Selasa, 09 Februari 2010

Satu Penerjun Tersangkut

TERJUN: Atraksi terjun payung oleh para atlet dan Paskhas TNI AU, kemarin mewarnai acara peringatan car free day dan bike to work di Jalan MT Haryono. Satu dari penerjun tersangkut di pohon saat hendak mendarat. BEARING/PONTIANAKPOST
Senin, 08 Februari 2010 , 08:03:00

PONTIANAK – Jalan MT Haryono Pontianak menjadi lokasi tiga kegiatan sekaligus pada Minggu (7/2). Ada car free day, bike to work, dan aksi terjun payung. Ketiga kegiatan itu menyedot perhatian warga. Mereka merindukan olahraga dan hiburan sekaligus. Car free day akan dijadikan agenda rutin setiap bulan. Walikota Pontianak Sutarmidji mengatakan, kegiatan itu dipusatkan di GOR Pangsuma karena Taman Alun Kapuas sedang renovasi. “Sudah sesuai harapan. Mudah-mudahan pada bulan-bulan berikutnya juga sukses,” katanya di Pontianak, Minggu. Saat ini, pihaknya belum berencana membuat kawasan khusus bersepeda karena terkendala lokasi. Namun ia berencana menetapkan lokasi khusus bebas asap rokok. “Terutama di ruang perkantoran,” kata Walikota.

Aksi terjun payung juga bisa terlihat di Jalan MT Haryono. Tim pertama terdiri atas penerjun Paskhas, antara lain Letda Jalu, Serda Yusuf, Serda Mei A, Praka Ganjar, dan Pratu Roni. Sedangkan tim kedua pihak sipil, seperti Mei Sulawesi Yanto, Iwan, Sigit, dan Ramli. Mereka terjun dari Helikopter Super Puma pada ketinggian 5.000 kaki.Menurut Ganjar, meskipun terjun payung termasuk olahraga, tapi itu adalah salah satu syarat masuk paskhas. Dalam paskas ada dua jenis terjun payung, yaitu static dan free fall. “Free fall atau terjun bebas seperti yang kita lakukan hari ini. Kalau militer, hanya Paskhas yang ada terjun bebas,” katanya.Ia menambahkan, mereka selalu melakukan latihan rutin satu minggu dua kali, Selasa dan Kamis. Sebelum rutin terjun di Kalbar, penerjun ini dilatih terlebih dulu di Wing III Diklat Bandung selama tiga bulan. “Selama tiga bulan itu kami selalu latihan terjun,” ujarnya.

Dikatakannya, setiap kali terjun, ada tiga perlengkapan wajib selain parasut yang harus selalu dibawa, yaitu altimeter setting atau pengukur ketinggian, googles khusus, dan helm untuk terjun payung. “Kalau ditanya bagaimana perasaan di atas itu pastilah sebagai manusia normal saya takut. Apalagi di ketinggian 5.000 kaki,” katanya.Demonstrasi terjung payung ikut meriahkan car free day. Sepuluh penerjun ambil bagian. Penerjunan dilakukan dua gelombang. Tepat pukul 09.24, lima penerjun pertama, mereka terjun dari ketinggian 5.000 kaki dari sebuah helikopter. Parasut terkembang tepuk tangan penonton yang membanjiri GOR Pangsuma memberikan aplaus untuk mereka.

Satu persatu penerjun mendarat sukses. Keceriaan berubah saat salah satu penerjun daratannya tidak mengarah ke landasan. Paskhas langsung sibuk menetralisir keadaan. Penerjun tersebut sangkut di pohon dekat lapangan softball. Ia tidak mengalami cedera. Helis, penerjun tersebut mengatakan, tali kemudi sangkut di atas. “Jadi saya mendarat dengan satu kemudi. Ini daratan paling aman. Bila mengarah ke landasan pendaratan, mungkin akan menabrak penonton saya,” katanya. Sementara itu, sebelum diperbolehkan terjun, setiap penerjun harus dicek dulu kesehatannya dokter. Mereka yang dinyatakan tidak fit tidak layak terjun. “Kalau untuk usia sudah bisa dari 13-14 tahun mulainya, maksimal tidak ada batasan. Itupun disesuaikan dengan ukuran parasut,” ujar Mei Sulawesi Yanto.Dosen Fakultas Hukum Untan ini sudah 2.504 kali terjun. Olahraga terjun payung dimulainya sejak 1984, saat masih menjadi mahasiswa di Brawijaya Malang. Menurutnya, kemampuan terjun seseorang ditentukan dengan jam terjunnya. Penerjun tidak boleh melanggar batas ketinggian. Batas minimal penerjun mencabut parasut adalah 3.000 kaki, di bawah itu sangat berbahaya. Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Mallarangeng melantik pengurus bike to work Kalbar di Pendopo Gubernur, Minggu (7/2). Pelantikan berlangsung singkat dan dilakukan dengan penyematan pin bike to work pada lima pengurus Kalbar, dimulai pada ketua bike to work Kalbar, Chairil Effendi. “Mendengar sepeda, rasanya sangat dekat di hati,” ujar Menpora.Disampaikannya, keberadaan bike to work harus menjadi pionir pengguna sepeda di Kalbar. Tapi, ia mengingatkan, di jalan raya, pengendara sepeda menjadi pihak paling lemah. “Kalau kita merasakan bahaya di jalan, sebaiknya kita mengalah sebagai pengendara sepeda. Jangan agresif,” katanya.Keberadaan bike to work juga disambut baik komunitas bersepeda lainya, seperti TNT. Hal itu disampaikan Ketua TNT Kalbar Kompol Hermansyah. (stm/mde)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog