serangan Umum 1 Maret ini menurut saya tidak hanya pertempuran, tapi peperangan yang sangat menarik karena tidak hanya mengandalkan hard power tapi juga soft power. Hard power adalah dengan peperangan terbuka atau pengerahan segenap elemen pertahanan, sedangkan penggunaan soft power seperti front diplomatik dan penggabungan keduanya disebut smart power.

Kita jadikan ini our story, jangan sekedar story. Keberhasilan tersebut bukan hanya milik TNI tapi seluruh komponen bangsa. Semoga menjadi sejarah yang benar, benar, benar," cetusnya. Suryo juga berharap para pemuda senang sejarah. Seajarah itu hendaknya bisa masuk kurikulum seperti di luar negeri. Di Amerika, Inggris bisa besar karena di sanan ada lesson learn yang dipelajari, ada stuctur story yang harus dikembangkan ada case study yang harus digali. "Kalu bangsa ini sudah melupakan sejarah dan tidak mau menggali ya sudah selesai. Dalam penulisan sejarah tidak pernah ada kata selesai sebab, tidak ada sejarah yang final, tidak ada kebenaran yang benar, benar, benar" tandasnya.

"Sejarah bukan hanya untuk mencari siapa yang berjasa semua bangsa ini berjasa, saya nggak bisa hebat kalau nggak punya prajurit, nggak ada kalian. Ngapain juga sih kita ribut nyari siapa pahlawan. Kita bicara sejarah ya, bukan distory, kalau distrory its not my story (katanya). Sekarang dengan begini seminar history, history, history kita himpun menjadi menjadi our story," pungkasnya. (c18)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog