Senin, 09 Agustus 2010

Mayor Achmadi Diusulkan Jadi Pahlawan

Senin, 9 Agustus 2010
SOLO (Suara Karya): Keluarga besar eks-Tentara Pelajar/TNI Detasemen II (TP Det II) Brigade XVII, mengusulkan Mayor Achmadi sebagai pahlawan nasional. Mayor Achmadi adalah pemimpin TP Det II Brigade XVII saat peristiwa Serangan Umum Empat Hari di Solo, pada 7-10 Agustus 1949. Selain itu, dia juga berhasil mengendalikan kekacauan di Kota Solo saat laskar bersenjata masuk wilayah itu. Menanggapi usulan tersebut, Panglima TNI Jenderal TNI Djoko Santoso menyerahkan semuanya seusai dengan mekanisme yang tepat. Hal ini dikatakan Djoko Santoso seusai meresmikan Monumen Patung Mayor Achmadi yang dibangun di Simpang Lima Margoyudan, Kelurahan Setabelan, Kecamatan Banjarsari Solo, Jawa Tengah, Sabtu (7/8).

"Ada prosedur dan mekanisme tersendiri sesuai peraturan pemerintah yang penting niat baik dan tekad dari bapak-bapak eks-TP Brigade XVII bisa memberi manfaat bagi masyarakat karena merupakan outdoor museum yang bisa memberikan pengetahuan dan pendidikan bagi generasi muda," ujar Panglima TNI JEnderal TNI Djoko Santoso. Menurut Panglima TNI, Mayor Achmadi memiliki peranan utama, dari salah satu mata rantai sejarah perjuangan bangsa. Sehingga, sangat layak dihormati dan dihargai jasa-jasanya.

Monumen
Pendirian monumen patung Mayor Achmadi tersebut, menurut Djoko Santoso, perlu dihargai karena akan memberikan nilai dan pengaruh positif yang sangat signifikan untuk pendidikan dan juga membangun kembali jiwa dan karakter militansi bangsa.

Sementara itu, pengusulan Mayor Achmadi sebagai pahlawan nasional tersebut, menurut Ketua Umum Keluarga Besar Eks TP Det II Brigade XVII Soeprapto Boedjosastro, telah dilakukan sejak beberapa tahun yang lalu bersamaan dengan pengusulan Brigjen Slamet Riyadi sebagai pahlawan nasional. Tetapi baru Brigjen Slamet Riyadi yang disetujui sebagai pahlwan nasional."Berkas-berkas pengajuan sudah kami kumpulkan termasuk menggelar seminar terkait riwayat perjuangannya. Sebab selama ini memang belum banyak yang mengenal Serangan Empat Hari di Solo," katanya.

Padahal peristiwa serangan di Solo tersebut, paling besar di antara kota lain. Ini jika dilihat dari korban jiwa dan kerugian bangunannya. Tetapi, penulisan sejarah tidak berimbang. "Sebab, yang diunggulkan adalah serangan umum di Yogyakarta yang dipimpin Pak Harto," ujarnya. Pendirian monumen Mayor Achmadi tersebut, merupakan hasil dari sumbangan seluruh anggota eks-TP. Dengan tinggi sekitar delapan meter, monumen juga dilengkapi relief perjuangannya selama memimpin TP dalam Serangan Umum Empat Hari di Solo. (Endang Kusumastuti).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog