Tajuk, Denpost - Korps baju hijau (TNI) dan korps baju cokelat (kepolisian) kembali tercoreng akibat ulah oknum anggotanya. Gara-gara ditabrak, anggota TNI yang bertugas di Koramil Sawan, tersangka Kopda Dresno menghajar seorang supir truk, Kadek Oka (35). Akibat pukulan yang bertubi-tubi, Oka sempat dirawat di rumah sakit dan akhirnya meninggal. Kepergian Oka mengakibatkan dua anaknya yang masih kecil dan seorang istri hidupnya tak jelas akibat emosi dan amarah seorang aparat.
Di Karang Asem, ayah seorang pelajar yang juga Perbekel Pedahan, I Wayan Astawa, melaporkan TP yang bertugas di lingkup Polres Karangasem, ke Provost atas penganiayaan yang menimpa anaknya, I Putu Eri Muliartawan (17). Pelajar SMA PGRI Karangasem itu sempat terbaring lemah dan mendapat perawatan di RS Karangasem. Gara-garanya Eri serempetan dengan terlapor. Eri yang jatuh justru menerima bogeman mentah dari TP, kemudian meninggalkannya begitu saja di jalan.
Dari kedua kejadian tersebut, ternyata masih saja ada oknum aparat yang berlaku semena-mena terhadap rakyat. Padahal aparat wajib hukumnya memberikan perlindungan kepada rakyat, bukan malah membuat rakyat melarat. Ini tentu menjadi tugas dari pimpinan dari kedua instansi tersebut untuk membina anggotanya agar tidak berlaku arogan.
Aparat dan rakyat memang manusia biasa. Akan tetapi, antara aparat dan rakyat beda pendidikannya. Aparat TNI dan Kepolisian sebelum dilepas untuk bertugas, mereka sudah dibekali dengan berbagai macam ilmu dan keterampilan. Mereka mendapat pendidikan psikologi, bukan hanya untuk dirinya sendiri, juga psikologi massa. Mereka dilatih untuk mengatasi permasalahan dan pendidikan lain yang menopang tugas mereka di lapangan.
Lepas dari pendidikan tersebut, seorang petugas tentu sudah cukup bekal dalam menjalani dharmanya sebagai aparatur keamanan. Beda dengan seorang supir truk, apalagi pendidikannya tidak cukup tinggi, tentu kualitasnya jauh lebih rendah dari seorang aparat penegak hukum.
Jadi, sungguh sangat disayangkan di era reformasi di segala bidang ini, termasuk TNI dan Kepolisian masih ada oknum yang berbuat semena-mena yang mengakibatkan orang lain menderita. Terlebih-lebih terhadap rakyat kecil.
Kita tentu berharap kepada pimpinan di instansi tersebut untuk lebih memperhatikan perilaku anggotanya. Jika perlu, tes psikologi anggota kesatuan penegak keamanan tersebut dilakukan secara berkala sebelum jatuh korban lagi. Terlebih-lebih di tengah kehidupan ekonomi yang serba mahal saat ini, agar rakyat yang sudah susah tidak dibuat lebih susah lagi karena kasus sepele.
Di Karang Asem, ayah seorang pelajar yang juga Perbekel Pedahan, I Wayan Astawa, melaporkan TP yang bertugas di lingkup Polres Karangasem, ke Provost atas penganiayaan yang menimpa anaknya, I Putu Eri Muliartawan (17). Pelajar SMA PGRI Karangasem itu sempat terbaring lemah dan mendapat perawatan di RS Karangasem. Gara-garanya Eri serempetan dengan terlapor. Eri yang jatuh justru menerima bogeman mentah dari TP, kemudian meninggalkannya begitu saja di jalan.
Dari kedua kejadian tersebut, ternyata masih saja ada oknum aparat yang berlaku semena-mena terhadap rakyat. Padahal aparat wajib hukumnya memberikan perlindungan kepada rakyat, bukan malah membuat rakyat melarat. Ini tentu menjadi tugas dari pimpinan dari kedua instansi tersebut untuk membina anggotanya agar tidak berlaku arogan.
Aparat dan rakyat memang manusia biasa. Akan tetapi, antara aparat dan rakyat beda pendidikannya. Aparat TNI dan Kepolisian sebelum dilepas untuk bertugas, mereka sudah dibekali dengan berbagai macam ilmu dan keterampilan. Mereka mendapat pendidikan psikologi, bukan hanya untuk dirinya sendiri, juga psikologi massa. Mereka dilatih untuk mengatasi permasalahan dan pendidikan lain yang menopang tugas mereka di lapangan.
Lepas dari pendidikan tersebut, seorang petugas tentu sudah cukup bekal dalam menjalani dharmanya sebagai aparatur keamanan. Beda dengan seorang supir truk, apalagi pendidikannya tidak cukup tinggi, tentu kualitasnya jauh lebih rendah dari seorang aparat penegak hukum.
Jadi, sungguh sangat disayangkan di era reformasi di segala bidang ini, termasuk TNI dan Kepolisian masih ada oknum yang berbuat semena-mena yang mengakibatkan orang lain menderita. Terlebih-lebih terhadap rakyat kecil.
Kita tentu berharap kepada pimpinan di instansi tersebut untuk lebih memperhatikan perilaku anggotanya. Jika perlu, tes psikologi anggota kesatuan penegak keamanan tersebut dilakukan secara berkala sebelum jatuh korban lagi. Terlebih-lebih di tengah kehidupan ekonomi yang serba mahal saat ini, agar rakyat yang sudah susah tidak dibuat lebih susah lagi karena kasus sepele.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar