Warga kompleks lainya akan membantu untuk melakukan perlawanan bila ada eksekusi.
Senin, 8 Februari 2010, 14:16 WIB
Eko Priliawito, Zaky Al-Yamani
VIVAnews - Ratusan penghuni rumah dinas dari berbagai kompleks TNI berkumpul dan menggelar aksi damai di Kompleks TNI Otista III, Cipinang Cempedak, Jatinegara, Jakarta Timur, Senin 8 Febuari 2010. Mereka mendirikan panggung untuk tempat berorasi dan menyanyikan lagu perjuangan. Bahkan sebagian dari mereka mengusung foto orang tua mereka. "Supaya mereka (pemerintah) tergugah" ujar seorang panitia acara sekaligus penghuni komplek TNI Otista III, Ernest, kepada VIVAnews. Mereka berasal dari rumah dinas Yon Angkub, Cililitan, Kompleks TNI Bulak Rantai, Kramat Jati, Kompleks AURI 3 Mei, Cibinong, kompleks TNI Mampang, kompleks TNI Tanah Kusir, kompleks TNI Berlan dan kompleks TNI Geger Kalong, Bandung. "Ini bertujuan untuk menggalang persaudaraan sesama penghuni kompleks. Supaya sepakat kami bersama memperjuangkan hak kami" ujar Ernest.
Senin, 8 Februari 2010, 14:16 WIB
Eko Priliawito, Zaky Al-Yamani
VIVAnews - Ratusan penghuni rumah dinas dari berbagai kompleks TNI berkumpul dan menggelar aksi damai di Kompleks TNI Otista III, Cipinang Cempedak, Jatinegara, Jakarta Timur, Senin 8 Febuari 2010. Mereka mendirikan panggung untuk tempat berorasi dan menyanyikan lagu perjuangan. Bahkan sebagian dari mereka mengusung foto orang tua mereka. "Supaya mereka (pemerintah) tergugah" ujar seorang panitia acara sekaligus penghuni komplek TNI Otista III, Ernest, kepada VIVAnews. Mereka berasal dari rumah dinas Yon Angkub, Cililitan, Kompleks TNI Bulak Rantai, Kramat Jati, Kompleks AURI 3 Mei, Cibinong, kompleks TNI Mampang, kompleks TNI Tanah Kusir, kompleks TNI Berlan dan kompleks TNI Geger Kalong, Bandung. "Ini bertujuan untuk menggalang persaudaraan sesama penghuni kompleks. Supaya sepakat kami bersama memperjuangkan hak kami" ujar Ernest.
Karena itu, jika ada tindakan eksekusi di salah satu kompleks, maka warga kompleks lainya akan turut membantu untuk melakukan perlawanan. Ernest menuturkan, di kompleks III Otista ini, dari 200 rumah, sekitar 42 penghuni rumah dinas telah mendapat surat edaran yang berisi perintah pengosongan dengan batas waktu awal Februari 2010. "Tiga rumah telah dikosongkan paksa, padahal proses hukum masih berjalan" ujar Ernest. Ernest sendiri mengaku kecewa dengan anggapan dari sejumlah masyarakat yang menyangka para anak tentara tidak tahu diri dengan memaksa memiliki rumah dinas orangtuanya. "Kami hanya mau meluruskan masalah ini, bahwa tanah ini bukan milik TNI tapi warisan dari orang tua kami" ujar Ernest. Itu dibuktikan dengan 24 rumah telah memiliki sertifikat kepemilikan tanah.
Ernest mulai menempati lahan ini pada tahun 1950, orang tua mereka membangun rumah secara swadaya di lahan yang masih kosong. "Tidak ada sistem penempatan rumah layaknya komplek rumah dinas. Di sini pun tidak ada plang nama layaknya komple TNI. Para orang tua kami pun berasal dari berbagai kesatuan" ujar Ernest. Acara seperti ini, menurut Ernest akan terus dilaksanakan secara bergilian di sejumlah komplek dinas TNI. "Tanggal 13 kami akan menggelar kegiatan yang sama di komplek Berlan" ujar Ernest. Sementara itu, seorang anggota DPRD, Berlin Hutajulu, turut hadir untuk memberikan dukungan terhadap aksi yang dilakukan para penghuni komplek. "Semoga masalah ini dapat diselesaikan secara damai tanpa ada kekerasan" ujar Berlin singkat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar