Jawa Post - Korban Baku Tembak dengan Teroris di Aceh
BANDA ACEH -Operasi penyergapan Densus 88 Mabes Polri dan personel Brimob terhadap markas teroris di pegunungan kawasan Kemukiman Lamkabeu Seulimum, Aceh Besar, Kamis malam (4/3), ternyata membawa korban lebih banyak. Korban tewas bukan hanya seorang personel Densus 88, tetapi juga dua anggota Bnmob. Dua anggota teroris juga tewas dalam baku tembak itu. Tim gabungan antiteror Mabes Polri kemarin (6/3) mengevakuasi lima jenazah yang tewas itu. Saat seluruh korban diboyong ke RS Bhayangkara, Banda Aceh, wartawan tidak diizinkan mendekat atau meliput. Sumber Metro Aceh (Jawa Pos Group) di kepolisian mengungkapkan, korban tewas di pihak Polri adalah Bripda Darmansyah dan Briptu Hendrik Kusumo dari Brimob Polda Aceh, serta Briptu Boas Woisiri dari Densus 88 Antiteror. " Identitas dua orang yang diduga anggota teroris belum diketahui," katanya.
Lima jenazah tersebut dibawa ke RS Bhayangkara dengan ambulans milik polisi. Jenazah anggota Brimob dan Densus 88 telah dimandikan dan dikafani. Berdasar informasi, jenazah Briptu Hendrik akan disemayarnkan di rumah duka di kawasan Keutapang, Aceh Besar. Sedangkan mayat Bripda Darmansyah dibawa ke rumah duka di Sigli untuk disemayamkan dan dimakarnkan. Jenazah Boas akan dipulangkan ke kampung halaman di Ambon setelah diterbangkan ke Jakarta dan disemayamkan di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, Bogor. Informasi lain menyebutkan, Boas akan dimakamkan di pemakaman Polri, kawasan Cikeas, Bogor.
Jenazah baru dapat dievakuasi kemarin setelah tim gabungan berhasil memukul mundur kawanan teroris pada Jumat sore. Personel Brimob dan Densus 88 ditemukan tewas setelah bertempur di lereng bukit, sedangkan posisi kawanan teroris berada di atasnya. Kapolda Aceh Irjen Pol Adityawarman bersama rombongan kemarin meninjau kawasan Lamkabeu, yang menjadi markas teroris. Tetapi, wartawan tidak bisa mendapatkan informasi lebih lanjut. Sebab, masalah itu ditangani langsung oleh Mabes Polri.
Sementara itu, Briptu Azhari, 26, anggota Brimob Polda Aceh yang menjadi salah satu korban luka dalam kontak senjata di Lamkabeu kemarin dirujuk ke RS Polri Kramatjati, Jakarta Timur. Azhari dibawa ke Jakarta dengan pesawat melalui Bandara Sultan Iskandar Muda (SIM). Dokter dari kepolisian dan ayah Azhari, Abdullah, ikut mendampingi ke Jakarta.
Sebelurnnya, Azhari dirawat di RSU Zainoel Abidin (RSUZA) Banda Aceh. Namun, Abdullah tidak mau bicara banyak saat diwawancarai di RSUZA. Dia hanya mengatakan bahwa anaknya akan dibawa dan dirawat di Jakarta.
Rekrut Pengintai Lokal
Perburuan terhadap jaringan teroris di Aceh Besar masih berlanjut. Untuk mempermudah operasi penangkapan, Densus 88 Mabes Polri merekrut pelacak lokal yang hafal dengan kontur perbukitan di Aceh Besar.
"Kami ajak beberapa ternan sejak kemarin (Jumat 5/3, Red)," kata sumber Jawa Pos yang memantau operasi di Aceh Besar. Orang-orang yang dilibatkan Densus itu adalah pemburu dan sebagian pernah bergerilya saat konflik Aceh. "Iya, ada beberapa eks (GAM) yang membantu operasi," kata sumber itu. Mereka direkrut karena tim CRT (Crisis Responce Team) Densus 88 Mabes Polri belum terbiasa dengan medan gunung Aceh yang vegetasinya unik. Karena itu, para tracker yang direkrut Densus mencoba mencari jalur alternatif untuk mengepung puluhan teroris yang belum tertangkap. "Kami tidak gegabah. Mereka punya senjata dan amunisi lengkap," jelasnya. Hingga kemarin pukul 15.00, operasi di Lamkabeu, Aceh Besar, masih berlangsung. Densus 88 Mabes Polri dibantu Satuan Brimob dan Polda Aceh mencoba memancing gerilyawan turun dengan mengerahkan helikopter. Namun, heli itu justru diberondong tembakan. "Kami khawatir kalau heIi kena, mental ternan-ternan down," ujarnya. Karena itu, untuk sementara heli ditarik dari medan operasi. Dalam perkembangan lain, kemarin sernpat beredar situs pengakuan AI Qaidah Aceh di internet Situs di www.alufuq.wordpress.comitu tadi malam tidak bisa diakses. Menurut Kepala Divisi Humas Mabes Polri lJjen Edward Aritonang, situs itu mungkin dibuat untuk mengecoh penyelidikan polisi. "Kami akan lacak dengan tim cybercrime," katanya. Edward mengaku belum bisa menyampaikan update terakhir perkembangan operasi eli lapangan. Termasuk jumlah korban yang tewas. "Datanya masih dikumpulkan dari lapangan," ujarnya.
Secara terpisah , pengamat terorisme dan mantan aktivis Darul Islam, Al Chaidar, meyakini, teroris yang beroperasi di Aceh adalah sisa-sisa Banten yang tercerai-berai sejak 2004. "Saya punya kontak eksDarul Islam di Aceh yang tidak bisa saya hubungi sejak beberapa hari lalu. Namanya Marzuki. Dia pernah ke Afghanistan pada 1988, dan tinggal di Saree, Aceh Besar," katanya.
Manfaatkan MoU Helsinki
Sementara itu, Lemhanas menilai kelompok teroris yang berlatih di hutan-hutan Nanggroe Aceh Darussalam memanfaatkan situasi daerah yang kondusif pasca penandatanganan MoU damai Aceh di Helsinki. Kelompok teroris itu dinilai piawai memanfaatkan kendurnya pengamanan di wilayah yang pernah menjadi basis perjuangan GAM selarna 30 tahun terse but.
"Karena situasi kondusif sebagai euforia perdamaian Helsinki, ada kelemahan karena kita lengah mengawasi Aceh," ujar Gubernur Lemhanas Muladi di Jakarta Jumat malarn (5/3).
Mantan rektor Universitas Diponegoro itu meyakini, kelompok teroris yang berlatih di Aceh tidak terkait dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM). lni setelah ditemukan fakta adanya pelatih dari luar negeri, baju loreng kesatuan militer luar negeri, senjata organik non-TNI, dan sejumlah pelaku yang tertangkap tidak berasal dari sekitar Aceh.
"Elemennya dari berbagai daerah, dari mana-mana. Jadi, rnustahil mereka terkait GAM," paparnya.
Untuk itu, Muladi meminta Polri menambah pasukan untuk dapat menumpas kelompok bersenjata tersebut sebelurn berkembang menjadi jaringan terorisme yang berbahaya di seluruh Indonesia. "Kalau perlu, Polri minta bantuan TNI yang merniliki pengalaman lapangan di kawasan itu," tuturnya.
BANDA ACEH -Operasi penyergapan Densus 88 Mabes Polri dan personel Brimob terhadap markas teroris di pegunungan kawasan Kemukiman Lamkabeu Seulimum, Aceh Besar, Kamis malam (4/3), ternyata membawa korban lebih banyak. Korban tewas bukan hanya seorang personel Densus 88, tetapi juga dua anggota Bnmob. Dua anggota teroris juga tewas dalam baku tembak itu. Tim gabungan antiteror Mabes Polri kemarin (6/3) mengevakuasi lima jenazah yang tewas itu. Saat seluruh korban diboyong ke RS Bhayangkara, Banda Aceh, wartawan tidak diizinkan mendekat atau meliput. Sumber Metro Aceh (Jawa Pos Group) di kepolisian mengungkapkan, korban tewas di pihak Polri adalah Bripda Darmansyah dan Briptu Hendrik Kusumo dari Brimob Polda Aceh, serta Briptu Boas Woisiri dari Densus 88 Antiteror. " Identitas dua orang yang diduga anggota teroris belum diketahui," katanya.
Lima jenazah tersebut dibawa ke RS Bhayangkara dengan ambulans milik polisi. Jenazah anggota Brimob dan Densus 88 telah dimandikan dan dikafani. Berdasar informasi, jenazah Briptu Hendrik akan disemayarnkan di rumah duka di kawasan Keutapang, Aceh Besar. Sedangkan mayat Bripda Darmansyah dibawa ke rumah duka di Sigli untuk disemayamkan dan dimakarnkan. Jenazah Boas akan dipulangkan ke kampung halaman di Ambon setelah diterbangkan ke Jakarta dan disemayamkan di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, Bogor. Informasi lain menyebutkan, Boas akan dimakamkan di pemakaman Polri, kawasan Cikeas, Bogor.
Jenazah baru dapat dievakuasi kemarin setelah tim gabungan berhasil memukul mundur kawanan teroris pada Jumat sore. Personel Brimob dan Densus 88 ditemukan tewas setelah bertempur di lereng bukit, sedangkan posisi kawanan teroris berada di atasnya. Kapolda Aceh Irjen Pol Adityawarman bersama rombongan kemarin meninjau kawasan Lamkabeu, yang menjadi markas teroris. Tetapi, wartawan tidak bisa mendapatkan informasi lebih lanjut. Sebab, masalah itu ditangani langsung oleh Mabes Polri.
Sementara itu, Briptu Azhari, 26, anggota Brimob Polda Aceh yang menjadi salah satu korban luka dalam kontak senjata di Lamkabeu kemarin dirujuk ke RS Polri Kramatjati, Jakarta Timur. Azhari dibawa ke Jakarta dengan pesawat melalui Bandara Sultan Iskandar Muda (SIM). Dokter dari kepolisian dan ayah Azhari, Abdullah, ikut mendampingi ke Jakarta.
Sebelurnnya, Azhari dirawat di RSU Zainoel Abidin (RSUZA) Banda Aceh. Namun, Abdullah tidak mau bicara banyak saat diwawancarai di RSUZA. Dia hanya mengatakan bahwa anaknya akan dibawa dan dirawat di Jakarta.
Rekrut Pengintai Lokal
Perburuan terhadap jaringan teroris di Aceh Besar masih berlanjut. Untuk mempermudah operasi penangkapan, Densus 88 Mabes Polri merekrut pelacak lokal yang hafal dengan kontur perbukitan di Aceh Besar.
"Kami ajak beberapa ternan sejak kemarin (Jumat 5/3, Red)," kata sumber Jawa Pos yang memantau operasi di Aceh Besar. Orang-orang yang dilibatkan Densus itu adalah pemburu dan sebagian pernah bergerilya saat konflik Aceh. "Iya, ada beberapa eks (GAM) yang membantu operasi," kata sumber itu. Mereka direkrut karena tim CRT (Crisis Responce Team) Densus 88 Mabes Polri belum terbiasa dengan medan gunung Aceh yang vegetasinya unik. Karena itu, para tracker yang direkrut Densus mencoba mencari jalur alternatif untuk mengepung puluhan teroris yang belum tertangkap. "Kami tidak gegabah. Mereka punya senjata dan amunisi lengkap," jelasnya. Hingga kemarin pukul 15.00, operasi di Lamkabeu, Aceh Besar, masih berlangsung. Densus 88 Mabes Polri dibantu Satuan Brimob dan Polda Aceh mencoba memancing gerilyawan turun dengan mengerahkan helikopter. Namun, heli itu justru diberondong tembakan. "Kami khawatir kalau heIi kena, mental ternan-ternan down," ujarnya. Karena itu, untuk sementara heli ditarik dari medan operasi. Dalam perkembangan lain, kemarin sernpat beredar situs pengakuan AI Qaidah Aceh di internet Situs di www.alufuq.wordpress.comitu tadi malam tidak bisa diakses. Menurut Kepala Divisi Humas Mabes Polri lJjen Edward Aritonang, situs itu mungkin dibuat untuk mengecoh penyelidikan polisi. "Kami akan lacak dengan tim cybercrime," katanya. Edward mengaku belum bisa menyampaikan update terakhir perkembangan operasi eli lapangan. Termasuk jumlah korban yang tewas. "Datanya masih dikumpulkan dari lapangan," ujarnya.
Secara terpisah , pengamat terorisme dan mantan aktivis Darul Islam, Al Chaidar, meyakini, teroris yang beroperasi di Aceh adalah sisa-sisa Banten yang tercerai-berai sejak 2004. "Saya punya kontak eksDarul Islam di Aceh yang tidak bisa saya hubungi sejak beberapa hari lalu. Namanya Marzuki. Dia pernah ke Afghanistan pada 1988, dan tinggal di Saree, Aceh Besar," katanya.
Manfaatkan MoU Helsinki
Sementara itu, Lemhanas menilai kelompok teroris yang berlatih di hutan-hutan Nanggroe Aceh Darussalam memanfaatkan situasi daerah yang kondusif pasca penandatanganan MoU damai Aceh di Helsinki. Kelompok teroris itu dinilai piawai memanfaatkan kendurnya pengamanan di wilayah yang pernah menjadi basis perjuangan GAM selarna 30 tahun terse but.
"Karena situasi kondusif sebagai euforia perdamaian Helsinki, ada kelemahan karena kita lengah mengawasi Aceh," ujar Gubernur Lemhanas Muladi di Jakarta Jumat malarn (5/3).
Mantan rektor Universitas Diponegoro itu meyakini, kelompok teroris yang berlatih di Aceh tidak terkait dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM). lni setelah ditemukan fakta adanya pelatih dari luar negeri, baju loreng kesatuan militer luar negeri, senjata organik non-TNI, dan sejumlah pelaku yang tertangkap tidak berasal dari sekitar Aceh.
"Elemennya dari berbagai daerah, dari mana-mana. Jadi, rnustahil mereka terkait GAM," paparnya.
Untuk itu, Muladi meminta Polri menambah pasukan untuk dapat menumpas kelompok bersenjata tersebut sebelurn berkembang menjadi jaringan terorisme yang berbahaya di seluruh Indonesia. "Kalau perlu, Polri minta bantuan TNI yang merniliki pengalaman lapangan di kawasan itu," tuturnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar