Kamis, 19 Agustus 2010 | 09:57 WIB
MEMIMPIN Kota Kupang, sejak masih sebagai Kotif (kota administratif), naik menjadi Kodya (kota madya) dan kini menjadi Kota Kupang, Letkol Inf. Semuel Kristian Lerik adalah pelaku sejarah sekaligus peletak dasar kemajuan Kota Kupang.
Lerik sudah berpikir jauh ke depan, seperti apa dan bagaimana mengarsiteki Kupang agar layak menjadi ibukota, pusat aktivitas pemerintahan tiga daerah sekaligus, yakni Kabupaten Kupang, Kotif Kupang dan Propinsi NTT. Lahirlah motto KASIH (Karya, Aman, Sehat, Indah dan Harmonis).
Lerik sadar betul, sebagai pusat aktivitas ekonomi dan pemerintahan tiga pemerintah daerah, Kupang harus aman. Aman dari kejahatan dan aksi-aksi fandalisme seperti "rompes" alias rombongan pesta yang sering mengusik kebahagiaan pesta-pesta dan selalu berbuntut perkelahian dan aksi-aksi kekerasan di Kota Kupang. Alhasil, perilaku anak-anak muda yang suka duduk minum miras di tepi jalan sambil mengusik pejalan kaki dan angkota yang lewat, aksi palak angkota perlahan "dibasmi".
Menuju "kota sehat", SK Lerik antara lain secara perlahan membenahi pembangunan pemukiman dan pusat-pusat keramaian agar tidak ada kesan kumuh. Dengan "susah payah" Lerik memindahkan Pasar Kampung Solor, pasar paling ramai di Kota Kupang saat itu dan dialihkan ke Pasar Oebobo dan Pasar Kasih Naikoten 1. Harus diakui, Pasar Kampung Solor waktu itu memang paling ramai namun kondisi lokasi pasar yang sangat sempit menjadikan pasar itu kumuh.
SK Lerik berhasil. Sayang cita-cita mengubah Pasar Kampung Solor menjadi Pasar Tekstil tidak berkesinambungan.
Tingkat kepadatan kendaraan di ruas-ruas jalan utama di Kota Kupang sudah menjadi perhatiannya sejak awal. Perilaku sejumlah pengusaha yang suka bongkar-muat barang di badan jalan di jalur Jalan Sudirman di kawasan Kuanino, sudah menjadi perhatian serius SK Lerik.
"Muat saja di koran. Biar masyarakat tahu kalau mereka itu melawan pemerintah," demikian salah satu kekesalan SK Lerik terhadap ulah para pengusaha di kawasan Kuanino saat itu yang suka bongkar muat di jalan, mengganggu arus lalu lintas kendaraan (Pos Kupang, Rabu 5 April 1994 halaman 3).
Saat itu ada beberapa pengusaha yang langsung "dibinanya" di kantor walikota. Mereka membuat surat pernyataan di atas kertas bermeterai yang memuat janji agar tidak melakukan bongkar muat di badan jalan.
Apa yang kita saksikan dan alami di jalan raya sepanjang Kuanino, saat ini? Kawasan ini sudah mulai macet. Dihindari banyak pengendara yang tak ingin telat sampai di tujuan. Jalan sempit, padat kendaraan dan sebagian badan jalan masih juga jadi tempat parkir toko-toko di sepanjang ruas jalan itu.
Masih banyak "jejak" pewaris dan arsitek Kota Kasih itu yang ditoreh di kota ini. Kini, dia sudah meninggalkan kota ini untuk berisitirahat dalam kasihNYA nan abadi.
"Pak Lerik itu arsitek Kota Kupang. Saya 14 tahun bersama beliau. Dia sangat kebapakan dalam memimpin. Kalau marah, ya marah dan setelah itu habis. Dia selalu mengutamakan Tuhan dalam melaksanakan tugasnya. Percaya pada staf," kenang mantan Sekda Kota Kupang, Jonas Salean, Rabu (18/8/2010).
Mantan "anak buahnya, Ir. Hari Teofilus, juga punya kesaksian serupa tentang SK Lerik.
"Beliau itu selain kebapakan, juga selalu full power dalam memotivasi staf. Sulit mencari pemimpin seperti beliau. Dia percaya staf, silahkan staf berinovasi dan kerkreasi, yang penting selalu konsultasi," kata Teofilus.
Di mata mantan anggota DPRD Kota Kupang, Edwin Fangidae, SK Lerik adalah sosok pemimpin yang mengandalkan Tuhan dan merakyat. Lerik dikenal dan mengenal semua orang. Dia diterima dan menerima semua orang.
Sambutan Warga
Kedatangan jenazah SK Lerik dari Malang ke Kupang, kemarin, sudah ditunggu ratusan warga di Bandara El Tari Kupang. Jenazah baru tiba di bandara El Tari pukul 16.00 Wita, namun warga sudah memadati bandara sejak beberapa jam sebelumnya.
Ketika pesawat Sriwijaya Air tiba di bandara, masyarakat langsung mendekati pintu keluar bandara dimana mobil jenazah diparkir. Istri SK Lerik, Ny. Maria Louisa Lerik-Adu bersama dua anaknya Viktor Lerik dan Gustaf Eliazar Lerik beserta beberapa keluarga turun dari tangga pesawat langsung disambut warga. Keluarga almarhum SK Lerik pertama kali disambut oleh Walikota Kupang, Drs. Daniel Adoe dan istri, juga Wakil Ketua DPRD NTT, Wakil Ketua DPRD Kota Kupang, para kepala SKPD Kota Kupang dan pejabat lainnya.
Di bandara dilangsungkan acara penyerahan jenazah dari keluarga kepada TNI. Bertindak sebagai inspektur upacara adalah Mayor (Inf) Yacobus Mbawo dari Korem 161/Wirasakti. Anak kedua SK Lerik, Viktor Lerik menyerahkan jenazah sang ayah kepada TNI.
Usai penyerahan jenazah, enam prajurit TNI mengusung peti jenazah SK Lerik untuk dibawa ke rumahnya di Jalan El Tari dengan menggunakan mobil jenazah yang sudah disiapkan.
Tiba di rumah duka, jenazah diserahkan kembali dari TNI kepada keluarga untuk disemayamkan dan langsung diadakan ibadah penyambutan jenazah yang dipimpin Pdt. HNE Malelak, S.Th. M.Th. (ira)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar