Wednesday, 28 July 2010
MELAYAT: Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memanjatkan doa di depan jenazah mantan Pangkostrad Letjen TNI Purn Achmad Kemal Idris di rumah duka, kawasan Pondok Indah, Jakarta, kemarin.
MELAYAT: Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memanjatkan doa di depan jenazah mantan Pangkostrad Letjen TNI Purn Achmad Kemal Idris di rumah duka, kawasan Pondok Indah, Jakarta, kemarin.
JAKARTA (SI) – Indonesia kembali berduka. Mantan Panglima Komando Strategi Angkatan Darat (Pangkostrad) Letnan Jenderal TNI Purn Achmad Kemal Idris meninggal dunia pukul 03.30 WIB di RS Abdi Waluyo,Jakarta Pusat,kemarin karena komplikasi dan infeksi paru-paru.
Tokoh yang terkenal vokal pada masa Orde Lama ini meninggal dunia pada umur 87 tahun. Almarhum meninggalkan seorang istri bernama Winoer Idris dan tiga orang anak, Ferry Idris, Ade Idris, dan Indra Idris, serta lima orang cucu dan empat orang cicit. Jenazah almarhum Kemal Idris dimakamkan di pemakaman keluarga di Citapen, Ciawi, Bogor, Jawa Barat. Winoer Idris mengatakan,mendiang suaminya semasa hidup memang telah mengatakan kemauannya untuk dikebumikan di Citapen, Bogor.“Dimakamkan di Bogor karena amanat dari almarhum. Beliau tidak ingin dimakamkan di tempat lain,” ujarnya kepada wartawan kemarin.
Sebelum dibawa ke Bogor, dilakukan upacara serah terima jenazah secara militer di rumah duka, Jalan Duta Indah I No 11,Pondok Indah, Jakarta Selatan, pukul 12.00. Sebagai inspektur upacara ialah Letjen TNI M Nur Muis. Upacara berlangsung khidmat selama 30 menit dengan diselimuti suasana haru. Sebelumnya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melayat ke rumah duka sekitar pukul 10.00. Presiden datang didampingi Ibu Negara Ani Yudhoyono. Presiden SBY berada sekitar 15 menit di rumah duka. Setelah memanjatkan doa dan menyalami Winoer Idris,Presiden SBY dan Ibu Negara meninggalkan rumah duka.
Kemal Idris dilahirkan pada 10 Februari 1923 di Singaraja, Bali. Dia dibesarkan di kalangan keluarga elite Minang. Ayahnya seorang pendidik dan pernah menjadi Rektor Universitas Andalas di Padang. Kendati sang ayah berharap agar Kemal mengikuti jejaknya sebagai pendidik dengan menyekolahkannya ke Belanda, Kemal tetap memilih untuk menjadi seorang tentara. Kemal merupakan sosok yang dikenal pemberani dan pantang takut saat berhadapan dengan penguasa saat itu.Potongan kisah semasa hidupnya yang mungkin paling diingat banyak orang adalah saat dia menjabat Pangkostrad pada 1967. Saat itu dia memberikan dukungan kepada mahasiswa menentang kebijakan Orde Lama yang dianggap menyimpang. Pada 1980 dia juga menjadi salah satu tokoh yang menandatangani Petisi 50 memprotes kebijakan Presiden Soeharto.Selain Kemal, petisi tersebut juga ditandatangani oleh AH Nasution dan mantan Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin. (fajar pratama/ m azhar/wyesnoe m)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar